Ada pemandangan tak biasa kala saya kembali menyambangi terminal Larkin di Johor Bahru ketika hendak berkelana menjelajah negeri jiran.
Terakhir ke sana tiga tahun lalu suasananya kumuh, sumpek, dan semrawut akibat banyak laler calo yang berkeliaran menawarkan bis ke berbagai tujuan. Kios-kios tiket berjajar dan saling bersaing untuk mendapatkan penumpang ke tujuan yang sama. Tidak ada pagar yang membatasi penumpang dengan bus yang parkir di halaman.
Tempat lapak dan kios tadi berganti menjadi ruang tunggu yang nyaman berpendingin udara layaknya stasiun KA atau bandara kecil. Di belakang terdapat konter tiket atau loket pengganti kios yang melayani ke semua jurusan tanpa pandang bulu.
Semua berjalan secara otomatis dengan dukungan layar komputer yang tersedia di depan setiap loket sehingga kita bisa bebas menentukan pilihan, sayangnya layar monitor belum touch screen sehingga harus disampaikan secara verbal kepada petugas loket. Setelah memilih kita tinggal sampaikan ke petugas loket, lalu tiketpun dicetak dan dibayar sesuai tarif yang tertera dalam tiket.
Namun panjangnya antrian terbayar ketika tiket sudah ditangan. Beruntungnya juga kita bisa mengantri di loket mana saja yang kira-kira antriannya tidak terlalu panjang dibanding loket lain karena semua loket melayani semua jurusan tanpa pandang bulu.
Sayangnya memang dalam tiket tak tercantum jelas platform-nya, tapi petugas tampaknya sudah hafal di luar kepala dimana bus yang akan kita tumpangi berada.
Petugaspun seperti acuh saja, mungkin mereka hanyalah petugas dari PO Bus tertentu yang mengingatkan penumpang jurusan tertentu (misal: KL) agar segera naik ke bus karena akan segera berangkat.
Suasananya juga sudah dibuat mirip di bandara, ada papan petunjuk besar yang menunjukkan waktu keberangkatan bus dan berada di platform berapa bus tersebut berada.
Terminal digabungkan dengan mal sehingga kita bisa berbelanja dan makan besar sambil menunggu keberangkatan bus ke tempat tujuan. Sudah tak terlihat lagi calo-calo berkeliaran di terminal bus (atau saya tidak melihat) diganti dengan petugas keamanan yang rajin berkeliaran mengamati keadaan.
Contoh KAI dan tidak adanya konter tiket di bandara membuktikan keberhasilan pengurangan calo secara signifikan, walau masih ada satu dua secara sembunyi-sembunyi memanfaatkan ketidaktahuan penumpang dengan membelikan secara online. Semoga contoh ini bisa ditiru manajemen terminal di masa datang.