Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mampukah Neymar Menghapus Trauma Belo Horizonte?

22 Juni 2018   09:32 Diperbarui: 22 Juni 2018   09:55 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neymar Berebut Bola dengan Behrami (Sumber: https://cbssports.com)

Semenjak kekalahan telak 1-7 atas juara dunia Jerman di semifinal Piala Dunia 2014 di Belo Horizonte, Brasil tampaknya belum mampu menghapus luka akibat tragedi tersebut. Bayangkan saja, di depan pendukungnya sendiri Brasil dilumat habis oleh Jerman dimulai dari gol Mueller, lalu secara bergiliran Klose, Kroos (2 gol), Khedira, dan Schurrle (2 gol) memperkosa gawang Julio Cesar yang hanya dibalas Oscar di menit akhir babak kedua.

Setelah itu, di perebutan tempat ketiga kembali Brasil dipermalukan tetangga Jerman yang juga runner-up Piala Dunia 2010, Belanda 0-3 tanpa balas. Kali ini giliran van Persie, Blind, dan Wijnaldum mengobok-obok gawang yang masih juga dipercayakan pada Julio Cesar di ibukota negara Brasilia. Sepuluh gol dalam dua pertandingan tentu merupakan aib besar, mengalahkan kejadian serupa di tahun 1950 dimana Brasil juga dipecundangi Uruguay  1-2 dalam final piala dunia yang juga diselenggarakan di Brasil.

Memulai kampanye Piala Dunia 2018, Brasil sepertinya masih trauma dengan tragedi Belo Horizonte. Meski sempat unggul 1-0 lewat gol Philippe Coutinho, ternyata setelah itu Brasil tampak kebingungan membongkar pertahanan Swiss. Malah lewat sebuah tendangan sudut oleh Shaqiri, Swiss berhasil membalas melalui tandukan Steven Zuber di menit ke-50. Brasil tersentak dan kembali membombardir gawang Swiss. Neymar sendiri dua kali melakukan tendangan keras yang berhasil diblok dengan baik oleh kiper Yann Sommer yang bermain gemilang hari itu. 

Tercatat 21 kali tendangan mengarah ke gawang Swiss, lima diantaranya tepat sasaran dan satu jadi gol. Sementara Swiss 'hanya' enam kali saja dan dua diantaranya tepat sasaran, satu menjadi gol, sebuah catatan yang sangat efektif. Konsekuensinya lebih banyak pelanggaran dilakukan oleh Swiss ketimbang Brasil sebanyak 19:11 dan tiga kartu kuning dari wasit, sementara Brasil hanya kebagian satu buah saja.

Sebagai tim besar di jagat sepakbola, Brasil selalu lolos minimal hingga ke perempat final. Terakhir kali Brasil gagal lolos dari grup terjadi di Piala Dunia 1966 dimana Eusebio berjaya menyarangkan dua gol ke gawang Brasil sekaligus menghempaskan juara bertahan dengan skor akhir 3-1 untuk Portugal, setelah sebelumnya juga kalah dari Hungaria dengan skor sama sehingga Brasil harus angkat koper lebih cepat. 

Setelah itu catatan terburuk Brasil hanya tidak lolos 16 besar di Piala Dunia 1990 ketika Brasil dikalahkan tetangganya sesama negara super sepakbola Argentina 0-1 lewat gol Claudio Caniggia di menit ke-80. Selebihnya selalu masuk perempat final, bahkan tiga kali masuk final berturut-turut (1994-2002) dan dua kali juara yang membuat Brasil masih memegang rekor terbanyak dengan torehan lima kali juara dunia.

Malam nanti, Brasil harus menang melawan Kosta Rika untuk menjaga asa lolos ke babak kedua. Terakhir kali Brasil bertemu Kosta Rika pada Piala Dunia 2002 yang dimenangkan Brasil dengan skor telak 5-2, dengan Ronaldo mencetak dua gol, disusul Edmilson, Rivaldo, dan Junior masing-masing satu gol, yang dibalas oleh legenda Kosta Rika Paulo Wanchope dan Ronald Gomes. Namun Kosta Rika sekarang jauh berbeda dengan tim yang dibawa tahun 2002. Pertahanan Kosta Rika saat ini begitu kuat karena dikawal oleh kiper tim juara Liga Champions, Keylor Navas, yang hanya bisa dibobol lewat bola mati oleh Kolarov saat kalah dari Serbia dengan skor 'hanya' 0-1 saja.

Neymar sendiri baru ikut serta di Piala Dunia 2014 dan tidak turun di semifinal melawan Jerman karena cedera lutut setelah dihantam bek Kolombia Zuniga di perempat final, yang membuat dia harus keluar dari daftar pemain Brasil pada pertandingan selanjutnya. Neymar hanya bisa menonton dari layar kaca melihat rekan-rekannya dipermalukan Jerman di kandangnya sendiri. Walau Brasil tidak juara, tapi Neymar memperoleh Bronze Ball sebagai peringkat ketiga top skor dengan empat gol.

Dalam laga krusial malam nanti, kematangan Neymar sebagai play maker dipertaruhkan untuk membawa Brasil meraih kemenangan pertama setelah gagal pada tiga laga beruntun di ajang piala dunia. Beban nomor punggung sepuluh yang pernah dipakai Pele, Zico, Rivaldo, hingga Ronaldinho membuat Neymar harus tampil maksimal seperti di PSG atau Barcelona. Jangan sampai nasib Messi yang tak mampu menyamai prestasi Maradona berimbas pada dirinya. Ingat, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda, sambil mendukung Brasil menghadapi Kosta Rika nanti malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun