Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Salam Tempel, Perlu atau Candu?

11 Juni 2018   09:13 Diperbarui: 11 Juni 2018   09:23 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salam Tempel dari Perusahaan (Dokpri)

Salah satu tradisi lebaran terutama buat anak-anak adalah pemberian angpao alias salam tempel dari orang-orang tua, paman, bibi, pakde, bude, om, tante, tetangga atau kerabat dekat. Biasanya salam tempel diberikan ketika bermaaf-maafan setelah sholat Ied dan makan ketupat. Kalau orang beken biasanya mengadakan open house buat salam-salaman sekaligus memberikan sedikit berkah kepada yang disalami.

Tradisi ini rupanya sudah lama dikenal dalam sejarah peradaban manusia. Baik di Tiongkok maupun di Arab, tradisi ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu dan biasanya dilakukan pada saat setelah melaksanakan ibadah di hari raya, atau saat ada perayaan pesta atau kematian. Besaran angpao atau salam tempel tidak ditentukan, tapi kalau di Tiongkok ada pertanda unik, angkanya jika dijumlahkan tidak boleh angka '4' karena berarti kematian.

Di satu sisi, salam tempel bagi si pemberi adalah sedekah sekaligus silaturahmi dengan anak-anak yang diberi. Dengan memberikan sejumlah uang diharapkan bisa membantu anak buat jajan besar setahun sekali. Selain itu salam tempel juga digunakan sebagai sarana balas budi. Kadang kita malu kalau memberi ke orang tuanya karena saya yakin mereka dulu ikhlas membantu kita, jadi balas budinya dilakukan dengan memberi ke anaknya.

Namun di sisi lain, salam tempel juga berefek negatif terutama buat yang menerimanya. Saya masih ingat waktu kecil dulu, saat lebaran selalu berusaha menyempatkan diri mampir ke rumah om X karena kalau memberi salam tempel. besarannya lumayan. Bahkan sebelum orang tua mengajak, kadang saya sudah duluan ke rumahnya sampai-sampai ortu kaget karena saya sudah nongol duluan pas mereka datang. 

Sekali waktu om X sedang bangkrut dan tak punya cukup anggaran untuk memberi salam tempel, saya langsung pasang muka merengut seperti tak rela menerimanya. Ketika dilapori ke orang tua, beliau malah balik marah ke saya. 

"Untuk apa kamu minta-minta ke Om X? Bikin malu papa aja! Emang papamu bokek apa!" Teriak papa nyaris membangunkan semua orang di sekitarnya. 

Saya hanya bisa tertunduk malu dan menangis tersedu mendengar omelan papa.

Mama kemudian mendekat dan memeluk saya.

"Nak, tak semua orang punya duit waktu lebaran. Memang dulu Om X kaya, tapi kan sekarang lagi bangkrut," jelas mama padaku. 

"Bangkrut itu apa sih Mam?" tanyaku polos.

"Bangkrut itu uangnya habis, tidak ada uang masuk ke perusahaan Om. Jadinya Om ga punya duit, paham?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun