Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mencicipi Makanan Terbuat dari Sagu Khas Maluku

2 Juni 2018   11:45 Diperbarui: 2 Juni 2018   14:19 3576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih lekang dalam ingatan saya waktu SD dulu, kalau makanan pokok orang Indonesia itu ada tiga. Beras untuk hampir seluruh rakyat Indonesia, jagung untuk rakyat NTT, dan sagu untuk masyarakat di Maluku dan Papua.

Namun yang unik dari sagu adalah bahannya berasal dari pohon sagu. Hal ini yang membedakan sagu dengan beras dan jagung yang berasal dari famili yang sama yaitu poaceae, semacam rerumputan yang tumbuh di daerah tropis.

Pohon sagu atau rumbia biasanya ditemukan di dataran rendah yang cukup basah seperti di daerah aliran sungai atau rawa-rawa seperti banyak ditemui di Papua dan Kepulauan Maluku. Tepung sagu dihasilkan dari pohon rumbia yang dipotong tengahnya lalu diikat dengan rotan. Setelah itu batang sagu dibawa ke tempat pengolahan untuk dicacah lalu dihaluskan dan disaring menjadi tepung. 

Bubur Papeda dari Sagu (Dokpri)
Bubur Papeda dari Sagu (Dokpri)
Sebagai bahan pokok, sagu disajikan dalam bentuk bubur atau lontong yang dilumuri kuah. Bubur sagu atau lebih dikenal dengan papeda terasa lengket seperti tapioka dan dimakan dengan menggunakan sumpit. Inilah uniknya makan papeda seperti makan mie ayam, karena saking lengketnya maka tidak cocok bila menggunakan sendok makan. Rasanya memang agak aneh, terasa hambar dan bisa bikin mual kalau belum terbiasa memakannya.
Lontong Papeda dengan Kuah Sup (Dokpri)
Lontong Papeda dengan Kuah Sup (Dokpri)
Biasanya papeda disajikan dengan sup ikan atau ikan bakar sebagai lauk pauknya. Papeda yang sudah lengket tersebut disiram dengan kuah sup ikan dan diaduk-aduk sebelum dimasukkan ke dalam mulut.

Memang agak repot makan sup ikan yang menggunakan sendok tebal dikombinasikan dengan sumpit untuk menyendok papeda. Saya yang belum terbiasa mengambil papeda dengan sumpit sering lengket ke baju dan tangan. Alhasil setelah makan papeda terpaksa harus mengganti baju yang lengket akibat tumpahan papeda.

Sup Ikan Sebagai Lauk Pauk (Dokpri)
Sup Ikan Sebagai Lauk Pauk (Dokpri)
Selain sebagai bahan pokok, tepung sagu juga menjadi bahan dasar pembuatan kue kering seperti kue kenari, bagea, dan sebagainya. Ciri khas kue yang terbuat dari sagu penampakannya keras, tapi kalau sudah dimakan baru terasa lembutnya. Rasanya juga agak sedikit aneh, setengah hambar walau sudah ditambah sari buah kenari sebagai penyedap rasa. Oleh-oleh kue sagu banyak dijual di Ambon dan relatif awet, tidak cepat basi bila dibawa ke Jakarta.
Kue Kering dari Tepung Sagu (Dokpri)
Kue Kering dari Tepung Sagu (Dokpri)
Bila berkunjung ke Indonesia Timur khususnya Maluku dan Papua, jangan lewatkan untuk mencicipi makanan dari sagu. Namun sebelum mengambil terlalu banyak, terutama papeda, sebaiknya dicoba terlebih dahulu, karena tidak semua lidah siap menerima asupan makanan yang lengket dan rasanya agak hambar. Kalau kurang enak, lebih baik dicampur dengan sup ikan atau kuah yang gurih agar terasa nikmatnya. Bila lidah tidak cocok sebaiknya jangan memaksakan diri, mending memesan nasi biasa saja agar selera makan tetap terjaga.
Toko yang Menjual Aneka Kue Kering dari Sagu (Dokpri)
Toko yang Menjual Aneka Kue Kering dari Sagu (Dokpri)
Kalau tidak kuat makan papeda bisa juga mencoba sagu yang dibuat menjadi kue kering. Kalau sedang di Ambon biasanya saya selalu membawa kue kenari untuk dijadikan oleh-oleh karena rasanya agak manis dengan aroma kayu kenari. Selain itu ada juga kue bagea, namun lebih dominan rasa sagu daripada manisnya sehingga kurang cocok di lidah saya. Buat para travellers, belum lengkap berkunjung ke Maluku bila belum menikmati sajian dari tepung sagu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun