Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perpaduan Tradisional dan Modern Pada Masjid Agung Madiun

30 Januari 2018   23:28 Diperbarui: 30 Januari 2018   23:36 1753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Depan Masjid Agung Madiun (Dokpri)

Hampir setiap kota di Jawa terutama yang tumbuh pada era kerajaan Mataram hingga Hindia Belanda selalu mempunyai ciri-ciri alun-alun sebagai pusat kota, di sebelah baratnya ada masjid, di sebelah selatan atau utara kantor bupati, di sebelah timur pasar atau pusat kegiatan lainnya. Demikian pula dengan kota Madiun terdapat masjid agung di sebelah barat alun-alun yang diberi nama Masjid Agung Baitul Hakim, sementara di sebelah utara berdiri bekas perkantoran bupati Madiun.

Bagian Tradisional Masjid Agung (Dokpri)
Bagian Tradisional Masjid Agung (Dokpri)
Keunikan masjid agung ini adalah perpaduan bangunan tradisional yang konon dibangun pada masa penjajahan Belanda sekitar abad ke-18 dengan bangunan modern yang merupakan hasil pemugaran masjid yang lama. Walaupun terjadi pemugaran, bagian dalam masjid yang lama masih tetap dipertahankan. Di dalam bangunan lama terdapat 16 tiang penyangga kayu yang masih dipertahankan hingga sekarang walaupun kondisinya tampak miring. Mihrab dan bagian depan masjid juga masih dipertahankan bentuk tradisonalnya.

Bagian Modern Masjid Agung (Dokpri)
Bagian Modern Masjid Agung (Dokpri)
Mengingat jumlah jamaah yang semakin membesar dari waktu ke waktu, pada tahun 2002 dilakukan renovasi dengan memperbesar ukuran masjid. Disinilah letak modernisasi masjid dilihat dari tampak depan dan samping yang terlihat baru dengan perpaduan warna biru cerah. Pada bangunan baru ini terdapat 5 kubah utama yang terdiri dari satu kubah utama, tiga berada di depan dan satu lagi di samping, serta empat menara di tiap sudutnya. Di bagian dalamnya berwarna putih sehingga tampak cerah yang berasal dari pantulan sinar matahari.

Lampu Gantung di Bagian Tradisional (Dokpri)
Lampu Gantung di Bagian Tradisional (Dokpri)
Dari luar tidak tampak bangunan tradisionalnya, namun begitu masuk ke dalam masjid, baru terasa nuansa bangunan lama yang masih dipertahankan hingga kini. Memang terlihat sempit ketika berada di dalam bangunan tradisional, namun suasana berubah lega bila kita berada di area bangunan baru yang mengelilingi bangunan lama. Bagian dalam tampak lebih gelap karena berada di tengah-tengah bangunan baru yang lebih tinggi, disamping warna tiang penyangga kayu coklat tua semakin memudarkan cahaya yang masuk melalui sela-sela jendela.

Salah Satu Sudut Menara (Dokpri)
Salah Satu Sudut Menara (Dokpri)
Kebetulan saya mampir pas hari Jumat, jadi masjid tampak ramai dan penuh saat khatib membacakan khutbah Jumat. Untungnya saya datang sekitar satu jam sebelum waktu shalat dan suasana masjid masih sepi sehingga dapat leluasa mengambil gambar. Bangunan masjid agung ini patut dicontoh masjid lain yang mengalami perluasan, yaitu melakukan renovasi tanpa harus mengorbankan bangunan lama. 

Bangunan baru penting, tapi mempertahankan nilai sejarah bangunan tetap lebih utama. Sayangnya literatur mengenai sejarah masjid ini tidak terekam dengan baik sehingga saya kehilangan informasi persisnya kapan masjid ini pertama kali dibangun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun