Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kyoto Simbol Kejayaan Jepang Masa Lalu

27 Oktober 2017   08:47 Diperbarui: 27 Oktober 2017   09:14 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingin melihat Jepang masa lalu, datanglah ke Kyoto yang merupakan ibukota Jepang sebelum pindah ke Tokyo. Kyoto sendiri memiliki sejarah panjang baik sebagai ibukota Jepang dan  pusat perdagangan di masa lalu sejak tahun 794 Masehi sebagaimana dikutip dari Wikipedia. Disinilah terletak Istana Kekaisaran Jepang (Kyoto Gosho/Imperial Palace) pada masa Restorasi Meiji yang terkenal itu. Istana Kekaisaran dapat diibaratkan seperti kraton Sultan Jogja atau kraton Sunan Solo yang menjadi pusat pemerintahan kerajaan di Jawa masa lalu.

Kyoto Tower di Depan Stasiun Kyoto (Dokpri)
Kyoto Tower di Depan Stasiun Kyoto (Dokpri)
Saya sendiri tiba di Kyoto malam hari sehingga tidak sempat eksplore dan langsung menuju hotel. Sempat kesasar juga karena salah men-tag nama hotel di google maps, kebetulan memang hotel tersebut satu grup hanya beda lokasi saja. Untung jaraknya tak begitu jauh, yang satu di utara stasiun kereta, yang saya tuju berada di selatan stasiun. Maklum tidak ada ojek disana, naik taksi pastilah mahal, naik kereta juga tidak mungkin karena cuma berseberangan jalan, tapi jauh juga rupanya.

Gerbang Masuk Istana (Dokpri)
Gerbang Masuk Istana (Dokpri)
Paginya saya langsung menuju Imperial Palace yang menjadi istana kerajaan pada masa lalu. Seperti biasa tas ransel saya titipkan di loker otomatis yang tersedia di setiap stasiun kereta, lalu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan komuter. Setelah turun di stasiun bawah tanah Imadegawa, saya langsung berhadapan dengan tembok benteng pelindung istana. Tak berapa jauh terdapat pintu masuk dan sempat bertemu sesama orang Indonesia yang baru saja usai berolahraga di dalam taman istana.

Benteng Lapis Kedua Istana (Dokpri)
Benteng Lapis Kedua Istana (Dokpri)
Agak berbeda dengan suasana kraton di Indonesia, halaman istana yang luas dipenuhi oleh tanaman dan pepohonan sehingga tampak rindang dan asri. Bentengnya sendiri terdiri dari dua lapis, lapisan luar merupakan taman, lapisan dalam untuk melindungi bangunan yang ada di dalamnya. Kompleks istana berada di dalam benteng lapis kedua dan masuknya gratis walau harus melalui pemeriksaan barang bawaan. Di dalam ada studio yang menyetel film mengenai seluk beluk bangunan dan sejarah istana, serta menjual suvenir sebagai kenangan pernah berkunjung. Setelah itu saya berkeliling istana dengan mengikuti rambu yang telah tersedia agar tidak tersesat di dalam. Maklum banyak terdapat bangunan selain istana utamanya.

Taman di Dalam Kompleks Istana (Dokpri)
Taman di Dalam Kompleks Istana (Dokpri)
Walau terdiri dari beberapa bangunan besar, namun tetap diselingi oleh taman-taman dengan danau kecil sehingga suasananya tetap segar. Sayangnya kita tidak boleh masuk ke dalam bangunan yang ada, hanya bisa melihat-lihat dari luar saja. Mungkin demi menjaga kebersihan dan kekuatan bangunan agar tidak cepat kotor dan rusak oleh tangan jahil pengunjung. Komposisinya bangunannya khas istana, terdiri dari bangunan utama atau siti hinggil di tengah, dikelilingi oleh tempat tinggal kaisar, keluarganya, serta para abdi dalem dan ruangan untuk para tamu kaisar. Namun tidak semua bangunan boleh dilihat, ada beberapa yang diberi garis restriksi untuk tidak dilalui pengunjung.

Bangunan Pendukung Istana (Dokpri)
Bangunan Pendukung Istana (Dokpri)
Dibutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk mengelilingi keseluruhan kompleks istana yang sangat luas tersebut. Di lapis luar benteng juga terdapat beberapa bangunan disamping taman dan pepohonan. Suasananya ramai orang berolahraga baik jalan kaki atau bersepeda mengelilingi tembok istana. Tak terasa waktu telah menjelang zhuhur pertanda sholat Jumat akan segera dimulai. Kebetulan tak jauh dari istana ke arah timur terdapat masjid kecil yang sepertinya dikelola oleh jamaah dari Asia Tenggara. Sayangnya tidak boleh mengambil foto sehingga saya hanya bisa mengambil dari sisi luarnya saja.

Suasana Masjid Setelah Jumatan (Dokpri)
Suasana Masjid Setelah Jumatan (Dokpri)
Setelah Jumatan saya makan siang di sebuah resto India dekat dengan masjid. Tentunya menu yang disajikan khas India namun tetap dijamin kehalalannya sesuai rekomendasi salah satu jamaah masjid, walaupun harganya cukup mahal, sekitar 1400 Yen (168 Ribu Rupiah) per porsi plus minuman dingin. Perjalanan dilanjutkan ke musium Manga untuk melihat sejarah komik khas Jepang tersebut. Pusat kota Kyoto sendiri tidak terlalu besar dan mudah dijangkau menggunakan kereta bawah tanah atau bus yang sebagian besar mengarah ke stasiun Kyoto. Jadi kalau merasa kesasar sebaiknya naik bus ke stasiun, agar mudah mengatur rute ke tempat lain.

Halaman Depan Musium Manga (Dokpri)
Halaman Depan Musium Manga (Dokpri)
Tak sampai setengah jam saya tiba di musium Manga setelah berganti bus dua kali. Di sini kita bisa membaca ribuan komik Manga mulai dari awal sejarah hingga saat ini. Kita juga bisa membeli suvenir dengan lukisan Manga, namun harganya cukup mahal. Demi menjaga hak cipta, kita dilarang mengambil foto di dalam musium kecuali di beberapa booth saja yang khusus diperuntukkan buat selfie. Enaknya di Kyoto, tersedia wifi gratis hampir di setiap tempat strategis selama satu jam sehingga kita bisa browsing sambil bersantai atau membaca komik.

Foto Booth di Dalam Musium Manga (Dokpri)
Foto Booth di Dalam Musium Manga (Dokpri)
Pintu Masuk Nijo Castle (Dokpri)
Pintu Masuk Nijo Castle (Dokpri)
Cuaca hujan di luar membuat saya betah di dalam musium, tak terasa waktu sudah semakin sore sehingga saya terpaksa basah-basahan untuk mampir ke Nijo Castle. Jaraknya tak terlalu jauh hanya berbeda satu stasiun bawah tanah saja. Namun karena masih hujan rintik-rintik saya urungkan niat untuk masuk ke dalam. Waktu yang semakin sore membuat saya harus kembali ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan menuju Hiroshima, kota terakhir sebelum kembali ke Tokyo.

Salah Satu Sudut Nijo Caste (Dokpri)
Salah Satu Sudut Nijo Caste (Dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun