Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Cantiknya Buaya di Lepas Pantai Papua

20 Agustus 2016   20:23 Diperbarui: 20 Agustus 2016   20:31 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahnya Pemandangan Pantai Pulau Buaya (Dokpri)

Papua terkenal dengan gugusan pulau-pulau yang indah dan pantainya yang masih alami. Di lepas pantai Sorong sendiri banyak terdapat pulau-pulau kecil seperti pulau Doom, pulau Soop, pulau Raam, pulau Dofior, dan pulau Buaya yang memang bentuknya seperti buaya. Dibanding pulau yang lain, letak pulau Buaya sedikit agak jauh ke utara,  sekitar 10 menit saja waktu tempuhnya dari pelabuhan speed di Sorong. Walau bentuknya seperti buaya, namun bila sudah dekat nampak sekali keindahan pantainya.

Penampakan Buaya dari Kapal Cepat (Dokpri)
Penampakan Buaya dari Kapal Cepat (Dokpri)
Pulau Buaya bisa menjadi alternatif berwisata di Sorong bila tak sempat menyeberang ke Raja Ampat. Kita bisa menyewa speed atau ikut kapal biasa yang menunggu penumpang hingga penuh. Ukuran pulaunya sendiri tidak terlalu luas dan disini terdapat perkampungan yang dihuni oleh suku Biak dan suku Buton yang hidup berdampingan sebagai nelayan. Selebihnya adalah hutan pohon kelapa yang memayungi pulau dari hawa panas mentari.

Salah Satu Kafe di Pulau Buaya (Dokpri)
Salah Satu Kafe di Pulau Buaya (Dokpri)
Saung Tempat Bersantai Menikmati Pantai (Dokpri)
Saung Tempat Bersantai Menikmati Pantai (Dokpri)
Pantainya sendiri masih tampak alami, hanya ada beberapa gubuk tempat bersantai sambil minum kelapa asli yang dipetik langsung dari pohon yang bertebaran. Belum tampak sentuhan pemerintah atau swasta untuk mempercantik pulau ini. Di sebuah sudut tampak kafe yang tutup karena kebetulan saya berkunjung bukan pada hari libur. Pulau ini sendiri baru ramai pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur, selebihnya sunyi senyap, hanya aktivitas penduduk setempat saja yang menghidupkan pulau.

Sampah Botol Minuman Berserakan (Dokpri)
Sampah Botol Minuman Berserakan (Dokpri)
Sayangnya, lagi-lagi kebersihan masih menjadi kebutuhan nomor sekian dari masyarakat kita. Sampah botol minuman dan makanan masih terserak di sana sini, hampir tidak ada orang yang mau membersihkannya. Letak pantai wisatanya memang agak jauh dari perkampungan, sehingga hampir tidak ada orang yang memperhatikan kebersihan di sana. Hanya ada seorang penjaga yang berkeliling dengan anjingnya dan menagih biaya masuk pulau bagi pengunjung yang kepergok olehnya.

Bersantai Sambil Minum Kelapa Asli (Dokpri)
Bersantai Sambil Minum Kelapa Asli (Dokpri)
Di perkampungan sendiri kita bisa membeli cendera mata hasil laut seperti karang dengan berbagai bentuk, penutup mutiara, bahkan pohon anggrek juga dijual disini. Ada pengumuman agar para pengunjung berbagi rezeki dengan membeli buah tangan khas pulau tersebut. Namun sayangnya saat kami berkunjung tidak ada penjualnya, hanya pajangan karang di depan halaman rumah saja terpampang.

Cendera Mata Karang dan Anggrek Khas Pulau Buaya (Dokpri)
Cendera Mata Karang dan Anggrek Khas Pulau Buaya (Dokpri)
Mari Berbagi Rezeki (Dokpri)
Mari Berbagi Rezeki (Dokpri)
Tak terasa hari sudah hampir petang ketika kami meninggalkan pulau ini. Sebenarnya masih ingin menunggu sunset, tapi karena cuaca dan angin semakin kencang, membuat pengemudi speed tidak berani spekulasi mengantar kami setelah mentari terbenam. Selain gelap, ombak semakin besar tidak menjamin keamanan berlayar menyeberang pulau. Kurang puas memang, tapi itulah yang bisa dilakukan, keselamatan lebih utama daripada sekedar menikmati keindahan alam.

Gugusan Pohon Kelapa di Pulau Buaya (Dokpri)
Gugusan Pohon Kelapa di Pulau Buaya (Dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun