Mohon tunggu...
Diyouva Christa Novith
Diyouva Christa Novith Mohon Tunggu... Diplomat - Full Timer Fiscus; Part Timer Author

Civil Servant | Economic Enthusiast | Part-timer Writer | Full-timer Workaholic. You don't have to be great for starting, but you have to start for being great. I still think we have to focus on investing in human capital than infrastructure capital.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yang Muda, Yang Bekerja!

28 Oktober 2020   09:41 Diperbarui: 28 Oktober 2020   09:57 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Indonesia telah merebut kemerdekaan yang menjadi haknya tujuh puluh empat tahun yang lalu. Menilik sejarah perjuangan bangsa Indonesia tak pernah lepas dari semangat juang dan pantang menyerah dari kaum muda yang mengenyam pendidikan. 

Pada zaman penjajahan, hanya kaum bangsawan yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan kaum pribumi hampir tidak memiliki kesempatan merasakan betapa pentingnya pendidikan. Bukan hanya pendidikan, komunitas yang ada juga sangat diawasi dan dibatasi. 

Perlakuan diskriminatif kolonial Belanda terhadap kaum pribumi terlihat jelas dimana salah satunya berwujud dalam bentuk tulisan di berbagai tempat: “Verboden voor honden en inlander.” yang berarti: “Dilarang masuk untuk anjing dan pribumi.” Cara kolonial Belanda memperlakukan kaum pribumi kemudian mendapat kritikan keras dari berbagai kalangan termasuk dari politikus Belanda.

Bangsa Indonesia mulai mendapat cahaya harapan melalui politik etis yang digagas oleh Van Deventer, salah seorang politikus Belanda, pada tahun 1908. Politik etis memberikan bangsa Indonesia priyayi Jawa yang “baru” atau priyayi rendahan. Dimana pionir pendidikan di Indonesia juga tidak luput dari karya para pemudanya. 

Dr. Soetomo adalah tokoh dari golongan muda yang mendirikan organisasi bernama Boedi Oetomo. Boedi Oetomo berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 yang sekarang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tahunnya, berdirinya Boedi Oetomo dianggap menjadi awal gerakan dalam mencapai tujuan nasional kaum pribumi, yaitu merdeka.

Lahirnya Boedi Oetomo menjadi tongak awal dari berdirinya berbagai organisasi lainnya seperti Serikat Islam dan Indische Partij dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme kaum pribumi. 

Sampai pada sejarah detik-detik kemerdekaan Indonesia juga tidak luput dari peristiwa Rengasdengklok yaitu peristiwa penculikan yang dilakukan oleh kaum muda terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa kemerdekaan yang merupakan hasil dari perjuangan dan pengorbanan bangsa Indonesia selama ini menjadi sebuah hadiah atau pemberian semata dari bangsa Jepang.

Berlandaskan sejarah bangsa Indonesia, kita dapat menyadari bahwa para pemuda Indonesia selalu memiliki peran strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan setelah kemerdekaan kita dapat melihat pentingnya peran kaum muda berintelektual yang akrab kita sebut dengan mahasiswa. Mahasiswa kembali menempati peran penting yaitu menjadi penggerak utama dalam menjatuhkan rezim Soekarno pada orde lama dan rezim Soeharto pada orde baru. Mahasiswa menjadi tokoh penting dalam menorehkan sejarah (history making) ketika bangsa Indonesia berada dalam keadaan genting.

Mahasiswa pada umumnya identik dengan kata pemuda namun tidak semua pemuda memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi. Mahasiswa memiliki pendidikan, semangat juang dan pola pikir yang lebih baik sehingga idealnya mahasiswa adalah role model dalam masyarakat. 

Namun kenyataannya, mahasiswa kurang menyadari peran dan fungsi yang terdapat pada pundak mereka. Pengaruh globalisasi dan perkembangan zaman membuat mahasiswa mengalami degradasi moral dan mulai terlena dengan kesenangan. Mahasiswa menjadi lebih individualis dan hanya berfokus pada materi kuliah yang dijelaskan dan tugas yang diberikan oleh dosen demi mendapatkan nilai dan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi. 

Mahasiswa kini hanya berpikir bagaimana caranya mendapatkan nilai setinggi-tingginya hingga ketika mereka wisuda, dapat memperoleh pekerjaan dengan pendapatan yang layak. Hal ini membuat mereka melupakan bahwa meraka merupakan bagian dari masyarakat dan sudah sepatutnya mereka berkontribusi aktif dalam membela kepentingan masyarakat dan memajukan bangsa Indonesia. Di pundak mahasiswa terdapat tanggung jawab moral sehingga mahasiswa harus lebih menyadari posisinya dalam masyarakat yaitu untuk memberikan dampak dan manfaat melalui karya-karyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun