Mohon tunggu...
Diyouva Christa Novith
Diyouva Christa Novith Mohon Tunggu... Diplomat - Full Timer Fiscus; Part Timer Author

Civil Servant | Economic Enthusiast | Part-timer Writer | Full-timer Workaholic. You don't have to be great for starting, but you have to start for being great. I still think we have to focus on investing in human capital than infrastructure capital.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Begini Cara Milenial Menaklukkan Resesi

12 Oktober 2019   13:47 Diperbarui: 12 Oktober 2019   13:51 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Resesi global semakin jelas di depan mata, perang dagang AS -- China tak kunjung menemui kata damai, perlambatan ekonomi yang terjadi di Eropa semakin jelas terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang semakin melemah terutama Jerman yang merupakan penguasa ekonomi Eropa mengalami penurunan pada sektor industri.

Di Indonesia, perekonomian RI berada dalam tren perlambatan. Berdasarkan data dari BPS pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II tahun 2019 hanya mencapai 5,05% YoY dimana pada tahun sebelumnya pada kuartal yang sama (kuartal II tahun 2018) mencapai 5,27% YoY. Pada pasar modal Indonesia IHSG menunjukkan penurunan drastis dimana sempat menyentuh angka di bawah 6000 dan masih dalam tren penurunan.

Menghadapi resesi ekonomi yang senantiasa menghantui, lalu apa saja yang bisa dilakukan kaum Milenial untuk menaklukkan resesi? Berikut beberapa tips jitu yang bisa dilakukan oleh kaum Milenial dalam menghadapi resesi.

Tips pertama: Tinjau Kembali Portofolio Anda! Melakukan pengecekan kembali pada portofolio adalah hal yang wajib dilakukan dalam menghadapi resesi. Hindari sebisa mungkin sektor-sektor dengan tingkat volatilitas yang tinggi dan fokuslah pada sektor defensif seperti konsumsi dan jasa keuangan. Saham yang memiliki fluktuasi sangat tinggi cenderung berisiko tinggi dan dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi investor.

Sebaliknya saham pada sektor defensif mampu mengungguli dan bertahan selama resesi dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang akan tetap ada selama masa resesi dikarenakan barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut merupakan kebutuhan sehari-hari konsumen sehingga perusahaan pada sektor tersebut mampu bertahan walau terjadi resesi.

Langkah kedua lakukanlah diversifikasi. Anda dapat memegang beberapa instrumen investasi lainnya dalam rangka menghindari kerugian besar oleh pergerakan saham yang liar dan tak terprediksi. Beberapa opsi investasi yang aman selama resesi adalah Emas dan Obligasi Negara. Emas merupakan salah satu instrument investasi yang mudah dijual atau digadaikan saat keadaan darurat. Tingkat likuiditas emas inilah yang menjadi salah satu daya tarik emas ditambah lagi ketidakpastian geopolitik yang sedang terjadi secara global memicu nilai emas semakin meroket dan membuat emas menjadi aset paling aman dan populer di kalangan investor.

Di sisi lain obligasi negara memiliki tingkat risiko yang sangat kecil dibandingkan dengan instrumen investasi utang lainnya karena dijamin oleh negara. Meskipun obligasi negara memiliki tingkat return yang kecil namun obligasi negara ini merupakan opsi yang tepat dalam menghadapi resesi ekonomi karena adanya keuntungan berupa pendapatan tetap dari kupon bunga yang didapatkan secara periodik.

Hal ketiga Cash is King! Dalam menghadapi situasi yang tidak pasti likuiditas adalah raja, meningkatkan cadangan kas merupakan salah satu hal bijak yang dapat dilakukan oleh kaum Milenial untuk bertahan selama resesi terjadi. Hal ini sebagai bentuk antisipasi karena pada kondisi perlambatan ekonomi perusahaan dapat mengalami penurunan penjualan dan pendapatan sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi pernurunan income atau bahkan sampai terjadi PHK.

Cadangan kas juga memberi kaum Milenial ruang gerak untuk bebas memilih aset-aset lainnya yang mengalami penurunan harga dan berpotensi mendapatkan tingkat keuntungan yang menjanjikan ketika terjadi rebound pada pasar. Di sisi lain mata uang juga dapat dijadikan instrumen investasi yang menjanjikan.

Dolar merupakan mata uang dunia yang sudah diakui sebagai aset paling stabil di seluruh dunia jika dibandingkan dengan mata uang lainnya. Selain menjadi acuan mata uang asing Dolar juga memiliki daya beli yang cenderung stabil sehingga memiliki kemudahan dalam bertransaksi atau proses pencairannya ketika dibutuhkan.

Sebagai contoh ketika terjadi krisis moneter 1998 nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami penurunan drastis yang dapat menyebabkan kerugian bagi mereka yang bertransaksi dengan menggunakan rupiah. Namun hal ini merupakan keuntungan bagi mereka yang memiliki tabungan atau investasi terhadap mata uang Dolar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun