Mohon tunggu...
Diyah Kalyna
Diyah Kalyna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis itu berbicara kepada alam. Menceritakan keindahannya dan mengungkapkan rahasianya. Aku, kamu, menjadi kita.

Berasal dari Blitar, Jatim, pendidikan S1 di kota Solo, Jateng, dan sekarang domisili di Negara Brunei Darussalam. Sejak tahun 2015 bergabung dalam mediasi dan penanganan masalah tenaga kerja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Alam

17 Oktober 2019   17:09 Diperbarui: 17 Oktober 2019   17:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti menatap karang di lautan. Terdiam! Tak bergerak. Hanya deru ombak, yang pecah, berderai menjadi nyanyian alam. Dimanakah perginya harmoni?

Seperti menatap dinding. Terpacak di bumi! Tak bergeser. Hanya dendang statis di setiap sudut. Hingga mengungkung penghuninya.

Kenapa masih setia menjadi saksi, akan hadirnya? Ketika rasa muak, sudah menghampiri separuh perjalanan waktu?
Meskipun kau sadari, jika kuasa di atas sana, sedang berbicara.

Bukankah kau tahu, langit tak selamanya cerah. Bulan tak selamanya terang. Dan matahari tak selamanya menyeringai.

Kau tetap tengadah, memohon ampunan, rahmat dan taufik, yang dipanjatkan kepada Tuhan, Yang Maha menghidupkan setiap makhluk ciptaan-Nya.

**
BSB, 17 Oktober 2019
Diyah Kalyna

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun