Mohon tunggu...
Diyah AriyeniWidiastuti
Diyah AriyeniWidiastuti Mohon Tunggu... Perawat - MAHASISWA EXTENSION ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI, RUANG ICU

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ketika Nilai-nilai Profesionalisme Dihadapkan pada Beban Kerja Perawat yang Tinggi

30 Juni 2021   10:33 Diperbarui: 30 Juni 2021   10:40 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelayanan keperawatan mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan. Di dalam sistem tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit, peranan perawat sangat besar sehingga diperlukan adanya tuntutan kerja yang tinggi yang perlihatkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Besarnya tuntutan kinerja perawat memicu masalah penurunan kinerja perawat oleh karena burnout yang dialaminya, apalagi dimasa pandemi sekarang ini, dibutuhkan tenaga ekstra seorang perawat untuk melalui semua ini.

Banyak pemberitaan akhir-akhir ini bahwa Sebagian besar media memberitakan mengenai loyalitas seorang perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan covid-19. Fenomena ini membuka mata hati masyarakat tentang pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan. Masyarakat baru menyadari bahwa jasa seorang perawat tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi di masa pandemi ini, perawat merupakan garda terdepan dalam berjuang menghadapi masa pandemik covid-19, walau harus bertaruh nyawa dan meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi, mereka tetap bertahan dan berjuang menghadapi masa pandemi dengan tetap selalu berada disamping pasien yang terkonspirasi positif covid-19 untuk tetap memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan penuh tanggung jawab, aware, care, dan rasa empati yang tinggi serta mengendahkan rasa cemas mereka meskipun harus menghadapi beban kerja yang tinggi yaitu kurangnya tenaga perawat, sarana, dan prasana serta adanya stigma dari masyarakat yang terkadang membuat perawat mengalami kelelahan atau istilahnya burnout.

Burnout merupakan suatu kondisi seseorang yang mengalami kekelahan,dan kinerja kerja menurun akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi dan tuntutan emosional untuk mencapai kepuasan diri (Moorhead & Griffin, 2013). Burnout berdampak negative pada penurunan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan berdampak pada rendahnya kepuasan kerja perawat, berkurangnya komitmen terhadap organisasi, serta meningkatnya intentionturnover perawat. (Laschinger et al., 2014)

Kegiatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi, menggambarkan kegiatan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Pasien,keluarga pasien maupun profesi tenaga kesehatan yang lain mengharapkan tuntutan pekerjaan seorang perawat. Tuntutan pekerjaan perawat inilah yang merupakan beban kerja seorang perawat selama memberikan pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien selam 24 jam dengan selalu berada disamping pasien untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.

Faktor pencentus timbulnya bornout pada perawat adalah adanya beban kerja yang berlebihan bagi perawat. Beban kerja merupakan sesuatu perbedaan yang muncul akibat interaksi antara tuntutan-tuntutan kerja yang dihadapinya dengan kemampauan atau kapasitas pekerja, sehingga perlu diperhatikan keserasian dan produktifitas kerja yang tinggi dan beban kerja seorang perawat juga harus sesuai dengan kemampuan individu perawat. Keadaan seperti ini dapat memicu timbulnya bornout atau kelelahan emosional seorang perawat yang dapat berdampak pada kinerja perawat. Selain berinteraksi dengan pasien, perawat juga harus bekerja maksimal dengan keterbatasan jumlah tenaga dan jadwal dinas yang padat,serta perawat juga dihadapkan pada kondisi kritis pasien yang memerlukan waktu yang lama untuk proses penyembuhan . Hal tersebut di atas dapat menyebabkan beban kerja perawat berlebihan sehingga dapat mempengaruhi kinerja kerja perawat dan berdampak pada kualitas pelayanan

Beberapa komponen yang dapat menafsirkan beban kerja menurut (Gillies, 1994), meliputi :

  1. Jumlah pasien yang di  rawat di rumah sakit. Adanya pasien berarti adanya kegiatan penggunaan jasa oleh pasien. Dalam memberikan pelayanan jasa di sebuah rumah sakit diperlukan jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam pelayanan, Jumlah sumber daya manusia ditentukan oleh jumlah pasien, sehingga perhitungan kebutuhan tenaga yang akan diperlukan, tergantung dari jumlah pasien. Yang dapat dihitung berdasarkan Bed Ocuppation Rate (BOR) baik dihitung harian, bulanan maupun tahunan. Perhitungan dilakukan disetiap ruangan. (Ilyas, 1999) menyatakan bahwa jumlah pasien mempengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan terhadap pasien. Hal ini dapat menentukan besarnaya beban kerja perawat.
  2. Tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhan dasar klien. Ketergantungan pasien terhadap perawat dapat mempengaruhi beban kerja perawat. Edwaston dalam (Gillies, 1994) pengelompokkan pasien berdasarkan kebutuhan keperawatan klinis dapat diobservasi oleh perawat. Hal ini dapat menentukan lamanya waktu dan kemampuan yang dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan pasien. Ini semua sebagai informasi perkiraan beban kerja perawat. Klasifikasi ketergantungan pasien dapat dilihat melalui observasi terhadap pasien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti: makan, minum, kebersihan diri, eliminasi, aktifitas, perilaku, terapi dan pendidikan kesehatan.
  3. Sistem Metode Penugasan Dalam Keperawatan (Gillies, 2000) menjelaskan bahwa  metode penugasan asuhan keperawatan yang dapat diimplementasikan antara lain: metode fungsional, metode tim,, metode modular, metode manajemen kasus serta perawatan primer
  4. Jenis Tindakan Keperawatan. Pekerjaan yang sangat bervariasi yang harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana di ruang rawat, sehingga beban kerja dipisahkan menurut jenis kegiatan. Ada dua jenis bentuk kegiatan yaitu: 1. Kegiatan Perawatan Langsung, Merupakan kegiatan perawatan terhadap pasien secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spriritual klien. Yang meliputi melakukan pengkajain, komunikasi, pemberian obat, pemberian makan dan minum, kebersihan diri, serah terima pasien dan prosedur tindakan, seperti: mengukur tanda-tanda vital, merawat luka, persiapan opearsi, melaksanakan observasi, memasang dan observasi infus dan memberikan dan mengontrol pemasangan oksigen. 2. Kegiatan Perawatan Tidak Langsung Merupakan kegiatan keperawatan tidak langsung yang dilakukan oleh seorang perawat seperti administrasi pasien, menyiapkan obat-obatan, menyiapkan alat, melakukan koordinasi dan konsultasi demi kepentingan pasien, dan kegiatan kurir yang berkaitan dengan kepentingan pasien, kegiatan pengembangan keperawatan misalnya membaca buku keperawatan, diskusi antar sesama perawat atau dengan atasan maupun tim kesehatan lain terhadap perkembangan dan kondisi pasien, kegiatan pengembangan organisasi rumah sakit seperti pertemuan dengan pimpinan rumah sakit.
  5. Rata-rata waktu untuk melaksanakan tindakan keperawatan. Lamanya masa perawatan akan mempengaruhi beban kerja perawat. Semakin lama pasien di rawat, berarti semakin banyak diperlukan tindakan keperawatan, Hal ini dapat berdampak pada beban kerja perawat semakin meningkat.

Contoh Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat:

Formula Gillies

A         = jam perawatan/24jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)

B         = Sensus harian (BOR X jumlah tempat tidur)

C         = Jumlah hari libur

365    = jumlah hari kerja setahun, jam kerja perhari = 6 jam

                                     A X B X 365

Tenaga Perawat (TP) = (365 -- C) X jam kerja/hari

Dua faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja adalah :

  1. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari luar pekerja yang meliputi. Tugas kerja yang meliputi tugas secara fisik ,contohnya lingkunga kerja, sarana dan prasarana kerja dan tugas secara mental, contohnya tingkat kesulitan dan kompleksnya pekerjaan serta tanggung jawab perkerjaan. Organisasi kerja seperti pengaturan waktu kerja,waktu istirahat,pengaturan jadwal shiff,managemen struktur organisasi sampai dengan pengaturan penggajian.
  2. Faktor internal, adalah faktor yang mempengaruhi beban kerja yang berasal dari dalam pekerja yang disebabkan dari faktor eksternal yang memicu stressor, meliputi faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,status gizi, kondisi Kesehatan dan sebagainya), serta faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan dan lain sebagainya). Faktor internal sangat berpengaruh pada diri perawat yang berdinas  di ruang perawatan sehingga diperlukan komitmen yang kuat terhadap diri perawat untuk melaksanakan tugas dalam memberikan pelayanan keperawatan yang terbaik,ini  sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk bekerja semaksimal mungkin walaupun dengan beban kerja yang tinggi tidak menjadi penghalang bagi individu dalam bekerja karena di dorong oleh faktor motivasi.

Penyataan di atas sesuai dengan uraian (Potter & Perry, 2015) bahwa keperawatan adalah profesi yang memberikan pelayanan dengan penuh kasih sayang, perhatian, tanggung jawab, dan rasa hormat kepada siapapun yang dirawat. Sehingga untuk dapat melaksanakan hal ini, harus didasarkan panggilan jiwa.

Maka dari itu salah satu yang dapat mengatasi kelelahan atau borneout akibat beban kerja yang tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat memerlukan penerapan nilai nilai profesionalisme dalam menghadapai beban kerja yang tinggi .Beban kerja yang tinngi tidak dapat mengahalangi seorang perawat untuk menerapkan nilai-nilai profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan apabila kita tetap berpegang teguh dan berkomitmen pada nilai nilai professionalisme yang di dasari pada panggilan jiwa maka akan tercipta keikhlasan diri dan jiwa social yang tinggi dalam menjalankan tugas.

Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide tingkah laku, kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang mempengaruhi tingkah laku. Sebagai seorang perawat, seseorang harus mengetahui prinsip nilai moral yang dianut dalam praktik keperawatan, tidak hanya menetapkan nilai tetapi juga mengembangkan kesadaran bagaimana sistem nilai mereka sendiri akan mempengaruhi klien. Pemahaman nilai moral akan membuat perawat memahami kebutuhan pasien dan bertindak secara professional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun