Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kandidat Idaman HRD Bukan Selalu yang Sesuai Jurusan

20 Juni 2025   12:04 Diperbarui: 21 Juni 2025   18:38 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bertemu dengan HRD. (Sumber: Pixabay/style66)

Aku lulusan eksak. Logika, rumus, dan angka adalah teman sehari-hariku selama kuliah. Ketika aku mulai mengirim lamaran kerja, pilihan pertamaku tentu saja berada di jalur yang "seharusnya"—sesuai bidang studi.

Namun, lama-lama muncul kebimbangan. Bukan karena aku tak percaya diri. Justru karena aku mulai bertanya dalam hati, apakah aku benar-benar ingin menekuni dunia itu?

Saat itulah, tanpa sengaja, aku melihat lowongan sebagai teller di sebuah bank.
Entah kenapa aku langsung tertarik dan terlintas, "Kenapa tidak?". Tanpa berpikir panjang, aku menulis lamaran dan langsung mengirimkannya.

Ragu? Tentu ada ... tetapi bukankah itu wajar jika kita mencoba sesuatu yang belum pernah kita jalani?

Banyak yang bilang, aku nekat. "Ngapain jadi teller? Sayang kuliahnya." Namun, aku tahu diriku, aku sedang tidak menyia-nyiakan apa pun. Aku sedang mencari jalan hidup yang sesuai denganku—bukan sekadar gelarku.

Pertanyaan HRD yang Menggugah
Beberapa hari kemudian, aku dipanggil wawancara. Sambil menunggu giliran wawancara, aku duduk di ruang tunggu yang sepi. Para pelamar lain tampak sibuk membuka map dokumen atau membaca ulang CV mereka. Aku pun mencoba menenangkan diri. Menarik napas dalam-dalam, mengingatkan diri bahwa aku datang bukan untuk menjadi yang terbaik, melainkan untuk menunjukkan siapa diriku sebenarnya.

Suasana wawancara seperti pada umumnya—ramah, tetapi tetap menegangkan. Di ruang itu, aku belajar satu hal: kejujuran lebih menenangkan daripada menghafal jawaban sempurna.

Aku berusaha menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Lalu tibalah saatnya pertanyaan itu keluar:

"Apa Anda yakin bisa menjadi teller yang baik, sementara Anda lulusan eksak?"

Jujur saja, itu pertanyaan yang cukup membuat deg-degan. Namun, aku memilih menjawab dengan keyakinan yang datang dari hati.

"Selama itu ilmu yang tampak dan bisa dipelajari, saya yakin, saya pasti bisa."

Pewawancara sempat terdiam. Mungkin tidak menyangka aku menjawab tanpa keraguan. Kemudian ia tersenyum tipis, berlanjut ke pertanyaan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun