Mohon tunggu...
Dito RizkyMaulana
Dito RizkyMaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Makhluk bumi

Manusia yang gabut

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro dan Kontra dalam Pembelajaran Luring pada Masa Pandemi Covid-19

20 April 2021   21:22 Diperbarui: 20 April 2021   22:01 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Sejak Maret 2020, Pemerintah Indonesia mengumumkan kebijakan baru untuk seluruh tempat pembelajaran yang ada di Indonesia agar menerapkan sistem pembelajaran daring. Hal tersebut disebabkan oleh virus Covid-19 yang sudah memasuki Indonesia mengakibatkan ketakutan masyarakat akan tersebarnya virus tersebut pada anak-anak yang sistem kekebalannya masih lemah. Sampai sekarang ini, mulai ada keberanian dari pemerintah untuk memperbolehkan pembelajaran luring (tatap muka). Namun, terdapat pro-kontra dari beberapa pihak.

            Kegiatan pembelajaran luring perlu dilaksanakan karena beberapa faktor yang mengungkapkan pembelajaran luring lebih baik daripada pembelajaran daring.  Pembelajaran luring dinilai lebih efektif dan efisien daripada pembelajaran daring. Dari pihak pengajar dapat memantau seluruh mahasiswa atau siswa dengan jelas serta mengontrolnya apabila terdapat kesulitan, sehingga tidak akan ada kejadian seperti mahasiswa atau siswa yang ketiduran saat pembelajaran dan tidak ada yang mengingatkannya. Oleh sebab itu, dengan dilaksanakannya pembelajaran luring, mahasiswa atau siswa akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh pihak pengajar.

            Pembelajaran luring dinilai lebih efektif daripada kegiatan daring karena kegiatan luring  menggunakan konsep interaksi siswa atau mahasiswa dengan guru ataupun dosen. Interaksi selama kegiatan luring juga menumbuhkan soft skill para siswa karena dituntut untuk berani menyampaikan pendapat pada saat kuliah atau sekolah. Kegiatan luring juga membantu siswa dan mahasiswa menjadi semakin mengenal satu sama lain, berbeda dari kegiatan daring yang hanya melihat siswa atau mahasiswa lain melalui video conference.

            Pembelajaran luring akan membuat mahasiswa atau siswa lebih produktif. Ada fakta yang mengungkapkan sejak diberlakukannya pembelajaran daring angka remaja hamil di bawah umur meningkat hingga 250%. Kegiatan anak muda di luar sekolah cenderung mengabaikan protokol kesehatan. Kegiatan yang seharusnya dilaksanakan di rumah sering kali diabaikan dan siswa cenderung mencari kesibukan sendiri. Jiwa muda yang mulai tertarik dengan lawan jenis menjadi pemicu untuk bertemu satu sama lain. Melonjaknya perkawinan di bawah umur dipicu dengan mudahnya informasi teknologi yang di akses oleh anak-anak termasuk konten dewasa. 

Dalam aplikasi-aplikasi sendiri terkadang terdapat iklan konten dewasa yang juga dengan mudahnya diakses oleh mereka yang belum cukup umur. Selain itu, pengawasan dari orang tua dan masyarakat sekitar tentang pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja cenderung lemah. Anak remaja yang setiap hari berada di rumah tanpa pengawasan orang tua dan karena lingkungan yang cenderung tidak peduli dengan kehidupan remaja yang bebas juga memicu terjadinya perkawinan di bawah umur yang mengakibatkan terjadinya kehamilan di luar nikah.

            Dalam kegiatan luring, kegiatan siswa atau mahasiswa dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Kegiatan siswa atau mahasiswa ini berupa ekstrakurikuler yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan non akademik siswa atau mahasiswa. Kegiatan ekstrakurikuler juga melatih siswa atau mahasiswa untuk berpikir kreatif dan juga berpikir kritis karena mereka dapat menyalurkan bakat mereka dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler ini. Kegiatan ekstrakurikuler juga membuat tubuh siswa atau mahasiswa menjadi lebih sehat karena adanya ekstrakurikuler di bidang olahraga yang biasanya paling diminati oleh siswa atau mahasiswa. Namun, karena sekarang kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring maka hal tersebut menjadi kurang maksimal.

            Di sisi lain, terdapat beberapa hal yang perlu diketahui bahwa kegiatan pembelajaran luring belum tentu sepenuhnya benar dilaksanakan untuk saat ini. Yang pertama adalah kenaikan jumlah orang yang terkena Covid-19. Angka kenaikan jumlah kasus orang yang terkena Covid-19 di Indonesia ini sulit untuk diprediksi. Mungkin di beberapa daerah, jumlah orang yang terkena Covid-19 ini sudah terbilang turun, tetapi tidak ada yang tahu jumlah kasus orang terkena Covid-19 dapat bertambah kapan saja. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran secara luring mungkin dapat dipertimbangkan kembali dengan melihat sulitnya memprediksi jumlah kenaikan orang yang terkena Covid-19.

            Yang kedua adalah banyak orang tua murid yang kurang setuju dengan diadakannya kegiatan pembelajaran secara luring untuk saat ini. Kegiatan pembelajaran luring yang sudah dilaksanakan di beberapa daerah ini juga terjadi karena kesepakatan dari orang tua murid. Walaupun sebagian besar orang tua murid setuju untuk diadakan pembelajaran secara luring, kegiatan pembelajaran secara luring ini bisa dibilang akan menjadi kurang efektif. Akan banyak kasus murid yang tidak mengikuti pembelajaran luring karena tidak diizinkan orang tuanya. Selain itu, terdapat berita yang menyiarkan bahwa terdapat kasus penularan Covid-19 yang terjadi pada salah satu sekolah di Indonesia ketika dilaksanakannya pembelajaran secara luring. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran secara luring ini dapat dipertimbangkan kembali dan dapat dibicarakan kembali antara pihak sekolah dan orang tua murid.

           Yang ketiga yaitu metode pembelajaran secara luring ini juga beresiko menjadi media untuk peningkatan jumlah kasus Covid-19. Banyak pelajar yang melakukan kegiatan di luar pembelajaran pada masing-masing lembaga pendidikannya tanpa mengikuti protokol kesehatan yang seharusnya dilakukan. Selain itu, pelajar yang melakukan aktivitas atau kegiatan selain pembelajaran di lembaga pendidikannya juga tidak tahu bagaimana kondisi individu selain mereka sendiri. 

Jika mereka sudah melakukan atau menerapkan protokol kesehatan yang baik, belum tentu orang lain melakukannya. Apabila pelajar tersebut terjangkit Covid-19 dan tidak tahu bahwa ia memiliki virus tersebut, terdapat kemungkinan bahwa ia akan menjadi media penularan virus tersebut di lembaga pendidikan yang didatanginya. Akibatnya, pembelajaran secara luring akan menjadi suatu hal yang buruk pada masa pandemi ini karena juga turut serta memperparah keadaan dan situasi yang ada.

           Selain ketiga alasan di atas, pelaksanaan pembelajaran secara luring juga membutuhkan protokol kesehatan yang ketat sehingga dapat dipastikan bahwa pelajar juga membutuhkan dana yang banyak untuk menerapkan protokol kesehatan tersebut. Mulai dari tes-tes kesehatan, hingga membeli perlengkapan untuk mengurangi kemungkinan terkena virus ini juga dapat dibilang membutuhkan dana yang cukup banyak. Di samping itu, banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan mereka karena adanya pandemi ini. Oleh karena itu, rasanya tidak masuk akal untuk melakukan pembelajaran secara luring di mana untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk sehari-hari saja sudah kesulitan, apalagi masih ingin diperberat dengan adanya pembelajaran luring ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun