Mohon tunggu...
Ditha Dzakiyah M. P
Ditha Dzakiyah M. P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Iman sebagai Dasar Kepribadian Muslim

6 Desember 2022   08:02 Diperbarui: 6 Desember 2022   08:28 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya kepribadian muslim bukan terjadi secara kebetulan akan tetapi terbentuk melalui proses yang panjang. Ada faktor yang menjadi bagian dalam proses pembentukan kepribadian muslim, faktor tersebut berperan penting dalam menentukan hasil. Meskipun begitu, gambaran masyarakat mengenai kepribadian muslim berbeda-beda, bahkan tidak banyak yang memiliki pemahaman sempit mengenai kepribadian muslim. Standar kepribadian muslim yang baik selalu tercermin pada orang yang rajin ibadah saja, tetapi pada hakikatnya masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu, standar kepribadian muslim yang sesuai dengan ajaran Islam harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim yang sempurna.

Kepribadian muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur'an dan Hadist adalah pribadi yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang datang dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan perkataan Nabi Muhammad SAW dalam HR Tirmidzi bahwa: Mukmin yang paling baik sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya. Trilogi ajaran Islam yaitu Iman, Islam, serta Ikhsan erat kaitannya dengan tingkat kepribadian muslim. Iman disebut-sebut sebagai dasar atau penyangga kepribadian muslim, Islam dan Ikhsan sebagai sayap yang menyeimbangkan Iman.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu hari berada di tengah-tengah manusia, ketika itu seorang laki-laki berjalan (menuju beliau lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau), "Apakah iman itu?" Laki-laki itu menjawab, "Iman adalah engkau meyakini Allah, para malaikat dan perjumpaan dengan-Nya, meyakini para rasul, dan engkau beriman kepada kebangkitan." Laki-laki itu bertanya kembali, "Wahai Rasulullah SAW, apakah Islam itu?" Laki-laki itu menjawab, "Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, melaksanakan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, dan berpuasa Ramadhan." Lalu laki-laki itu bertanya kembali, "Apakah Ikhsan itu?' Laki-laki itu menjawab, "Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak sanggup melihat-Nya, karena dia senantiasa melihat kamu." Rasulullah SAW bersabda: "Inilah Jibril dating untuk mengajarkan agama kepada manusia." (H.R Al-Bukhari dan Muslim).

Iman menurut bahasa adalah kepercayaan. Sedangkan menurut istilah, iman adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.

Rukun iman bisa diartikan sebagai modal berkepribadian muslim. Iman bisa mengalami peningkatan begitu pula sebaliknya. Cara untuk meningkatkannya yaitu dengan meresapi, menghayati, menjiwai, mengakari rukun iman dan rukun Islam. Empat cara tersebut dapat menghasilkan sebuah kekokohan. Setelah berhasil melewati empat cara tersebut, maka iman dapat meningkat dari kepercayaan menjadi keyakinan.

Iman tidak bisa berdiri sendiri melainkan ditopang dengan akal. Selain itu, Iman akan melemah jika tidak dipandu dengan ilmu. Dalam perkuliahan ke-dua, Prof. Asep menjelaskan bahwa ilmu mempunyai tiga tingkatan, antara lain sebagai berikut:
1. Ilmu tingkat pertama melahirkan pengetahuan yang sifatnya umum
2. Ilmu tingkat ke-dua melahirkan pengertian
3. Ilmu tingkat ke-tiga melahirkan pemahaman

Tingkat keimanan dalam pribadi seorang mulim tergantung bagaiman seseorang itu menyikapinya. Karena pada hakikatnya, jika iman kuat dengan ilmu maka iman akan lemah dengan kebodohan. Begitu juga apabila iman meningkat dengan amal shaleh, maka iman akan menurun dengan maksiat. Tetapi hal yang paling penting adalah iman datang dengan hidayah Allah SWT.

Dalam perkembangannya, para ulama mengembangkan isi Trilogi Ajaran Islam menjadi sebutan baru, yaitu iman diganti menjadi 'aqidah. Iman dan 'aqidah memiliki pengertian yang sama, yaitu kepercayaan. Selain itu, 'aqidah dalam kajian Islam berarti tali pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah. Kemudian dalam Bahasa Arab, 'aqidah adalah kata yang berasal dari al-'aqdu yang berarti ikatan. Ikatan yang dimaksud bertujuan untuk mengikat keyakinan setiap orang yang beriman sehingga hatinya tetap meyakini dasar-dasar ajaran Islam. Kata 'aqidah merupakan mashdar dari kata ya'qidu yang berarti perjanjian, maksudnya perjanjian antara manusia sebagai hamba dan Allah sebagai tuhannya.

Meresapi, menghayati, menjiwai, mengakari adalah empat cara untuk meningkatkan iman/'aqidah, empat cara tersebut kemudian akan menghasilkan 'aqidah yang kokoh.  Kepribadian muslim dikatakan sempurna jika 'aqidahnya sudah kokoh, karena 'aqidah kokoh adalah ciri/syarat pertama dari kepribadian seorang muslim. Selain 'aqidah kokoh, kepribadian muslim yang baik juga mempunyai ciri sebagai berikut:
1. 'aqidah kokoh > ibadah istiqomah > jiwa bersih > hati tentram > akhlak mulia
2. 'aqidah bersih
3. 'aqidah benar
4. Pikiran yang luas
5. Berjuang untuk dirinya

6. Memperhatikan waktu

7. Terstruktur, tertib, tertata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun