Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Rayakan Perbedaan, Jaga Keutuhan Bangsa

18 Mei 2017   23:14 Diperbarui: 18 Mei 2017   23:23 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Indah - http://pratamasite.blogspot.co.id

Isu kebinekaan saat ini menjadi salah satu isu yang paling banyak dibicarakan. Hal ini karena masih saja ada upaya, dari pihak-pihak yang mempermasalahkan kebinekaan Indonesia. Mereka adalah kelompok intoleran dan radikal, yang terus menyusup ke setiap lini kehidupan masyarakat. Karena mereka, keberagaman yang menjadi ciri khas negeri ini menjadi terancam. Karena kelompok intoleran ini, ujaran kebencian merebak dimana-mana, tidak hanya di dunia nyata tapi juga masuk ke dunia maya. Kini, masyarakat yang toleran itu, beberapa mulai menjadi intoleran.

Seperti yang bisa kita saksikan akhir-akhir ini.  Intoleransi telah menyusup ke lembaga pendidikan, perusahaan, partai politik, elit politik, bahkan hingga ke pemerintahan. Demi kepentingan tertentu, isu SARA dihembuskan. Sementara sebagian masyarakat kita, masih banyak yang tidak membekali dirinya dengan informasi yang valid. Apalagi, ketika ideologi khilafah telah mempengaruh para siswa, membuat mereka mudah terpengaruh paham radikal. Bibit intoleransi dan radikal itulah yang mendekatkan diri pada tindakan terorisme.

Karena itulah, praktek intoleransi dan radikalisme di Indonesia tidak bisa kita biarkan. Harus terus dilawan agar keberagaman negeri ini tetap terjaga. Ingat, Indonesia mempunyai 34 propinsi dari Aceh hingga Papua, dimana semuanya mempunyai karakter yang berbeda. Karena keberagaman itulah yang membuat Indonesia menjadi negara besar. Tidak hanya kaya akan keberagaman hayati, tapi juga beragama budaya dan manusianya. Dan keberagaman itu bersatu dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.

Mari kita introspeksi. Mau sampai kapan saling hujat, saling benci, dan saling menjelekkan antar sesama? Ujaran kebencian yang terjadi selama pilkada DKI Jakarta, seharusnya bisa menjadi pembelajaran bersama. Bahwa ketika isu SARA sengaja dimunculkan untuk kepentingan politik, dampak yang harus ditanggung sangat berat. Masyarakat menjadi terbelah dan memunculkan pro dan kontra. Ironisnya, kondisi yang serba tidak kondusif ini, justru dimanfaatkan sebagaian masyarakat untuk mendulang keuntungan. Elit politik harusnya ikut andil melakukan rekonsiliasi, setelah kontestasi pilkada. Ingat, kita merupakan negeri yang toleran. Sudah semestinya pihak yang menang menghargai yang kalah, begitu juga sebaliknya.

Indonesia ini ibarat taman yang penuh dengan tanaman berwarna-warni. Karena warna-warni itulah, membuat enak dipandang mata. Indonesia juga ibarat orchestra, yang dipenuhi banyak alat musik, namun jika dimainkan dengan hati, akan menghasilkan harmonisasi bunyi yang enak didengar. Begitu juga dalam kehidupan nyata. Jika perbedaan itu bisa dimaknai sebagai kenyataan yang harus dihadapi, maka kerukunan itu akan terjaga. Bukankah setiap manusia itu pasti mempunyai karakter yang berbeda? Bukankah antar sesama muslim, juga mempunyai kecerdasan dan latar belakang yang berbeda? Jika demikian, kenapa seorang muslim mempermalasalahkan yang non muslim?

Mari kita rayakan keberagaman ini dengan keceriaan. Perbedaan tidak bisa dihadapi dengan kekerasan. Perbedaan harus dirangkul, demi terciptanya tatanan kehidupan yang lebih baik. Jika kita bisa menjaga dan menerapkan nilai-nilai dalam Pancasila, tentu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, akan bisa mudah diwujudkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun