Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jauhi Prinsip yang Mempolarisasi

16 September 2022   19:33 Diperbarui: 16 September 2022   19:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: voa indonesia

 

Al-Wala' wal-Bara' (Arab: ) diketahui merupakan kaidah prinsip di dalam akidah Islam tentang loyalitas terhadap muslimin dan pelepasan diri dari orang kafir. Meski agak asing pada ilmu Islam klasik, namun kaidah ini mulai bahnya dibahas bahkan diterapkan oleh banyak orang di Indonesia. Terutama karena kaidah ini mengacu pada pembentukan identitas sosial politik seorang muslim.

Pembentukan identitas yang mengacu pada kaidah ini akhir-akhir ini tumbuh bahkan menguat dalam bentuk politik identitas. Anda mungkin bisa menyaksikan bahwa salah satu kontestan Pilkada Jakarta tahun 2017 memakai politik identitas yang berbasis al wala' wal bara' sebagai alat untuk memikat hati konstituen.

Pada banyak kesempatan para pihak yang berpihak pada salah satu kontestan tak segan untuk menyarankan untuk memilih salah satu kandidat karena agama menyarankan pemimpin hendaknya bukan seorang kafir. Bahkan beberapa ulama secara terbuka (dan dari mimbar  jumat) menyarankan hal yang sama.

Belum lagi narasi-narasi di media sosial yang juga penuh dengan politisasi agama dan politik identitas. Narasi-narasi itu terus menerus berlangsung dan disuarakan oleh pihak-pihak tertentu. 

Narasi itu kemudian membesar karena didengungkan oleh pendengung (buzzer) sehingga menjadi narasi yang menguasai jagat informasi media sosial kita. Narasi yang sarat dengan politik identitas umumnya berbasis al-wala'wal bara' yang diperkuat oleh ulama yang mau berperan dalam politisasi agama itu.

Sehingga, Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 itu bisa dikatakan menjadi ajang event politik terburuk yang pernah ada : politisasi ayat dalam al-quran, politisasirumah ibadah, politisasi mimbar kutbah jumat dan ceramah agama dll. Bahkan beberapa kejadian ditemukan seperti mengharamkan memandikan jenasah muslim yang selama hidupnya mendukung calon pemimpin non muslim.

Pilkada Jakarta itu merupakan rangkaian dari Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, dimana dua konstestasi bersaing dengan sangat ketat dengan salah satu pihak memakai agama sebagai alat meraih kemenangan.

Dalam Islam, memang beberapa ayat al-Quran melarang umat Islam untuk menjadikan orang kafir (berbeda keyakinan) sebagai pemimpin , saudara atau sahabat akrab.Beberapa ayat dalam al Quran memang menyatakan untuk memperkenankan persaudaraan sesama muslim.  Dan semuanya seringkali berbasis pada prinsip Al-Wala' wal-Bara'

Keadaan menyedihkan itu tak pelak membelah (mempolarisasi) masyarakat Jakarta dan Indonesia sampai beberapa kasus juga mengarah kepada kekerasan. Sampai sekarang keterbelahan itu seperti ' dipelihara' oleh beberapa pihak dengan banyak alasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun