Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orangtua Harus Peka dan Paham Kebutuhan Anak

10 April 2021   11:24 Diperbarui: 10 April 2021   11:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa analis mengatakan bahwa radikalisme dan kemudian terorisme menjadi pilihan bagi remaja dan anak yang sedang mencari jati diri. Pencarian jati diri itu biasanya terjadi saat akil balik bagi remaja yaitu pada usia 12 -- 19 tahun .

Dalam proses pencarian jati diri itu dia akan mencari sesuatu atau sosok yang dia anggap ideal untuk ditiru atau menjadi panutan. Apapun yang ada pada panutan itu akan diturutinya, entah itu seorang sosok maupun faham tertentu yang sampai padanya. Karena itu tak heran misalnya seorang remaja yang sedang mencari jati diri mendapat apa yang dia perlukan pada sosok seorang ayah, atau gurunya yang menurutnya mengajarkan keteladanan.

Jika lingkungan terdekat tidak tahu bahkan tidak mampu memberikan sesuatu yang diperlukan oleh sang remaja, maka remaja akan mencarinya dengan segala cara dan tenaga. Paling mudah adalah menemukannya di gawai yang dipegangnya. Di sana dia akan mendapatkan banyak hal mulai dari A sampai Z , dan radikalisme amat mudah dihampiri oleh mereka karena mereka  biasanya memberikan hal-hal yang berbeda dengan ajaran agama yang selama ini mereka anut. Bahkan para mentor di dunia maya itu berani berkilah bahwa mereka memberikan satu kebenaran Allah kepada Allah. Inilah menjadi pemikat untuk para millenials itu .Hubungan faham ini biasanya bersifat eksklusif dan sering mengandalkan pertemuan pertemuan amat terbatas. Atau bisa melalui media sosial dan grup-grup tertentu.

Sekitar tiga tahun lalu, sesaat sebelum terjadi bom Surabaya BBC menulis kesaksian seorang mahasiswa belia yang nyaris dibaiat oleh sekelompok tertentu. Dalam kesaksiannya, dia menceritakan bahwa dia bertemu dengan seorang muda lainnya yang kemudian dia dipertemukan dengan seseorang yang berusaha meyakinkannya pada keyakinan bahwa agama yang dianutnya perlu effort lebih untudemi  menjadi sosok teladan dalam agama itu.

Bahkan sang 'mentor teroris' itu menginsyaratkan bahwa satu jambu busuk di sekumpulan jambu yang baik di kulkas . Mau tak mau jambu busuk itu harus dibuang agar jambu baik tetap bisa segar dan layak dimakan. Analogi jambu baik adalah orang-orang yang sefaham dengan mentor ini dan jambu busuk adalah penganut agama yang tidak sesuai dengan faham mereka. Singkatnya mereka menawarkan ajaran agama yang dinilai otentik dan mulia yang mungkin ditinggalkan oleh keluarga para remaja. Fenomena ini banyak terjadi pada keluarga-keluarga di Asia dan Eropa.

Jika ini 'ditangkap ' oleh remaja pencari jati diri dan merasa sreg dengan mereka, jadilah dia direkrut oleh mereka. Namun diceritakan oleh BBC sang remaja yang memberi kesaksian itu merasa aneh karena kelompok ini terkesan menghalalkan banyak cara demi masuk dalam faham itu, seperti berbohong pada orangtua, dll. Jadilah remaja ini batal bergabung dengan mereka lantaran merasa curiga.

Hal ini sangat penting difahami bersama baik oleh remaja itu sendiri maupun orang tua karena tidak semua orangtua peka akan kebutuhan anak dan tahu fenomena pergerakan kelompok radikalis ini.

Sebuah studi di Belgia dan Belanda menemukan bahwa para remaja yang bergabung dengan ISIS di Suriah sekitar tahun 2012 sampai 2015 menemukan bahwa banyak para orangtua dari remaja ini justru tidak peduli dan menyangkal anak mereka terpapar radikalisasi.

Karena itu sangatlah penting bagi orangtua untuk selalu peka terhadap anak dan menselaraskan kehidupan keluarga dan perkembangan di luar sampai paham bagaimana para radikalis bergerak melalui sel-sel kecil dan kemudian diam-diam merekrut anak-anak kita. Jangan sampai keluarga yang dikenal ramah seperti keluarga ZA tak paham apa yang diyakini oleh anak mereka sendiri, sampai akhirnya muncul di halaman Mabes Polri dan menyerang polisi dengan enam tembakan airsoftgun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun