Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Sulit Kok Jadilah Pahlawan Penyebar Pesan Damai

10 November 2018   10:32 Diperbarui: 10 November 2018   12:03 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan Damai - vidio.com

Kata milenial seringkali digunakan untuk menggambarkan generasi muda saat ini. Anak milenial sering digambarkan dengan perilaku yang dekat dengan perkembangan teknologi informasi. 

Tak heran jika anak-anak sekarang begitu familiar dengan yang namanya smartphone, game, medsos, dan internet. Hal yang mungkin sulit ditemui di era sebelumnya. Keberadaan teknologi tersebut tentu telah mempengaruhi perilaku dan gaya hidup generasi saat ini. 

Termasuk dalam mendapatkan dan menyebarkan informasi, juga lebih mudah di era milenial ini. Berbagai kemudahan inilah yang membuat banyak generasi mudah begitu betah dan nyaman berlama-lama di dunia maya melalui smartphone mereka.

Persoalannya adalah berbagai kemudahan di era modern ini, tidak dilengkapi dengan budaya literasi ditingkat masyarakat. Masih rendahnya budaya baca, buday cek ricek membuat masyarakat mudah langsung percaya terhadap informasi yang beredar. 

Banyak contoh kasus masyarakat yang menjadi korban berita bohong. Ironisnya, ada sebagian oknum masyarakat yang justru memanasinya dengan ujaran kebencian. Provokasi semacam inilah yang membuat kerukunan dan toleransi di negeri ini terganggu. Kenapa? Karena seringkali ujaran kebencian dan hoax yang sengaja disebar ini, dibalut dengan sentimen SARA. Keramahan yang seringkali menjadi karakter masyarakat, mendadak berubah menjadi amarah yang sulit dikendalikan.

Saling caci, saling hujat dan saling membenci menjadi pemandangan sehari-hari. Bahkan, karena maraknya provokasi membuat aksi persekusi seringkali kita temukan di masyarakat. 

Dengan alasan ini itu, dengan mengatasnamakan ini itu, aksi persekusi pun terjadi. Padahal, tidak budaya saling hujat di Indonesia. Indonesia justru kaya akan nilai-nilai kearifan lokal. Dalam setiap suku yang ada dari Sabang hingga Merauke, mengajarkan yang namanya saling menghormati dan menghargai antar sesama. 

Jika ada persoalan dan perbedaan pandangan, ada mekanisme musyawarah untuk mencari solusi terbaik. Mari kita saling introspeksi diri. Sudahkah ucapan dan perilaku kita sudah sesuai dengan adat istiadat dan budaya bangsa?

Karena itulah perlu upaya untuk saling mengingatkan. Perlu upaya untuk saling menyadarkan. Karena ketika tingkat literasi masih rendah, akan banyak masyarakat yang akan mudah mempercayai setiap informasi yang berkembang sebagai sebuah kebenaran. 

Sepanjang informasi yang berkembang sesuai dengan data dan fakta, mungkin tidak masalah. Namun, jika informasi tersebut murni hoax dan sengaja disebarkan untuk membuat 'kegaduhan', hal inilah yang berbahaya dan perlu diantisipasi oleh semua pihak.

Mari kita jadikan hari pahlawan ini, sebagai momentum untuk terus mendorong terciptanya pahlawan penyebar pesan damai. Jika di era kemerdekaan, para generasi mudah berkomitmen untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara berperang, di era milenial ini generasi mudah harus berkomitmen untuk memerangi kebencian dan berita bohong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun