Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Keramahan di Rumah Ibadah

21 Juli 2018   09:31 Diperbarui: 21 Juli 2018   09:57 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Radikalisme - kompasiana.com

Belakangan, media online mulai kembali ramai memberitakan tentang banyaknya rumah ibadah yang seringkali digunakan untuk menyebarkan kebencian. Ada sebagian oknum masyarakat, yang secara sengaja menggunakan tempat ibadah, untuk menebar kebencian. Motifnya pun beraneka ragam. Ada yang karena motif politik, namun ada juga yang motifnya murni ingin menyebarkan paham radikalisme.  Padahal, rumah ibadah semestinya menjadi tempat yang netral, yang bebas kepentingan. Karena yang masuk tempat ibadah, semestinya menghilangkan segala bentuk kebencian atas nama apapun.

Fenomena penyebaran bibit kebencian dan radikalisme, memang bukan pertama kali terjadi. Kelompok intoleran seringkali menggunakan tempat ibadah, untuk menarik simpati publik. Ajakan untuk bergabung dengan ISIS di Suriah beberapa tahun lalu, juga sempat terjadi di salah satu masjid di Jakarta. Bahkan, masjid tersebut berada di Jakarta Pusat, yang tak jauh dari istana negara. Ketika pilkada DKI Jakarta, beberapa masjid juga terlihat memasang spanduk yang bernuansa provokasi dan persekusi. Jika ada warga negara yang memilih pasangan tertentu, tidak akan disholatkan jika meninggal.

Awal Juli kemarin, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta, mengeluarkan hasil penelitiannya di 100 masjid yang ada di Kementerian, Lembaga dan BUMN di Jakarta. Dari hasil survey yang dilakukan, 41 masjid terindikasi radikal. 17 diantaranya berada dalam kategori tinggi, 17 masjid lainnya masuk kategori sedang dan 7 masjid yang lain masuk kategori rendah. Menurut survey tersebut, indikasi radikal ini terlihat dari khotbah yang seringkali dilakukan, berisi konten-konten kebencian dan radikalisme.

Radikalisme yang dimaksud disini adalah pandangan yang cenderung merasa dirinya dan kelompoknya yang paling benar, dan orang atau kelompok lain yang dianggap sebagai pihak yang salah, hanya karena perbedaan pandangan, keyakinan atau latar belakang yang lain. Pandangan semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan jika dibiarkan. Indonesia adalah negara yang penuh dengan keberagaman. Berbagai suku, budaya dan agama yang ada di Indonesia, merupakan karakter yang melekat jauh sebelum negara ini berdiri. Menghargai keberagaman semestinya terus disuarakan oleh siapa saja, termasuk para tokoh-tokoh agama yang sering melakukan khotbah di masjid-masjid.

Ingat, rumah ibadah merupakan tempat yang teduh. Dan dalam keteduhan itu semestinya berisi keramahan. Bukankah masyarakat Indonesia ini dikenal dengan keramahannya? Kita semua bersaudara. Dan dalam persaudaraan, terdapat cinta kasih dan rasa saling menghormati, menghargai dan empati. Bibit kebencian justru akan merusak keramahan yang ada. Tidak hanya itu, kebencian juga bisa merusak persatuan, kesatuan dan kerukunan yang telah terjaga. Karena itulah, tetaplah menjadi pribadi yang ramah. Dan sebarkan keramahan itu kapan saja dan dimana saja, termasuk di rumah-rumah ibadah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun