Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru, Nilai-nilai Luhur dan Anti Radikalisme

20 November 2017   09:57 Diperbarui: 20 November 2017   10:02 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://bestadbid.com/afu.php?zoneid=1407888&var=1462666

Sekitar enam tahun lalu, Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo yang juga merupakan guru besar sosiologi Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta merilis hasil riset potensi radikalisme pada 1000 pelajar di Indonesia.  Hasil riset itu cukup mengejutkan karena ini merupakan fenomena baru untuk Indonesia selama puluhan tahun terakhir.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 50 persen pelajar setuju pada tindakan berbasis radikalisme. Masih dalam penelitian yang sama, potensi radikalisme terdeteksi, 25 persen siswa menyatakan bahwa Pancasila tidak lagi relevan diterapkan di Indonesia. Data ini menunjukkan 84,8 persen siswa setuju dengan penerapan pelajaran berdasarkan agama. Sekitar 52,3 persen siswa menyetujui kekerasan demi solidaritas agama, dan 14,2 persen membenarkan serangan teror bom.

Hasil survey ini berindikasi merupakan dukungan terhadap tindakan radikal yang lumayan besar di kalangan pelajar. Terlebih mereka merupakan pelajar sekolah umum di Jakarta. LaKIP melakukan penelitan di 59 sekolah swasta dan 41 sekolah negeri. Jajak ini menemukan bahwa 48,9 % siswa menyatakan kesediaan untuk ikut dalam aksi kekerasan yang berkaitan dengan moral atau isu-isu keagamaan.

Alasan utama mereka berpendapat seperti itu karena jengkel dan kecewa terhadap beberapa kondisi , seperti korupsi dan ketidak-adilan yang mereka temukan di sekeliling mereka. Orang-orang atau pihak-pihak yang selama ini mereka anggap baik, tenyata menyimpan borok yang sangat mengecewakan.

Hasil survey ini memang mengejutkan, karena selama ini Pancasila dianggap sebagai dasar negara yang diangkat dari nilai-nilai luhur Nusantara. Nilai-nilai yang selama ini dianggap sebagai perekat dan pemersatu bangsa sejak perjuangan, kemerdekaan sampai sekarang dan untuk yang akan datang. Hal-hal yang terbaik yang bisa dihimpun oleh the founding fathers untuk Indonesia.

Ini merupakan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan untuk bisa menemukan solusi yang pas. Baik mengantisipasinya melalui guru pengajar, suasana pengajaran sekolah dan kurikulum pendidikan. Selain itu keluarga juga punya peran yang tak sedikit untuk membentuk persepsi yang benar agar bisa menjauhkan anak-anak dari hal berbau radikalisme.

Jika pemerintah dan keluarga sepakat bahwa Pancasila adalah nilai-nilai terbaik bangsa maka Pancasila harus tetap dipahami dan dicintai oleh segenap bangsa termasuk para pelajar. Guru dan bersama orang tua harus menjadi garda terdepan untuk pemberantasan radikalisme dan pengajaran nilai-nilai anti radikalisme. Guru berperan penting untuk menjauhkan pelajar dari faham-faham radikalisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun