Pernahkah kamu merasa terintimidasi saat bekerja atau dalam situasi lain di tengah banyak orang? Kondisi ini sering membuat kita kesulitan mengelola emosi. Apalagi jika kita merasa benar, emosi yang meledak-ledak justru dapat memperburuk keadaan.
Beberapa bulan lalu, saya mengikuti sebuah program di Dago yang diselenggarakan oleh Satu Persen. Di sana, saya mempelajari komunikasi asertif dan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan kerja. Pengetahuan ini membuka wawasan saya tentang pentingnya berkomunikasi secara efektif tanpa merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Apa itu Asertif?
Asertivitas adalah kemampuan untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan dengan cara yang jelas, tegas, dan jujur tanpa merugikan pihak lain. Melalui komunikasi asertif, kita dapat menyampaikan pendapat dengan percaya diri sambil tetap menghormati hak dan perasaan orang lain. Hal ini memungkinkan pesan tersampaikan dengan baik tanpa memicu konflik atau kesalahpahaman.
Dalam situasi intimidasi, komunikasi asertif membantu kita menyampaikan ketidaksetujuan atau keberatan secara konstruktif. Ini memungkinkan kita untuk menghadapi masalah tanpa memperburuk keadaan atau menghindari konfrontasi.
Jenis-Jenis Komunikasi
Selain komunikasi asertif, ada beberapa jenis komunikasi lain yang mungkin pernah kamu gunakan. Berikut penjelasannya:
1. Komunikasi Agresif
Komunikasi ini ditandai dengan nada tinggi, dominasi, atau serangan terhadap lawan bicara untuk mencapai tujuan. Bahasa yang digunakan sering kali kasar atau tidak menyenangkan.
2. Komunikasi Pasif