Mohon tunggu...
Dita Pahebong
Dita Pahebong Mohon Tunggu... -

semua manusia yang ber_Akal punyak hak untuk berfikir dan berkreatifitas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kecapi Dalam Perkembangannya

21 Februari 2015   06:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:47 3962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kecapi adalah salah satu musik instrument tradisional daerah Sulawesi Selatan yang dikenal dalam etnis bugis makassar. Secara bentuk alat musik kecapi menyerupai bentuk perahu, alat musik dawai terdiri dari dua senar.

Secara etimologis, Pakacaping diartikan sebagai pemain kecapi yang berasal dari dua suku kata yaitu pa berarti ‘pemain’ dan kata Kacaping berarti ‘instrument  kecapi .


Secara harafiah diartikan bahwa musik tradisional pakacaping adalah suatu permainan instrument kecapi yang biasanya dimainkan oleh satu orang atau lebih secara berpasangan sambil akkelong (menyanyi) dengan cara si sila-sila atau si balibali (saling berbalas syair lagu)

Menurut sejarah kecapi diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar yang telah berhari-hari berlayar di laut lepas meninggalkan gadis pujaan hatinya di darat, tiba-tiba badai datang dan tali perahu yang terikat dilayar berbunyi diterpa angin kencang. Bunyi yang amat indah menimbulkan kerinduan mendalam pada kekasih yang ditinggal.
Begitu badai berlalu, sang pelaut mengambil sebagian tali layarnya lalu diikatkan pada dayung perahu. kemudian dipetik dengan iringan lagu.
Setelah kembali ke darat, dibuatlah sebuah alat bunyi yang berbentuk perahu dua tali yang dipetik dan dibuatkan syair-syair (Kelong) berpantun.
Awalnya Pakacaping merupakan permainan untuk menghibur diri sendiri di waktu senggang.
Pemain kecapi menikmati kobbi’-kobbi’na (petikan-petikannya sendiri) tanpa ada kebutuhan pendengar. Namun dalam perkembangannya Pakacaping menjadi seni pertunjukan dalam berbagi konteks adat istiadat assua’-suara’ (keramaian). hadirnya kecapi tersebut sebagai hiburan dalam konteks adat isitiadat merupakan nilai tersendiri yang dapat menunjukkan bahwa musik ini tidak seperti keberadaan kesenian lainnya yang sudah pasang surut di makan zaman.
Musik kacaping semakin diminati oleh masyarakat baik masyarakaat yang ada di daerah pelosok ataupun di perkotaan.
Musik kecapi lebih dapat di terimah oleh masyarakat karena perkembangannya mengikuti zaman. Ini dapat terlihat mulai dari segi penyajian saat ini yang lebih variatif, inovatif, dan adaktif, jika dibandingkan dengan munculnya dimasyarakat, yang dapat dikatakan masih sangat sederhana baik dari segi konteks maupun tekstualnya. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa musik kecapi dapat berkembang mengikuti perkembanga zaman.

Asal-Usul Kecapi
Musik kecapi adalah salah satu karakter budaya Sulawesi selatan yang khas. Jika ditelusuri belum ada sumber yang mutlak tentang awal penciptannya dan evolusi persebarannya. Namun ada salah satu sumber yang mengatakan bahwa, Asal mula kecapi yaitu dari Kanjillo yakni alat musik daerah yang tebuat dari kayu pilihan dan dibentuk menyerupai perahu Pinisi, bagian permukaan dibentangkan senar atau dawai yang terbuat dari kulit, sedangkan bagian kepalanya diberi tempurung sebagai ruang resinangsinya, kelapa yang sudah dibentuk agar bunyinya lebih nyaring
Kanjilo dalam bahasa Makassar adalah nama jenis ikan yang hidup di air tawar, sungai dan rawa-rawa. Ikan didalam etnis Makassar disebut juku kanjilo ( ikan gabus). Kanjilo dikenal oleh masyarakat yang mampu bertahan hidup sekalipun dalm lumpur, tetapi tidak mudah ditangkap  menggunakan tangan kosong, keunikan kanjilo tersebut sehingga namanya diambil untuk untuk diabadikan untuk menjadi nama instrument Kanjilo
.berawal dari alat musik kanjilo sehingga berubah menjadi
Kacaping atau kecapi, namun bentuknya tidak langsung menyerupai alat kecapi saat ini karena kecapi saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat.

Perkembangan instrumen kecapi di Gowa terjadi disekitar tahun 1975, yaitu dengan berdirinya SMKI (SekolahMenengah Karawitan Indonesia) Ujung Pandang yang sekarang menjadi SMK Negeri Sombaopu Gowa. Keberadaan sekolah ini berpengaruh besar terhadap perkembangan bentuk kecapi tradisional yang ada  di daerah Gowa karena pemain kecapi di Gowa meniru bentuk instrumen kecapi model SMKI yang sudah mempunyai enam grip atau bernada diatonis. Kedua, perkembangan sistem tangga nada.
Berkembangnya bentuk instrumen kecapi menjadi enam grip secara otomatis mempengaruhi nada yang ditimbulkannya sehingga instrument kecapi yang sebelumnya hanya dapat menjangkau lima nada, yaitu 1,2, 3, 5, 6 sekarang sudah bernada diatonis, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7.
Sangat jelas bahwa instrumen kecapi mendapatkan tambahan nada, yaitu nada 4(fa) dan nada 7 (si). Mencermati hal tersebut, berarti ada perkembangan nada, yaitu dari lima nada pokok menjadi tujuh nada pokok. meskipun tidak semurni nada diatonis seperti tangga nada musik barat.
Ketiga, perkembangan syair lagu menurut bahasanya. Pemain kecapi di daerah kabupaten Gowa pada awalnya hanya menggunakan satu bahasa dalam melantunkan atau mengungkapkan syair lagunya, yaitu hanya menggunakan bahasa Makassar, namun pada saat ini lagu-lagu pemain kecapi telah ada yang dicampur atau dikombinasikan dengan bahasa Indonesia.

Tujuan pemain kecapi mengkombinasikan dua bahasa tersebut dalam syair lagunya tidak lain supaya lebih komunikatif dengan audiens-nya saat ini. walaupun masih etnis Makassar, akan tetapi bahasa Indonesia telah digunakan sebagai bahasa keseharian oleh kebanyakan masyarakat.
Ke empat, perkembangan syair lagu menurut jenis syair lagunya.
Sesuai dengan apa yang sering ditemukan saat ini.
syair musik tradisional pakacaping telah mencapai sekitar 21 jenis syair lagu. Hal ini dibandingkan pada era tahun
enampuluhan yang menurut pemainnya sudah menganggap lagu dulu (kelong turiolo).
Pemain kecapi senantiasa mengembangkan jenis syair lagunya karena mengikuti selera masyarakat masa kini. Jenis syair lagu musik tradisional pakacaping terus berkembang karena adanya respon pemain kecapi terhadap fenomena lingkungan sosialnya yang juga semakin kompleks perkembangannya.
Hal ini juga disebabkan oleh ide penciptaan syair lagu yang berdasarkan jiwa spontanitas yang berdasarkan pengalaman individu pemain kecapi. Oleh karena itu, secara dinamis jenis syair lagu pakacaping berkembang secara terus-menerus.
salah satu contoh lagu kecapi yang di ciptakan dengan nada-nada diatonis;
"PAKACAPING"



LANTANG BANGNGI KUMMURIANG
NAKUMBANGUNG MAPPIDANDANG
RI LANGNGEREKKU
PAKACAPING KELONG-KELONG
NAMPAI MABELLA-BELLA
NAERANG ANGING MAMMIRI
NASI’NA KAMMA
PAKARAWANG-RAWANG KAMMA



Reff :
KO’BI’ – KO’BI’ SIKALINNA
TOKKO-TOKKONA KELONNA
MANGNGERANG NAKKU
MAPPAEMPO DINGING-DINGING.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun