Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspadalah Jika Kenaikan Berat Badan Bayi Anda Kurang

21 Mei 2015   09:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran anak/bayi dalam sebuah keluarga tentunya mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Rumah terasa hangat, riuh dan semarak karenanya.
Meski kesibukan dan kelelahan sambung menyambung karena mengurus makhluk kecil yang dititipkan pemilik langit ini, namun segera saja kesegaran kembali. Terlebih tatkala menghitung-hitung karunia berupa keajaiban yang baru diterima tentu saja.

Dalam hal mengurus bayi, pastilah sang ibu adalah pihak utama yang bertanggungjawab dalam segala hal atas tumbuh kembang si bayi. Mulai dari pemberian ASI, nutrisi terbaik yang disiapkan Sang Pencipta yang pun ternyata butuh perjuangan tersendiri. Hingga merawat kebersihan dan kebugaran si bayi, mulai mengenalkan dunia dengan berbagai macam media. Dan di masa kini lebih banyak para ibu yang memilih menulisi kertas putih yang terhampar di hadapannya sendiri, bukan oleh baby sitter atau pun asisten rumah tangganya. Jika pun ada asisten, fungsi ‘membantu’ memang ditempatkan sebagaimana seharusnya. Setidaknya 3 atau 6 bulan pertama, perhatian penuh dari para Ibu tercurah pada sang buah hati.

Perihal tumbuh kembang bayi, dunia kesehatan telah menyediakan KMS - Kartu Menuju Sehat. Dimana hal tersebut dapat membantu menjadi acuan apakah bayi kita tumbuh dengan normal, optimal, pas-pasan atau bahkan di bawah normal.

Nah, di sini saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman yang mungkin bisa berguna bagi para Ibu di manapun berada. Ariq, bayi laki-laki yang hadir di tengah-tengah kami lahir dengan berat badan 2,970gr. Kami memilih rawat gabung supaya dapat mengoptimalkan pemberian ASI. Namun tetap saja karena bayi belum optimal dalam menyusu, maka berat badan ketika pulang dari RS di hari ke 3 -nya turun menjadi 2,500gr.

"Tidak mengapa Ibu, itu hal normal kok. Tenang saja. Bayi yang lahir itu memang masih menyimpan persediaan makanan hingga ia dapat bertahan hingga 4 hari tanpa makan...Dan kalau pun ia menyusu, lambungnya masih amat kecil. Masih sebesar kelereng, sehingga kapasitas minum di awal kehidupannya di dunia ini cuma sesendok kecil saja.." Demikian suster menjelaskan. RS tempat persalinan yang kami pilih memang terkenal pro ASI, sehingga mendorong para Ibu untuk dapat memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan penuh.

Hari berganti minggu dan tak terasa minggu telah bertukar bulan. Ada yang janggal dengan berat badan putra kami yang terasa seret naiknya. Umumnya di bulan-bulan pertama hingga kelima, kenaikan berat badan berkisar 700-1000gr per bulan atau lebih. Tapi ini berbeda. Di satu setengah bulan pertama, kenaikan berat badan cuma 600gr, yang berarti sekitar 4gr per hari. Yang saya perhatikan ada ASI terlihat meleber keluar di sudut bibir. Pertanda proses vacum tidak jalan secara sempurna. Keanehan lain adalah, ia menyusu nyaris tak henti-henti sehingga saya pun bak kejar tayang. Tapi demi memperjuangkan pemberian ASI, maka mandi dan makan kilat bahkan super kilat pun dijalani. Seringkali piring harus dibawa ke tempat tidur demi menunaikan kewajiban dan memberikan hak si kecil. Hari menjadi demikian heboh karenanya. Segala hal dan kepentingan lain dikesampingkan. Tapi hasilnya? Bayi terlihat kurus dan bibir kering.

"Dok, ada yang tidak beres menurut saya. Ini bibir Ariq seperti kering. Terus berat badan tidak bagus naiknya. Apa anak saya ada tongue tie ya?” tanya saya ke dokter spesialis anak yang menolong kelahirannya. Istilah tongue tie pun saya dapat dari seorang sahabat yang memiliki kasus serupa. Dan ternyata masalahnya adalah karena dasi/tali lidah bayi yang harus diinsisi/digunting.

“Ah… itu lidahnya bisa panjang. Ga ada tongue tie nya kok. Nih ya kalau tongue tie itu seperti ini…” seraya menggambarkan sebentuk jaringan yang mengikat lidah dan bawah lidah.
“Anak Ibu nggak ada TT nya. Pinter nggak nyusunya dia? Berapa kali BAK dan BABnya?”
“Dia minum asinya lama, berjam-jam. Baru break belum ada setengah jam sudah haus lagi. BAB bisa di atas 6x dan BAK kadang di atas 20x…” Saya menjelaskan seraya membuka catatan di handphone karena saya memang mencatatnya setiap kali ia BAB dan BAK supaya memiliki data akurat.

“Itu sudah bagus. Normal. Kalau gitu gini deh, saya kasih vitamin untuk pagi dan sore. Sambil kita amati sebulan lagi berapa kenaikan berat badannya. Jika kurang bagus, ya terpaksa kita tambah sufor…” ujarnya menutup perjumpaan kami.

Ya, menutup karena sejak itu saya balik kanan tidak pernah mengunjunginya lagi. Mungkin memang tidak semua dokter spesialis anak cukup paham tentang ilmu laktasi. Dan untuk itu kami putuskan periksa ke Klinik Laktasi Kemang Medical Care, dimana saat ini terkenal sebagai salah satu rumah sakit yang konsen terhadap masalah TT maupun Lip Tie ( LT). Terbukti dari berbagai penjuru kota dan daerah pasien berdatangan ke RS tersebut, menjalani insisi dan menjalani tahap-tahap penanganan yang diperlukan paska insisi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun