Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betawi, dari Arti Nama hingga Sistem Kemasyarakatan

5 April 2021   08:59 Diperbarui: 5 April 2021   11:56 3645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret masyarakat Betawi - Sumber Gambar: dki1.com

Ketika mendengar kata Betawi sudah tentu yang terlintas dibenak kita ialah Jakarta, ibu kota, Monas, bundaran HI, atau kesenian tradisionalnya ondel-ondel, tanjidor hingga makanan tradisionalnya seperti soto betawi, kerak telor, asinan betawi, ayam sampyok dan lain-lain.

Tapi tahukah kamu apa arti dan dari mana asal usul kata Betawi itu? Inilah yang wajib kamu ketahui selain situs nasional, kesenian dan makanan tradisional, kamu juga harus mengenal arti dan sistem kemasyarakatan pada Suku Betawi, khusunya "Betawi Ora".

Betawi merupakan salah satu nama suku bangsa di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, yang termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat. Suku bangsa ini bisa juga disebut orang Betawi. Menyimak dari laman Ensiklopedi Nasional Indonesia bahwa nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia", nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.

Betawi itu sendiri adalah nama pengganti kota Jayakarta setelah kota itu direbut oleh Belanda di bawah Jan Pieterszoon Coen dengan menakhlukan tentara Banten. Sejak pertengahan abad ke-17 Jayakarta berganti nama menjadi Batavia.

Alih-alih semua penduduk dari Batavia dan sekitarnya berasal dari daerah lain; sebagian bermukim di sini atas inisiatifnya sendiri, sebagian didatangkan oleh penguasa VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). Bahkan suku bangsa yang disebut orang Betawi baru mulai terbentuk pada abad ke-17.

Para pendatang ini datang dengan berbagai sebab dan kepentingan dan tentunya dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda pula. Tentunya praktis Batavia menjadi arena pembauran budaya para pendatang dari kelompok etnik yang ada di Indonesia, bahkan dari berbagai bangsa yang berbeda-beda pula.

Hal ini telah menambah keunikan dan mencetuskan kebudayaan baru bagi masyarakat yang menghuni kota Jakarta dan mereka yang menghidupi kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi".

Mengutip laman profil propinsi DKI Jakarta bahwa "orang-orang Betawi yang dianggap sebagai penduduk asli Jakarta dan pendukung kebudayaan Betawi saat ini telah banyak terdesak ke pinggiran kota Jakarta. Mereka tinggal di daerah-daerah perbatasan yang dikenal dengan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi).

Orang Betawi yang ada di pinggiran kota Jakarta dinamakan "Betawi Ora" sedangkan orang Betawi yang hidup di daerah kota dipanggil "Betawi Kota".

Yang dipandang sebagai penduduk asli kota Jakarta adalah mereka yang secara ketat dan konsisten menyandang tradisi Betawi. Dan dalam hal ini predikat itu disandang oleh Betawi Ora oleh karena cara hidup orang Betawi Kota dipengaruhi oleh tradisi bukan Betawi.

Selain telah mengetahui arti dan asal usul kata Betawi, kamu juga wajib tahu tentang sistem kemasyarakatan orang Betawi, khusunya Betawi Ora.

Menurut Soedjono, manusia selalu hidup dalam kelompok-kelompok pergaulan baik secara peguyuban mau pun patembayan. Dalam kelompok pergaulan itu manusia hidup dalam suatu struktur sosial tertentu, di mana terdapat jalinan interaksi, interelasi dan komunikasi sosial antar individu.

Hubungan sosial di dalam masyarakat berkaitan erat dengan norma-norma, pola-pola kebudayaan dan kaidah-kaidah suatu masyarakat, yang disebut "sistem sosial". Suatu struktur sosial dan sistem sosial menunjukkan wajah suatu masyarakat dalam mewujudkan tujuan bersama.

Dalam usaha mencapai tujuan bersama itu akan terjadi perubahan-perubahan dalam sistem masyarakat yang disebut dinamika sosial.

sumber gambar: kompas.com
sumber gambar: kompas.com
Dalam sistem masyarakat terdapat pelapisan sosial di antara anggota-anggota masyarakat. Dalam masyarakat Betawi pada masa lalu ada beberapa tokoh masyarakat dengan kedudukan dan jabatan tertentu, seperti pencalang (yang menguasai suatu wilayah).

Mandor/bek (yang menguasai suatu lingkungan tertentu), merinyu (membantu mandor dalam menjalankan tugas sehari-hari), juragan (sesorang yang memiliki banyak harta benda yang disewakan kepada masyarakat), kemetir (orang yang bertugas memungut pajak atas pohon-pohon yang ditebang).

Selain itu ada juga potiah, amil (yang bertugas dalam bidang keagamaan, terutama yang berkaitan dengan perkawinan dan kematian), upas (pemimpin masyarakat dalam bidang keamanan); disertai dengan atribut-atributnya yang melambangkan kekuasaan mereka.

Mereka merupakan lapisan pegawai pemerintahan penjajahan Belanda, yang dianggap sebagai lapisan atas dalam masyarakat. Mereka inilah yang mengatur dan memerintah rakyat jelata yang berada di bawah kekuasaan mereka.

Pada masa kini sistem pelapisan sosial seperti tersebut di atas sudah mengalami pergeseran nilai. Pemerintah telah menetapkan bahwa lurah merupakan pemimpin masyarakat dalam suatu desa.

Lurah membawahi beberapa orang seperti ketua RT (Rukun Tetangga) dan ketua RW (Rukun Warga). Mereka merupakan bagian dari masyarakat, karena mereka dipilih oleh dan dari masyarakat. Dengan demikian mereka diharapkan dapat menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah.

Sementara itu, selain berkaitan dengan struktur pemerintahan, pelapisan sosial orang Betawi itu sendiri lebih berdasarkan pada senioritas umur, artinya orang muda menghormati orang yang lebih tua.

Hal ini dapat diamati dalam keseharian hidup orang Betawi. Misalnya ketika seorang anak muda berjumpa dengan orang tua atau orang yang lebih tua, ia harus mencium tangan orang yang dianggap tua itu. Pada hari-hari raya seperti Lebaran, orang yang didahulukan adalah orang tua atau orang yang dituakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun