Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuk Berproses

5 November 2016   12:25 Diperbarui: 5 November 2016   12:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nikmatnya Proses

Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu atau rangkaian tindakan, pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk.

Apakah kita masih bisa menjalani, memaknai dan menghormati sebuah PROSES sedangkan memang ada suatu kondisi yang menghalangi Proses tersebut berlangsung.

Anggaplah Halangan dan Rintangan tersebut merupakan bagian dari sebuah Proses yang harus kita lalui, apakah kita bisa menikmati Proses yang akan dilalui disaat Tuntutan yang serba instan saat ini.

Kehidupan yang serba gampang saat ini melenakan kita untuk tahu berproses, untuk ikut berproses dalam menghasilkan suatu produk apakah itu produk barang, jasa, kesuksesan, keputusan dan sebagainya. Anak-anak zaman sekarang kurang mengenal yang namanya membeli atau memfotokopi buku contohnya. Dulu kita harus berangkat ke toko buku, mencari, memilih, antri dan berinteraksi dengan kasir dan membawanya pulang atau kalau uang tidak cukup kita pergi ke toko buku emperan seperti di Kwitang dan Pasar Senen. Kini, dengan aplikasi di android anak-anak tinggal klak-klik, bayar, buku yang dibeli pun datang ke rumah. 

Dengan minimnya tahapan dan waktu berproses, karyawan-karyawan muda saat ini memiliki rasa loyalitas yang rendah terhadap perusahaan atau instansi tempatnya bekerja. Mereka dengan gampangnya resign, loncat dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Super cuek, minim basa basi dan sopan santun. Dengan entengnya mengatakan mau pecat saya, pecat aja, ntar juga dapat kerjaan dengan gaji yang lebih besar. Begitu juga dengan demonstrasi, nuntut sesuatu, "shazam, abrakadabra, tadaaa langsung berubah, disetujui, dikabulkan tuntutannya". Apalagi jika hasil yang diperoleh itu dilakukan dengan cara tidak terpuji, menipu atau menyogok. Biasanya hasil yang diperoleh tidak berlangsung lama atau tidak berkah.

Semua hasil yang kita nikmati saat ini adalah hasil dari sebuah proses. Bahkan kegagalan demi kegagalan menghampirinya ribuan kali seperti penemuan lampu oleh Thomas Alfa Edison. Tetapi saat ini kegagalan itu bisa diminimalisir dengan sekecil mungkin dengan banyaknya contoh, template dan sharing pengalaman dari pelaku sebelumnya. Kegagalan membantu meningkatkan pengalaman kita, mendewasakan kita dan menyempurnakan kegiatan yang kita lakukan.

Mental bersemangat, disiplin dan tidak frustasi harus dibangkitkan dan dipelihara selama berproses. Jangan sampai sekali dua kali ditolak atau dicoret dosen pembimbing skripsinya langsung mundur, gak lanjut lagi. Baru sekali ditolak produk yang dipasarkan lalu surut semangat jualannya. Dengan menikmati proses kita akan legowo, ikhlas menerima apa yang akan terjadi. Bahkan kata orang tua saya, pencopet itu pun berproses, mereka latihan berat juga, mengambil duit koin yang disangrai di pasir, kebayang panasnya pasir tersebut. Dan saat terjun memulai aksi pencopetannya, gak jarang mereka ketahuan, ketangkap, dipukuli tetapi semua proses itu dilalui sehingga mereka menjadi pencopet handal yang mengambil dompet dari saku tanpa terasa pemiliknya. Begitu kira-kira contoh konkret dari sebuah Proses.

Jangan Instan
Orang memang lebih suka melihat Hasil daripada Proses. Damainya demo ribuan orang pada tanggal 4 November 2016 kemarin merupakan sebuah rangkaian koordinasi yang panjang sehingga bisa mengumpulkan massa Islam sedemikian banyak. Tetapi orang hanya melihat ramainya orang berdemo saja. Suksesnya film Warkop DKI Reborn juga merupakan sebuah proses panjang yang kompleks, melibatkan banyak pihak, mengumpulkan berbagai elemen hingga bisa menghasilkan sebuah film yang membawa nostalgia emosional penonton kepada Warkop DKI yang tenar di tahun 1980an. Tetapi penonton hanya tau memuji atau mengkritik film yang ditayangkan kurang dari 2 jam itu. Penonton hanya melihat Hasil yaitu Film tanpa peduli Proses.

Tetapi bagi pelaku-pelaku yang melakukan proses tersebut akan mendapatkan banyak manfaat, pengalaman dan hikmah dibalik semua yang telah dilakukan. Disisi lain orang-orang yang menyukai segala sesuatu yang berbau instan juga tidak sepenuhnya salah tetapi secara filosofi, emosi, ilmu dan pengalamannya dangkal sehingga menjalani sebuah Proses adalah sebuah kenikmatan

Yuk mari kita bersabar, belajar untuk meredam keinginan yang menggebu-gebu, mendewasakan diri kita dan mengikhlaskan atas hasil dari sebuah Proses yang dijalani apakah itu memberikan hasil baik atau buruk, cepat atau lambat, sesuai harapan atau tidak sama sekali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun