Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menghadirkan Keberkahan dalam Kemerdekaan

17 Agustus 2016   13:05 Diperbarui: 17 Agustus 2016   13:19 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dirgahayu Republik Indonesia ke-71

17 Agustus 2016

Selamat ulang tahun negeriku, semoga keberkahan selalu melimpah padamu

Hari ini tepat 71 tahun negara kita memperingati hari kemerdekaan. Merdeka dari penjajahan. Merdeka dari kemelaratan. Merdeka dari kemiskinan. Merdeka dari kesengsaraan dan Merdeka dari Pemikiran-pemikiran Buruk.

Ya pemikiran-pemikiran buruk, seperti kedengkian, pesimisme, tidak punya harapan, picik, menyalahkan orang lain dan keadaan, pun bisa menjerumuskan keadaan kita ke dalam belenggu penjajahan kembali. Kita sendiri lah yang menciptakan nuansa terjajah. Hal-hal yang tidak terlalu penting, tidak menjadi masalah bisa menjadi masalah besar dan sebaliknya hal-hal fundamental seperti tata krama, sopan santun, moral, adab yang sangat penting dalam membangun kemajuan bangsa menjadi hal tercampakkan di zaman "merdeka" saat ini. Bebas diartikan sebebas-bebasnya tanpa aturan, tanpa tata krama, tanpa kedisiplinan, menabrak semua yang dianggap menghambat keinginan seseorang atau sekelompok orang.

Semakin ke sini seringkali kita mendengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat merasa ada yang berkurang, bahkan seperti ada yang hilang di dalam kehidupannya. Dahulu, sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan dua anak, dimana bapak yang menjadi tulang punggung dalam mencari nafkah, kehidupannya bisa dibilang bahagia, punya rumah dan sepeda motor, atau jika memiliki mobil, kehidupannya bisa dibilang lebih dari cukup. Kini kondisi yang sama, kehidupan boleh dibilang jauh dari bahagia, jika hanya seorang bapak yang bekerja, tanpa didukung oleh ibu, maka kemungkinan besar rumah yang ditempati masih ngontrak, jika keduanya bekerja barulah bisa memilih rumah dan kendaraan, itu pun dengan dicicil, untuk jangka waktu lama. Kehidupan sehari-harinya hanya memikirkan uang, uang dan uang. Tidak cukup hanya satu pekerjaan, harus ditopang dengan berjualan, kerjaan sampingan, semua demi perut, tagihan, cicilan dan biaya hidup. Begitu terjadi guncangan ekonomi, semisal PHK, kenaikan harga, guncang lah ekonomi keluarga tersebut.

Cerita lainnya adalah kehidupan yang terasa semakin diburu-buru.  Dahulu, ketika akan pergi bekerja kita masih bisa menyapa tetangga kiri kanan, kini pergi bekerja pun ketika matahari belum terbit, disaat anak kita masih terlelap dan pulang harus bermacet ria, mengeluarkan biaya bahan bakar dan tol yang besar dan tiba dirumah saat anak-anak kita sudah tidur. Saat tetangga kita sudah kumpul dengan keluarganya. Tidak ada lagi tegur sapa, tidak ada lagi siskamling, ronda yang menjadi ajang silaturahmi. Semua bayar. Semua duit. Nafsi-nafsi.

Kehidupan anak-anak dan remajanya lebih menyedihkan lagi. Hopeless, kurang percaya diri, moral rendah, sopan santun kurang. Banyak cerita guru dipukul, guru dibui hanya karena ditegur, dimarahi karena anaknya bandel. Lalu mengadu pada orang tuanya. Orang tua tidak terima dan kalap. Masyarakat yg sangat gampang emosi. Ada cerita status seorang kyai didebat oleh followernya dengan menanyakan apa dalilnya, mana ayatnya. Pas ditelusuri ternyata hanya seorang anak sma. Gadget dijadikan alat menghujat, membully dan ajang para haters. Belum lagi pornografi dan narkoba. Anak dibawah umur saat ini pun sudah terpapar kedua racun tersebut.

Cerita kesehatan juga sangat miris. Karena kehidupan serba instan, ingin cepat kaya, maka vaksin untuk bayi pun dipalsukan dan diberikan pada bayi selama bertahun-tahun. Ada cerita kakak penulis saat ia teringat sebuah karikatur di majalah wanita Femina di tahun 1980an. Digambarkan dua kondisi yaitu saat itu klinik umum begitu ramainya dan klinik spesialis sepi, tetapi di tahun 2000an digambarkan klinik spesialis lebih ramai dari klinik umum. Kini terbukti banyak penyakit aneh-aneh kita temui saat ini. Ada anak-anak sudah menderita diabetes, stroke, jantung dan penyakit yang umumnya diderita orang tua di zaman dahulu. Orang-orang muda kita temui meninggal karena sakit jantung, stroke dan lainnya.

Apakah semua keadaan tersebut tidak ditemui di zaman dahulu, sekitar tahun 1970-1990an. Ya jelas ada, sama. Yang membedakannya mungkin sekarang berita lebih menyebar dan tingkat keparahannya sekarang lebih parah. Kalau dulu mungkin 50-60%, sekarang bisa mencapai 80-90an%. Saat ini sih istilah boleh kekinian, tetapi keadaan semakin lebih buruk dari dahulu. Apakah yang menjadi penyebabnya. KEBERKAHAN.

Ya, keberkahan itulah yang berkurang bahkan hilang dari kehidupan negeri ini. Kita kurang bersyukur, kurang berterima kasih atas apa yang diterima, kurang sabar, kurang empati, tidak disiplin dan tidak menerima perbedaan. Mengaji sih mengaji, taklim sih taklim tetapi kalau tidak punya seragam, beda mazhab, bentrok. Kita kurang empati ke sesama. Adapun bikin ramai-ramai, tetangga hanya melihat doang, diundang pun tidak, dibagi makanan pun tidak. Jikalau pun ada yang bikin acara dan bagi-bagi sedekah eeh dibilang sombong, pamer. Serba salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun