Mohon tunggu...
Dani Iskandar
Dani Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Titipan

9 Februari 2018   16:06 Diperbarui: 9 Februari 2018   16:09 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari kecil hingga dewasa pasti kita pernah dititipin sesuatu oleh orang lain, baik itu barang, benda maupun dalam bentuk pesan atau wasiat. Waktu kecil mungkin ibu kita dahulu pernah menyuruh kita ke warung untuk membeli gula, telur, minyak goreng atau apa pun kebutuhan sehari-hari. Tentu hal ini dialami oleh anak-anak yang hidupnya di perkampungan atau yang rumahnya terletak bukan di perumahan yang tidak ada warungnya. Kalau anak-anak yang tinggal di apartemen atau perumahan yang warganya tidak punya warung pasti tidak pernah mengalami hal demikian. 

Ketika si anak tadi disuruh oleh ibunya untuk membeli gula sekilo atau disuruh bapaknya beli rokok sebungkus pasti anak tadi dititipi duit untuk berbelanja. Maka sesampainya di warung, si anak tadi kembali dititipi barang belanjaan dan uang kembalian jika ada. 

Apa yang dilakukan oleh si anak kecil tadi dengan semua yang dititipi tadi, tentulah ia jaga uang untuk berbelanja itu jangan sampai hilang atau tercecer dan barang yang dibeli itu jangan sampai jatuh, rusak, berkurang atau hilang ketika sampai ke ibu atau bapaknya yang menyuruhnya. Menjaga titipan ini penting dan dapat melatih diri kita untuk disiplin.

Suka Duka Mendapat Titipan

Biasanya sudah menjadi kodrat kita, ketika ada hal yang memberikan kesenangan pada kita, kita bahagia, senang, bahkan memuji dan bisa-bisa menghamba bagi yang memberikan kesenangan tersebut. Tetapi pabila kita mendapatkan kerugian, wah kita sedih, marah, bahkan mengumpat yang menyebabkan masalah tersebut. Ketika si bocah tadi, disuruh ibunya ke warung untuk beli kelapa parut kemudian uang kembaliannya diperbolehkan ibunya untuk beli permen atau diambil untuk jajan, betapa senangnya si bocah tadi, kalau bisa dalam sehari disuruh berkali-kali pun dia mau. 

Permen atau uang kembalian tadi dianggap si bocah sebagai ganjaran, upah, hadiah untuk dirinya yang telah menjaga amanah ibunya, yaitu belanja ke warung dan membawa kelapa parut itu ke ibunya. Disini sebuah proses panjang dalam menjalankan amanah sebenarnya terjadi jika kita mau memahaminya, meskipun hanya sebuah kejadian kecil bahkan sepele. Duit diterima, dijaga, diberikan ke pemilik warung, kelapa diparutkan, dibungkus, dibawa ke ibunya. 

Banyak kejadian bisa terjadi dalam proses belanja ini, duitnya kurang, apa yang harus dilakukan anak kecil ini, kembali? Diberi kemurahan si pemilik warung? Dipesenin agar bilang ke ibunya duitnya kurang tetapi kelapa tetap dikasi? Dan berbagai kemungkinan lainnya. Setelah kelapa diterima, berbagai kemungkinan lain pun bisa terjadi, terjatuh, tertinggal, kelapanya ketuaan, kemudaan, kurang dan harus balik lagi dan sebagainya. Jadi berbagai hal bisa terjadi saat menerima titipan.

Bagaimana dengan tukang parkir? Ya, kita bisa lihat kerja mereka. Bagi tukang parkir yang amanah, mereka pasti bekerja dengan benar. Sibuk mengarahkan kendaraan yang akan parkir hingga pas posisinya. Menyediakan uang kembalian untuk si pengendara yang uangnya besar. Dan ikhlas menjaga kendaraan baik motor maupun mobil yang dititipin. Bahkan di beberapa tempat parkir, si abang tukang parkir menutup jok motor dengan kardus saat teriknya matahari. 

Itu tukang parkir yang benar. Pasti mereka lebih banyak merasakan kesukaan dibanding kedukaannya. Bandingkan dengan tukang parkir yang hanya mengejar setoran. Pengendara dengan susah payah memarkir kendaraannya sendiri. Bahkan jika yang diparkir motor, letaknya malang melintang, kebaret-baret, helm hilang, helm retak karena jatuh, atau benda-benda yang hilang yang diletakkan di laci motor. Ketika si pengendara hendak pergi, tiba-tiba si tukang parkir muncul dari pulau antah berantah, priiitt.

Begitulah ulah si tukang parkir siluman ini. Tentu yang begini lebih banyak menerima caci maki dan kemarahan pemilik kendaraan. Disini kita bisa lihat mana yang amanah menjaga titipan mana yang tidak. Lalu bagaimana dengan tukang parkir yang bisa mendapatkan nilai tambah dengan motor atau mobil yang dijaganya? 

Dengan mencucikan kendaraan yang dititipkan padanya. Nah, ini adalah tukang parkir yang bisa menyenangkan hati pemilik kendaraannya. Mobil yang dititipkan aman, pulang kerja atau shopping, mobil kinclong. Tentu si pemilik kendaraan akan dengan senang hati memberikan tip lebih dari sekedar uang parkir. Begitulah kita dalam menjaga titipan.

Ketiban Titipan Setiap Hari

Sadarkah kita bahwasanya kita ketiban Titipan setiap hari? Ya setiap hari. Tanpa kita sadari kita dititipi pesan, baik berwujud benda atau tugas maupun pesan setiap hari. Jika kita bekerja, saban hari pasti kita menerima pesan. Pertanyaannya: Amanah kah kita? Bisakah kita menjalankan atau menjaga pesan tersebut?

"Majikan kita berpesan, nanti setelah antar adek sekolah tolong ambilkan bed cover di laundri depan pasar ya!"

"Jam 14.00 kita rapat, tolong siapkan bahan presentasinya!

"Nanti kalau barang datang, baju-baju yang berwarna cerah di pajang di manekin ya!

"Ini bahan ujian minggu depan, tolong kamu fotokopi sebanyak murid di kelas ya!

"Pagar yang mau diantar besok, tolong dipasang rodanya ya!

"Saya ada meeting di Sudirman, kembali jam 15.00, kalau ada dari PT Reksa suruh tunggu sebentar!

Belum lagi kita bicara jabatan yang merupakan titipan dari perusahaan, kantor, rakyat dan lainnya.

Begitulah kira-kira setiap hari kita pasti mendapat titipan, tetapi kita tidak sadar, kita menganggapnya sebagai pesan, tugas atau perintah yang harus dilaksanakan. Namun sejatinya itu adalah amanah yang harus kita jalankan. Titipan yang harus kita jaga dan laksanakan.

Hidup ini adalah amanah dalam menjaga Titipan. Karena orang yang beragama pastilah sudah mendapatkan titipan dari Tuhannya. Dalam Islam 5 kali sehari diperintahkan untuk menegakkan sholat. Kewajiban ini merupakan pesan dari Tuhan untuk wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yang sudah baligh hingga akhir hayatnya. Bahkan, perintah ini tidak boleh ditinggalkan sama sekali. Ketika seorang muslim sakit kulitnya, luka, wudhunya bisa tayamum. 

Jika sakit bisa duduk, jika duduk pun susah bisa dengan berbaring, yang penting Titipan Perintah Tuhan ini tetap dijalankan. Demikian pula bila bepergian, bisa dengan duduk di kursi pesawat, kereta api, atau dijamak pelaksanaannya. Kembali ke kisah ibu yang menyuruh anaknya beli minyak goreng tadi, apa yang bakal terjadi jika anaknya menolak, anaknya telat pergi, tentulah minyak goreng yang pasti dibutuhkan ibu buat memasak tadi menjadi berantakan. Mungkin memasaknya telat, mungkin masakan jadi tidak enak karena ibunya marah, ngedumel, gak konsen karena kesal sama anaknya dan sebagainya. 

Demikian pula Tuhan, ketika kita ikrar mengakui keberadaannya, keTuhananNya, menghambakan diri kita. Tentulah Dia akan marah ketika kita lalai dalam menjalankan pesanNya. Namun sebaliknya, apakah yang akan terjadi jika kita taat, patuh dan amanah dalam menjalankan perintahNya, apalagi kita bisa membuatnya menjadi nilai tambah, membuat senang Sang Penitip Perintah, jelas rahmat, rejeki, limpahan keberkahan yang akan kita terima.

Mengelola Titipan

Kini, banyak orang yang menyadari bahwa sebenarnya Titipan ini bisa dikelola, bisa dijadikan Bisnis. Jika kita lihat di daerah-daerah yang padat penduduk, banyak orang yang menyulap rumahnya menjadi tempat penitipan mobil karena pemiliknya tinggal di dalam gang, tidak memiliki lahan parkir, sehingga harus dititipkan. Begitu juga dengan rumah-rumah di dekat sekolahan, kampus, terminal, stasiun, banyak yang menyewakan lahannya untuk tempat parkir motor. 

Bahkan ada juga yang sampai memberikan layanan cuci mobil, motor dan helm. Wah, sungguh pintar dalam mengelola Bisnis Penitipan. Dari kondisi ini, anda dapat membandingkan, jika ada 3-4 rumah tempat penitipan, anda pilih yang mana? Dari kondisi tersebut, muncul pilihan, dari yang tadinya biasa-biasa aja, tetapi karena ada orang yang pintar dan jenius dalam melihat pasar, muncul berbagai alternatif pilihan penitipan kendaraan. 

Pilihannya jatuh pada tempat penitipan yang aman, bersih, rapi, memberikan layanan cuci dan ramah. Pasti tempat penitipan yang sekedar tempat nitip doang, akan lebih sepi dibanding yang full layanan tadi, kecuali permintaan yang sangat tinggi.

Sehingga Penitipan kalau kita lihat dari sisi hakikatnya bukanlah hanya sekedar menjaga benda atau pesan yang dititipkan, lebih dari itu, bisa menjadi bisnis dan berkah jika orang yang dititipi bisa mengelolanya dengan baik.

Raih Bonus dengan Menjaga Titipan

Pernahkah Anda berpikir bahwa merawat tubuh termasuk menjaga Titipan. Hhhmm.. gak lah.. apa iya ya.. ah bukan.. Kita sering dengar dan bilang, "ah hidup ini hanya titipan saja", "anak adalah Titipan Allah", "harta gak dibawa mati bung, semua hanya titipan", benar kan. Kalau itu semua titipan, pernahkah kita berpikir bahwa itu perlu dijaga, dirawat, bahkan disenangkan pemiliknya, yaitu Tuhan. 

Ya, jagalah, besarkan, rawatlah anakmu, rawatlah hartamu, rawat dan jagalah tubuhmu, sehingga sebenarnya kalau kita sering melakukan medical check-up, mengontrol kesehatan, merawat gigi, mata, rambut, wajah, termasuk nge-gym, olah raga, nyalon itu juga dalam rangka menyenangkan Sang Pemilik tubuh ini. Mungkin sekarang sudah mulai paham. 

Nah, dari kondisi ini kalau kita merawat tubuh kita agar kita tetap sehat, cantik, ganteng, berpenampilan baik, sesuai dengan kemampuan kita, merupakan bagian dari menjaga Titipan Tuhan. Namun, semua prilaku kita yang menyebabkan kita sakit, seperti makan berlebihan, olah raga berlebihan, kerja berlebihan, anak-anak kita maen game berlebihan sehingga matanya sakit, makan permen berlebihan sehingga giginya sakit, kemudian operasi plastik, mengubah bentuk yang dititipkan Tuhan, kecuali oplas itu dilakukan untuk menyembuhkan, merawat yang sakit, maka prilaku buruk kita itu sebenarnya sudah termasuk tidak amanah, tidak merawat pemberian Tuhan.

Sehingga kurang tepat juga, ketika kita katakan tidak ada yang dibawa mati, kita kembali hanya membawa kain kafan pembalut tubuh. Tapi pernahkah kita lihat bahwa banyak orang-orang yang jasadnya utuh meskipun bertahun-tahun terkubur? Ketika memindahkan kuburan, kita dengar atau kita sendiri mengalaminya bahwa kuburan yang kita pikir hanya tinggal tulang belulang atau bahkan hancur tidak tersisa, ternyata setelah dibongkar eh malah utuh, sampai kain kafannya pun tidak rusak. 

Kuburan kakek saya pun mengalami demikian, ketika tsunami aceh terjadi, semua kuburan terbongkar dan tersapu tsunami, karena letaknya di tepi laut, tetapi kuburan kakek saya dan beberapa yang lain, tidak rusak, hanya terbongkar sedikit. Nah, dari kejadian itu, apakah kita tidak memahami, merenung dan berpikir, kok bisa ya. Sering kita berkata, oh mereka manusia-manusia pilihan, mereka banyak amalannya, mereka orang soleh, mereka ahli ibadah. Hanya itu? 

Pernahkah kita balik bertanya, kenapa mereka bisa terpilih? Sama halnya dengan penitipan mobil tadi, dari begitu banyak tempat penitipan, yang dipilih adalah yang amanah, ramah, baik, bersih, rapih, ada tambahan cuci mobilnya. Ya, begitulah orang-orang yang terpilih itu, sampai dikubur beratus-ratus tahun pun, jasadnya utuh. Semua berhubungan. Kalau kita katakan mereka ahli ibadah, ya ada hubungannya. Dalam islam, ketika mereka menjaga wudhu'nya, maka ia dalam keadaan suci, bersih menjaga kemaluan dan duburnya. Wudhu membersihkan tubuhnya. Jika dia rajin sholat, banyak sholat sunnahnya, berarti gerakan tubuhnya seperti orang olah raga. 

Banyak baca Quran dan Kitab Suci, terjadi gerakan di mulut, pipi dan wajah, terhindar dari pikun. Apalagi rajin puasa, jelas pencernaan dan daya tubuhnya kuat. Dengan merawat tubuh maka Tuhan senang, dan Dia akan memberikan bonus bagi kita, umur menjadi panjang, tubuh sehat, jarang sakit, hidup berkah.

Nah, dalam agama dan kepercayaan lain pun demikian, mereka memberikan penghormatan terakhir kepada jasad orang yang meninggal. Sehingga bisnis make-up jenazah pun laris. Mereka yang kaya bahkan sering melakukan hal di luar nalar kita, dikubur bersama gitarnya, harley davidsonnya, pakaian terindahnya dan sebagainya.

Kembali ke diri kita, apakah kita menganggap merawat tubuh kita, kesehatan kita, termasuk menjaga titipan atau tidak. Apakah kita ingin mendapatkan bonus dalam hidup ini dengan merawat tubuh ini? Atau kita menganggap ini bukan Titipan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun