Mohon tunggu...
Dianne Deivie Dirk
Dianne Deivie Dirk Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya ingin berbagi sebelum 'PULANG"

Catatan kampung, kampungan dan tinggal di kampung terpencil di Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kegetiran Hati Ibu Mengenai Revisi DIPA

20 April 2015   19:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehari sebelum Hari Kartini….

[caption id="attachment_379365" align="aligncenter" width="512" caption="Konsultan Kota Bitung  Sulawesi Utara (Dok. Pribadi dianned_dirk)"][/caption]

Maafkan ibumu anakku, harga beras melambung, Rp. 10.000 perliter, bensin juga merangkak naik, kebutuhan hidup naik, sementara bos-bos ibu masih juga menghitung Revisi DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran), sudah berbulan-bulan anakku, jangan tanya mengapa untuk pekerjaan yang kita anggap sederhana itu membutuhkan waktu berbulan-bulan, apakah sistem perencanaan negara ini sedemikian buruk, sehingga mengakibatkan aplikasi yang amburadul, jangan tanyakan itu ya, anggaplah mereka tidak menyadari bahwa ada beratus-ratus bahkan beribu-ribu mulut bergantung pada hasil kerjaan mereka. Kita, kalian butuh makan, butuh masa depan, butuh sehat, butuh hidup yang normal. Biarlah ini hanya menjadi kegalau kita sendiri.

Anakku, ternyata negara kita bukan hanya rawan bencana alam tapi juga rawan Bencana Kebijakan Pemerintah yang tak berpihak padamu, lihat anakku, kata mereka ini masalah bencana “Revisi DIPA”, tiba-tiba ibu menelan ludah kegetiran, ingat akan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang selama bertahun-tahun ditanam dan disiram agar tumbuh subur dalam sumsum tanah hati rakyat.....sekali lagi anakku, nilai-nilai luhur kemanusiaan, ludah getir itu kembali tertelan.

“Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Sayang engkau tak duduk disampingku kawan...”

Hari ini tepat sehari sebelum hari Kartini, perempuan yang menjadi inspirasi wanita Indonesia untuk meraih emansipasi, ibu akhirnya bicara padamu, Tahun 2015 emansiapasi memang bukan lagi mimpi bagi wanita Indonesia walaupun masih harus didorong lewat undang-undang dan sejumlah peraturan. Semalam ibu melihat Kartini yang juga ikut menangis, ketika ibu bertanya kenapa, ia menjawab karena berempati terhadap masalah kita, nak. Begitulah ekspresi banyak perempuan, ia berbicara dengan air mata, tapi hari ini, air mata ibumu sudah kering, kering dan terbang besama debu yang sehari-hari menemani ibumu dilapangan.

“Banyak cerita yang mestinya kau saksikan ditanah kering berbatuan, tubuhku terguncang terhempas batu jalanan hati bergetar menambah kering rerumputan....perjalanan ini seakan jadi saksi....”

Maafkan ibumu anakku yang terpaksa hanya memberikan air putih bagimu untuk menggantikan susu, sudah menjelang 4 bulan ibumu hidup dari hutang. “Berhematlah, sarapan pagi nggak usah, minumlah segelas air saja, makan siangnya biar pake kerupuk saja, biaya untukmu masih harus dibagi dengan adik-adikmu, lebih banyaklah sarapan berita seperti pembekuan PSSI oleh Menpora, Data PSKS yang masih menggunakan data lama, Penjajah Cinta Online, Bahaya ISIS, 60 tahun KAA di Jakarta Bandung dan sederet berita kriminal biar bingungmu bertambah sehingga melupakan laparmu”
.
Maafkan ibumu anakku jika uang kostmu 4 bulan terakhir selalu terlambat, karena ibumu selalu terlambat mendapat pinjaman. Saat kuliah, duduklah paling depan agar bisa menyimak materi dosenmu dengan baik, agar walaupun gizimu kurang, tak mengurangi konsentrasi belajarmu. Agar kelak jika kau ditakdirkan untuk bisa mengadvokasi masyarakat, kau tidak sering tersedak karena penjelasanmu pasti dan jelas, to the point dan bukan hanya lip service.

Maafkan ibumu anakku jika sepeda motor kita kemarin ditarik dealer, karena memang sudah 3 bulan belum bayar cicilannya padahal sepuluh juta sudah ibu habiskan untuk membayar cicilan itu selama ini dan itu sangat berguna untuk kelancaran pekerjaan ibumu, nak. Sssstt nanti kita beli lagi ya, mau brapa? dua?

“Sesampainya dilaut kukabar semuanya, kepada karang, kepada ombak kepada matahari, tetapi semua diam, tetapi semua bisu......"

Maafkan ibumu nak, semoga bulan depan uang kostmu tidak terlambat lagi dan segelas susu bisa menemani pagimu. Untuk Kartini, semoga besok ibu bisa membuatnya tersenyum karena menurutnya, Habis Gelap Terbitlah Terang dan buat Ebit G. Ade, maafkan, ibu tidak lengkap menyanyikan Berita kepada kawan, karena kawan-kawanku dan ibu sama-sama galau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun