Mohon tunggu...
Mahendra Dilegant
Mahendra Dilegant Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cerpenis, Catatan Perjalanan dan Filosofis Esai.

Membebaskan diri dari segala belenggu duniawi dengan menulis. Menyukai kebebasan tulisan yang mengandung sarkasme dan liberal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

#SebuahPerjalanan 2 : dari Yogjakarta ke Kuala Lumpur

14 Februari 2022   11:15 Diperbarui: 14 Februari 2022   11:20 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim semi hampir tiba, seperti biasa, bulan Februari diawali dengan isu-isu valentine yang kelak membisu saat hati merindukan daun yang jatuh. Tak seperti musim gugur kemaren, dimana matahari ramah kepada semua orang, buah-buah yang dipetik di bulan September membuat Istanbul dihujani berbagai macam buah-buahan. Kiwi, Strawberry, Apel Balkan, Aprikot, Berry hingga Jeruk Mestaponia hanyalah sedikit dari banjir buah yang saya rasakan di bulan-bulan kemaren. 

Daun jendela kamar terbuka, angin segar masuk tanpa diundang, matahari yang mulai terik pun memenuhi seisi ruang. Berkisar empat menit, sebuah buku jatuh dari atas tumpukan catatan kuliah. Aku memandangi sampulnya, sebuah foto yang sama sekali tak ada makna, berisi kenangan di tahun 2019.

Aku ceritakan disini, bahwa kelak aku yang merantau ke Yogjakarta akan berpindah ke Malaysia. Entah mengapa, dengan bodoh aku melepaskan mimpi untuk berkuliah di UGM di jurusan Teknik Sipil. Pengumuman seleksi beasiswa ke Malaysia hanya beda 2 bulan lebih telat dari semester yang akan segera aku mulai di Yogja. Mulainya satu per-satu ujian datang. Dari uang saku yang habis karena biaya OSPEK, kosan yang telat bayar, jualan souvenir agar kerongkongan tak kosong dari nasi, hingga membantu bersih-bersih pesantren yang hanya diupah sepuluh ribu. Semua tantangan ini, tentunya tak sulut membuatku menyerah, tapi Allah mungkin menjawab usaha dengan cara yang lain. Lolos ke Malaysia sepertinya alternatif lain untuk melanjutkan pendidikan dengan lebih tenang, setidaknya ada uang saku yang menunggu, serta kesempatan koneksi pertemanan yang lebih global.

Akhir kata, seorang yang baru berkuliah tak akan kuat bila fokusnya terbagi-bagi. Mulailah diri memantapkan hati untuk berangkat ke negeri jiran, dan sampai disinilah, cerita sampul foto yang jatuh tadi dimulai.

Dokpri
Dokpri

Kala menunggu aplikasi visa selesai, sebuah rezeki lain datang. Alhamdulillah diizinkan mengabdi ke salah satu pesantren di Bogor. Satu per satu rintangan terlewati, keuangan mulai membaik, di sela-sela mengabdi saya belajar untuk berbisnis, lebih tepatnya melihat konsep koperasi pesantren yang kelak saya terapkan di perantauan selanjutnya. Buku-buku di perpustakaan pesantren saya catat satu-satu judulnya yang menarik, lalu saya beli beberapa di Blok M dan dibaca di Malaysia. Hingga, pertemuan demi pertemuan yang mengisi kekosongan hati pun datang. Perkenalan dengan santri-santri tahfidz yang mendeklerasikan semangatnya satu per-satu. Alasan mereka mondok seakan sama dengan visi misi-ku dulu, sebuah mimpi tentang tahun yang sangat jauh dari tahun sekarang. Di umur 30 tahun ada yang berniat menjadi pengusaha soleh, pemimpin yang ulul albab hingga calon-calon kyai yang berniat mendirikan pesantren sendiri. 

Hari keberangkatan ke Malaysia, 12 September 2019, walau semuanya merubah kisah nanti, tapi sedikit pertemuan setidaknya masih membekaskan rindu. Hati yang lama kosong dengan berjuang sendiri, diisi dengan canda tawa dan kebersamaan yang mewarnai perjuangan. Pertemuan yang singkat tak berarti mengukur rasa cinta yang sedikit, ada kenangan yang tetap bertahan kala cinta sudah bersemi.

Setidaknya, kala pagi di Istanbul kali ini. Aku mulai merasa, apa yang sebetulnya membuatku kuat. Dua hal, karena hati ini tak akan sepi, cinta masa lalu yang mekar dalam kenangan-kenangan itu bisa jadi obat rindu sendiri dan motivasi-motivasi yang kuat tentang 30 tahun kedepan adalah landasan utama perjuangan. Hingga kini, rintangan sebesar apapun rasanya selalu punya penyelesaian yang jauh lebih besar dibanding tantangan apapun dan masa depan yang menati semoga kelak menjadi akhir yang mekar jua. Mekar dalam cinta.

Ditulis di Istanbul, 14 Februari 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun