Mohon tunggu...
Diqna PS
Diqna PS Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

selalu andalkan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Rumah Perkara", Edukasi Anti Korupsi

28 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 28 Oktober 2020   12:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Status tokoh Yatna sebagai lurah, menekankan faktor kesempatan.Dimana sebagai orang yang memiliki wewenang dan jabatan, Yatna justru memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan. Ketiga, dialog dikantor Yatna, saat anak buah Jaya mengatakan bahwa kondisi pertanian sedang sulit, pupuk tidak selalu ada, daya beli gabah yang rendah, ini menunjukkan adanya desakan kebutuhan ekonomi yang dialami oleh Yatna.

Korupsi justru banyak terjadi di kalangan bawah, khususnya pejabat daaerah, karena ketidak tahuan dan ketidak berdayaan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah, hal ini membuat kasus korupsi tidak dilaporkan atau tidak terungkap.Melalui filmRumah PerkaraEmil ingin menyampaikan, bahwa manusia pada dasarnya serakah, hal itu tergantung pada nilai moral yang tertanam pada setiap individu. Mampu atau tidak mereka bertahan dalam tekanan hidup, untuk tidak menyakiti atau merugikan satu sama lain.

Rumah Perkara yang berformat film pendek, cukuplugas dan runtut mengungkap masalah korupsi. Struktur tiga babak yang biasa diterapkan dalam pola cerita film drama, tepat dipakai dalam film ini untuk menyuarakan isu korupsi pada publik.Dapat dicermati beberapa bentuk tindak pidana korupsi yang terungkap sepanjang film.Mulai dari terpilihnya Yatna sebagai lurah merupakan bantuan dari Jaya, sehingga Yatna pun harus memberikan bantuan kepada Jaya sebagai bentuk terima kasih.

Hal ini merujuk pada ketentuan dalam Pasal 5 Undang-Undang No 20 Tahun 2001 tentang Menyuap Pegawai Negeri, tindakan yang mencakup suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.Tokoh Yatna, sebagai lurah, mengilustrasikan sosok pegawai daerah yang menerima gratifikasi,dan kemudian membuatnya jadi dalam posisi makan buah simalakama, saat dihadapkan dengan Ela, yang merupakan kekasih gelapnya sekaligus pemilik rumah yang ingin dibeli pak Jaya. Inilah titik awal mulanya perkara yang berujung maut.

Rumah Perkara memiliki banyak dialog-dialog sindiran dalam adegannya, yang seolah memiliki konotasi. Sebagai contoh saat Yatna bercermin membenaarkan seragamnya, Iqbal datang membawa pistol dan bertanya "Bapak ini jagoan apa penjahat?" lalu oleh Yatna dibalas sebuah pertanyaan balik, "bapakmu ini kawan kamu atau musuh kamu?"

Dari dialog diatas seolah memiliki makna bahwa sebagai pemimpin sosok Yatna adalah penjahat karena melakukan korupsi, namun sebagai bapak dia adalah kawan, karena korupsi itu dia lakukan demi istri dan anaknya.

Selain dialog, cara bertutur konflik dalam film ini juga runtut, dimulai dari Yatna yang menjadi lurah karena bantuan pak Jaya, sehingga pak Jaya menuntut sebuah balasan. Lalu sebagai balasannya Yatna membantu pak Jaya menjual rumah warga untuk dibangun kawasan elit, kemudian dari hasil membantu usaha pak Jaya, Yatna kembali memperoleh hadiah atau gratifikasi. Hubungan kausalitas dalam cerita sangan jelas, dimana sebab Yatna melakukan korupsi dan memaksa Ela yang merupakan selingkuhannya untuk melepas rumahnya, berakibat ia kehilangan anak beserta kekasihnya.

Terlepas dari kekuatan dialog dan alur cerita yang memudahkan pemahaman tentang tindak pidana korupsi, Rumah Perkara memiliki beberapa kelemahan dalam aspek cerita. Misalnya tidak adanya protes dari warga atas tindakan semena-mena Yatna, sehingga cerita terlalu berfokus pada keluarga Yatna, terkesan usaha Yatna dalam menjual tanah-tanah warga terlalu mulus dan mengurangi efek realis dalam cerita.

Selain tokoh protagonis, anatagonis, dan tokoh pendukung, interkasi dengan tokoh-tokoh extras seperti warga harusnya dapat dimunculkan. Sehingga, dapat menjadi contoh kepada penonton bahwa ketika warga mengalami penindasan, dan ketidakadilan dapat melakukan sebuah langkah protes terlebih dahulu, mengingat bahwa ini adalah film edukasi.

Meminjam gagasan Atmasasmita (2016) manusia terjebak pada budaya serakah, yakni serakah akan harta benda dan kekuasaan. Begitu pula dalam film Rumah Perkara ini, yang mengungkapkan realitas yang nyata adanya, tentang penguatan budaya serakah mengakibatkan seseorang tidak lagi merasa malu untuk melakukan tindak korupsi.

Dengan tidak menggurui penonton secara frontal, film ini memposisikan tokoh utama atau protagonis sebagai penjahat, yang memiliki tujuan untuk melakukan korupsi.Namun dihalangi oleh tokoh antagonis, yaitu Ela, tokoh yang diposisikan tidak memiliki dayadan kalah pada kekuatan kekuasaan.Film ini menyadarkan kita bahaya sikap serakah yang tidak diimbangi nilai kejujran, sehingga mengakibatkan korupsi yang harus segera dibasmi.Perjuangan melawan korupsi perlu diawali dari lingkungan terdekat, seperti keluarga. Sebelum menjadi masalah bagi lingkungan yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun