Mohon tunggu...
Gentala
Gentala Mohon Tunggu... Lainnya - Sedikit perihal berita dan cerita

Haloo!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bias Konfirmasi: Terjebak dalam Sesat Pikir Konfirmasi

17 April 2020   16:44 Diperbarui: 26 April 2020   17:26 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang profesor menunjukkan deret angka 2-4-6 kepada mahasiswa-mahasiswanya. Mereka harus mencari tahu aturan deret tersebut. Para mahasiswa harus memberikan angka selanjutnya dalam pola tersebut yang nantinya akan dijawab profesor dengan "memenuhi aturan" atau "tidak memenuhi aturan". Para mahasiswa diperbolehkan untuk menebak angka selanjutnya sebanyak mungkin yang mereka inginkan, tetapi hanya boleh menyebutkan satu kali aturan pada deret angka tersebut.

Sebagian mahasiswa menjawab 8 sebagai nomor selanjutnya dan profesor menjawab, "memenuhi aturan." Supaya lebih yakin, mereka mencoba angka 10, 12, dan 14. Setiap kali profesor menjawab, "memenuhi aturan." Akhirnya para mahasiswa menyimpulkan, "Aturannya adalah menambahkan dua ke angka terakhir." Profesor menggelengkankepalanya sembari berkata, "bukan itu peraturannya."

Seorang mahasiswa lain mencoba melakukan pendekatan berbeda. Ia mencoba -2. Profesor berkata, "Tidak memenuhi aturan." Lalu ia mencoba 7. "Memenuhi aturan." Mahasiswa itu mencoba berbagai angka: -24, 9, -43. Ternyata ia punya satu gagasan dan ia sedang mencoba menemukan kekurangan gagasan itu. Hanya ketika ia tidak lagi menemukan contoh untuk menguji, ia berkata, "Peraturannya adalah angka selanjutnya harus lebih tinggi daripada angka sebelumnya." Profesor menggangguk.

Pada contoh, mayoritas cenderung berusaha untuk mengkonfirmasi teori mereka. Pada akhirnya mereka justru tidak dapat menemukan pola yang tepat dari deret tersebut. Namun, salah seorang mahasiswa justru mencoba untuk mencari kesalahan teori yang ia miliki, dan dengan sadar mencari bukti yang membatalkan. Hasilnya ia dapat menemukan aturan deret tersebut dengan tepat.

Bias konfirmasi dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengkonfirmasi infromasi baru sehingga menjadi selaras dengan teori, kepercayaan, atau keyakinan yang sudah ada. Dengan kata lain kita membuang semua informasi yang bertentangan dengan pandangan yang telah kita miliki sebelumnya. Seperti yang diketahui Warren Buffet, seorang investor terkemuka: "Hal yang paling dikuasai manusia adalah menafsirkan semua informasi baru sedemikian rupa sehingga kesimpulan yang sudah mereka miliki tetap utuh."

Bias konfirmasi dapat bekerja dengan begitu mudah dalam keseharian kita tanpa disadari. Ini dapat terjadi pada sekelompok wartaman atau penulis. Seringkali mereka beranggapan dengan merumuskan suatu teori, lalu mendukungnya dengan dua atau tiga potong "bukti". Namun mereka hanya mencari bukti-bukti yang mendukung tulisannya dan mengabaikan bukti yang bertentangan begitu saja. Menurut mereka, jika mereka menyebutkan bukti yang bertentangan, mereka akan merusak alur ceritanya.

Hal yang sama terjadi ketika anda ingin mencapai suatu ketinggian tertentu untuk memetik mangga. Saat itu, anda memilih berdiri di atas balok sebagai tumpuan untuk mencapai ketinggian tersebut. Pada saat anda berdiri di atasnya, balok kayu itu kuat menahan beban dan dapat mencapai ketinggian yang diinginkan.

Dengan demikian, sekarang anda memiliki aggapan bahwa balok kayu—dalam hal tersebut—sesuai dengan apa yang anda butuhkan. Setelahnya anda akan cenderung memilih balok kayu dibandingkan benda lain karena anda sudah merasa membuktikannya—dengan sebatas berdiri di atasnya. Anggapan demikian adalah induk dari bias konfirmasi. Kita cenderung lebih percaya terhadap hal yang sudah terbukti ada daripada hal yang membatalkan. Anda—secara tidak sadar—mengkonfirmasi hal tersebut tanpa mencoba untuk menemukan bukti yang membatalkan.

Tentunya terjebak dalam bias konfirmasi bukanlah masalah intelektual yang sepele. Mau tidak mau, kita akan berakhir dalam komunitas orang-orang yang berpikiran sama, yang lebih jauh lagi memperkokoh keyakinan-keyakinan kita—dan bias konfirmasi. Namun, bias konfirmasi bukan sebuah hal yang melekat pada diri kita. Dalam upaya menghindarinya, kita dapat berlatih untuk memperluas pola pikir dengan fakta atau opini alternatif yang membatalkan atau bertentangan dengan teori yang dimiliki. Dengan kata lain, menguji gagasan dengan pendekatan yang berbeda—layaknya mahasiswa yang menemukan aturan dari deret angka. Hal itu akan membersihkan pikiran anda. Menurut saya pribadi, dibutuhkan pola pikir yang luas—dengan pembekalan kedua kelompok pandangan, mendukung dan menentang—atau memposisikan diri di dalam sudut pandang yang bersebrangan demi terbangunnya gagasan yang utuh.

REFERENSI

"It is the peculiar and perpetual error of the human understanding to be more moved and excited by affirmatives than by negatives." Francis Bacon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun