Mohon tunggu...
Muhammad Diponegoro
Muhammad Diponegoro Mohon Tunggu... Lainnya - Sesekali menulis dan merekam

Perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pagi yang Tak Pernah Terbayangkan

21 Agustus 2020   09:29 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah bulan April, yang berarti bulan terbaik untuk berselancar di pulau Sipora. Dengan mengendarai motor sewaan aku bersama sahabatku Susan bergerak menuju ke Desa Bosua di Kecamatan Sipora Selatan usai sarapan di sebuah warung makan Padang yang terletak dekat dengan penginapan kami.

Matahari pada pagi itu kurang bersemangat membuat kulit kami berdua gosong, tetapi gairah sahabatku, Susan tetap bergelora demi menunggangi ombak Semi Hollow atau jenis ombak yang bergulung-gulung dengan lubang di bagian tengahnya. Susan ingin sekali aku rekam ketika ia meluncur di dalam gulungan ombak. 

Kata dia "Sepanjang perjalanan karirku sebagai peselancar profesional, masa kau tak pernah mengambil aksiku di tengah ombak? Kau katanya fotografer kawakan." Mendengarnya berkata demikian aku pun tertantang sekaligus tersenyum sendiri karena aku punya suatu agenda yang akan aku perbuat ketika tiba di sana.

Aku berkawan dengan Susan sejak kuliah. Ia sedikit tomboi tetapi berparas ayu bak putri keraton. Ketika semester awal berkuliah, tak ada pria yang berani mendekatinya dikarenakan Susan terkenal tidak ramah dengan lawan jenis. 

Setahuku hanya ada satu orang yang mendapat simpati darinya kala itu: orang tersebut adalah aku. Kami mulai saling akrab ketika kami menyadari bahwa aku dan dirinya ialah jenis wanita yang tak ingin dikekang oleh siapa pun, termasuk oleh keraguan yang sering hinggap di pikiran kami masing-masing. 

Sejak itu kami berkomitmen bahwa di antara kami haram hukumnya untuk berkata: "jangan", "pikir-pikir dulu", atau "nanti bagaimana?". Yang ada dalam kamus kami hanya satu: "gas terus, sis!".

"Kau sudah bawa kameranya, Vin?"

"Bawa, San. Eh, ini udah mau sampai belum?" Seraya meliriknya dari kaca spion motor

"Sebentar lagi!" kata Susan berteriak kencang di kupingku

Ini kali pertama aku pelesiran ke pulau ini. Kata banyak orang Sipora adalah surganya bagi para peselancar dunia---unggulan nomor tiga setelah Hawai dan Tahiti. 

Pada awalnya aku kurang percaya dengan anggapan berlebihan seperti itu, hingga, pada akhirnya aku ternganga sendiri menyaksikan dari bibir pantai di Dusun Katiet, gulungan ombak besar setinggi rumah yang muncul berkali-kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun