Mohon tunggu...
Boby Lukman Piliang
Boby Lukman Piliang Mohon Tunggu... Politisi - Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Penulis, Penyair dan Pemimpi Kawakan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pernyataan Wiranto Buktikan Ada yang tak Beres di Kabinet

23 Januari 2019   13:42 Diperbarui: 23 Januari 2019   13:50 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang anda pikirkan pasca Debat Calon Presiden seri pertama yang berlangsung Kamis pekan lalu? Kalau saya, inilah momentum melihat siapa Jokowi sebenarnya. Jokowi yang beda dari selama ini dicitrakan yang santai, tidak pernah marah dan kasar. Jokowi, dalam debat itu berubah menjadi Jokowi yang menampilkan sisi lainnya. Yang egois, pemarah dan (maaf) kehilangan sikap respek pada lawan bicaranya.

Saya mencatat beberapa kali dalam kesempatan debat tersebut, Jokowi menyerang Prabowo bahkan dengan kalimat yang semestinya tidak perlu dia sampaikan. Namun disitulah kemudian, hal yang tak pernah disangka itu disampaikan Jokowi.

Beberapa waktu lalu, banyak pihak menyampaikan bahwa Jokowi bisa dikalahkan. Ia tidak lagi superior sebagaimana prediksi pengamat pengamat politik. Anggota DPR RI dari Fraksi PAN, Yandri Susanto (Anggota Komisi II DPR RI) pernah mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa "Jokowi bisa dikalahkan seperti Ahok". Yandri bicara itu saat ia diwawancarai wartawan apakah Prabowo bisa menang di Pilpres 2019, sementara pada saat yang sama, Jokowi adalah seorang petahana.

Berkaca pada banyak kekalahan Incumbent, maka pertanyaan "Apakah Jokowi bisa dikalahkan?, maka jawabannya tentu sangat bisa terjadi. Tidak ada yang tidak bisa di dunia ini. Semua bisa saja terjadi dan mungkin berpeluang. Sebab politik selalu bergerak. Jokowi bisa saja tergelincir lalu kalah. Bukankah contoh yang sama pernah terjadi pada seniornya Megawati Soekarno Putri dan atau Mantan Wakilnya semasa menjabat sebagai Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.

Cerita tentang incumbent kalah dalam pemilihan tidak hanay pernah terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat seorang presiden petahana pernah bertekuk lutut dihadapan penantangnya. Di tempat terdekat, Perdana Menteri Malaysia, Nazib Razak harus mengakui keunggulan macan tua Mahatir Mohammad meski ia tengah berkuasa.

Intinya, ketika ketidakpuasan publik terkamulasi, maka petahana sudah berada dipintu perpisahan dengan jabatannya. Ia mudah dikalahkan dan tentu saja terguling.

Kembali kepada sikap Jokowi pada Debat Perdana, saya memprediksi bahwa Jokowi sepertinya menyadari bahwa ia tengah berada di ujung tanduk. Belitan persoalan yang tak henti menerpanya membuat elektabilitas sang petahana berada di titik terbawah. Ia tidak seperti yang digambarkan pendukungnya sebagai Capres yang akan dengan mudah melenggang kembali merengkuh jabatan periode keduanya.

Ada cerita di kalangan politisi bahwa Prabowo tidak sekuat dan seserius tahun 2014 saat di Pilpres 2019 ini. Katakan asumsi itu benar atau setidaknay mendekati kebenaran, namun bagaimana dengan pendukung Prabowo. Jelas, semangat untuk memenangkan Prabowo itu bukan sekedar semangat yang ramai dan viral di media sosial saja. Semangat itu menular ke dunia nyata.

Masyarakat tidak butuh lagi janji janji manis dari Jokowi tentang infrastruktur, harga murah dan lain sebagaimana yang sampai saat ini belum satupun terbukti dan terealisasi. Lihatlah soal harga, baik dari harga BBM sampai kebutuhan pokok yang melambung tinggi. Soal pertumbuhan ekonomi yang meroket saja, sampai saat ini masih cerita yang jadi bahan bully-an. Jokowi terbukti gagal memenunuhi janjinya yang seabrek banyaknya.

Banyak faktor yang menyebabkan Jokowi sepertinya akan berat mengulang sukses ditahun 2014. Selain isu utang luar negeri yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai harapan, juga ada alasan lain yaitu ketidakkompakan Jokowi dengan kabinetnya sendiri.

Bayangkan, pernyataan seorang Presiden bisa dianulir dan dipatahkan oleh menterinya sendiri. Betapa sakitnya hati Ustad Abu Bakar Ba'asyir yang PHP-in Jokowi soal pembebasan bersyaratnya. Jelas, ucapan Wiranto itu yang menyebutkan bahwa Presiden tidak boleh grusa grusu adalah sebuah pukulan yang telak ke wajah pemerintahan. Sekali lagi pernyataan Wiranto dan sebelumnya Jusuf Kalla telah membuka mata pyblik bahwa ada yang tidak beres dalam pengelolaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun