Mohon tunggu...
Dion Pardede
Dion Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Akan terus dan selalu belajar.

Absurdites de l'existence. Roséanne Park 💍

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi, dan Produsen Kehangatan Bernama Jarak

18 Mei 2020   03:50 Diperbarui: 18 Mei 2020   13:51 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"...Saat semua tak jelas arahnya, kita hanya punya bersama "

--Hindia, Ramai Sepi Bersama

Senyum merekah sambil sesekali mata berkaca-kaca, petikan di atas mampu menyadarkan kita bahwa kehangatan dari sebuah jalinan tidak melulu soal kedekatan jarak.

Di masa pandemi, hampir semua hal dilakukan dari kediaman, dan setiap hubungan terlaksana dalam kontak yang berjauhan. Mulai dari bekerja, belajar, beribadah, bahkan nongkrong dilakukan 'dari rumah'. Fenomena ini pasti tidak lepas dari keluh kesah hampir bagi tiap mereka yang melakukannya, terlebih mereka yang tidak familiar dengan work from home.

Memang, segalanya tak lagi sama, mulai dari kerja atau kuliah tak wajib mandi, terlambat beberapa menit masuk kelas bukan lagi hal yang ditakuti, sampai wajah orang rumah yang berjam-jam ditemui.

Seminggu setelah pengumuman resmi pemerintah tentang temuan 3  orang pertama penderita positif Covid-19, Presiden Jokowi membuat pengumuman baru agar masyarakat bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Himbauannya menyangkut 3 hal, namun Work From Home (WFH) jadi jargon paling populer mengiringi pandemi.

Berbagai keluhan memang berdatangan, dan memang harus dianggap wajar. Namun, ada satu hal yang harus diakui, bahwa dengan berjarak kita menjadi lebih menghargai setiap kesempatan untuk saling terhubung, entah itu meeting kerja, kelas online, maupun sekadar berbincang santai via panggilan WhatsApp . Senyum dengan frekuensi di atas rata-rata, tawa yang merekah dengan lebarnya, hingga topik pembicaraan yang mengalir dengan konsisten.

Mungkin tidak semua, dan masih banyak yang belum merasakannya, bahwa kegiatan berjarak ini tidak seburuk yang kita duga sebelum kedatangannya. Sebelum kita benar-benar melakukan segalanya dari rumah, banyak anggapan dan prediksi bahwa hari-hari setelah ini akan membosankan, tidak efektif, bahkan menjengkelkan. Tidak bisa dinafikkan memang, beberapa pekerjaan tidak berjalan efektif dari rumah, bahkan memang tidak seharusnya dari rumah.

Akan tetapi, mari kita coba lihat sisi baik dari semua ini. Dalam artikel ini, saya mungkin tidak cukup mampu untuk membela anggapan bahwa segala kegiatan dari rumah berdampak positif, hampir mustahil untuk dengan jujur membela anggapan tersebut. Yang akan saya coba utarakan adalah, hubungan 'santai' yang terjalin antara kita dan orang-orang terdekat kita, dan beberapa kegiatan lain yang bisa dibilang cukup efektif terlaksana walau dipisah jarak. 

Bahkan mungkin beberapa hal menjadi lebih intim akibat jarak, entah itu hubungan kerja atau perbincangan santai. Hal ini tidak terlepas dari hadirnya kehangatan.

Kehangatan di sini merujuk kepada mood atau suasana hati. Di mana, kehangatan terproduksi oleh kesadaran bahwa kita saling berjauhan. Saat berbincang jarak jauh dengan teman misalnya, akan banyak hal yang kita bahas entah hal-hal yang terjadi sebelum dipisah jarak, hal-hal yang seharusnya terlaksana, dan saling bertukar harapan tentang kondisi dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun