Mohon tunggu...
Dionisius Yusuf
Dionisius Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang pendidik

Seseorang yang sedang belajar menulis tentang banyak hal, silahkan colek saya di IG @ichbindion, dan FB Dionisio Jusuf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Keempat Karantina di Wisma Atlet: Sang "Pahlawan" dalam Kesunyiaan

9 Agustus 2020   12:04 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:38 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya ilustrasi | Foto milik: (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Faktor ekonomi memang menjadi salah satu daya tarik kenapa seorang Mas Gandis sampai berani mengambil resiko pekerjaan ini. Dari percakapan dengan Mas Gandis, saya mengetahui bahwa mereka yang bekerja sebagai tenaga kebersihan mendapatkan penghasilan yang cukup memadai. 

Disamping gaji bulanan dengan standar UMR kota Jakarta, mereka juga mendapatkan insentif setiap bulannya, yaitu sebesar Rp 2 juta. Selain itu, seluruh "pahlawan" ini ditempatkan di Wisma Atlet. Petugas laki-laki ditempatkan di tower 3, sedangkan petugas wanita menempati tower 2. Kalau masalah makanan jangan ditanya. Sama seperti pasien, seluruh petugas kebersihan mendapatkan jatah makan 3 kali sehari. Hanya saja mereka tidak mendapatkan snack seperti halnya pasien Wisma Atlet. 

Hmmm... memang kalau sudah bicara uang dan kebutuhan hidup, siapapun yang terdesak akan berani mengambil resiko even pekerjaan tersebut penuh dengan resiko.

Tetapi terlepas dari faktor ekonomi, saya melihat bahwa Mas Gandis tetap dmelaksanakan tugasnya dengan baik. Mungkin ada panggilan jiwa untuk bekerja di jalan kebaikan. Tak tahulah... tapi terlepas dari itu, diakhir percakapan, saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Mas Gandis yang telah mengorbankan dirinya bekerja di Wisma Atlet guna membantu kami, pasien Wisma Atlet.

Usai tidur siang, saya bersiap untuk beraktivitas di sore hari. Biasa guys, olahraga ringan. Dengan langkah ringan saya melangkahkan kaki ke luar ruangan.

Nah guys, pas saya keluar ruangan, saya melihat rekan sejawat Mas Gandis sedang mengambil tumpukan sampah yang ada di setiap kamar di lantai 18.

Samar-samar terlihat sosok tersebut lagi jongkok di depan tempat sampah. Oh ternyata, dia lagi memasukkan sampah ke plastik yang sudah tersedia. 

Kalian jangan membayangkan bahwa tempat sampah yang tersedia adalah tempat sampah seperti di rumah teman-teman. Bukan.....sekali lagi bukan. Tempat sampah yang tersedia di setiap kamar adalah karton bekas air mineral atau karton bekas makanan. Dua karton "sampah" ditempatkan di setiap samping pintu kamar. 

Setiap pasien lalu membuat sampah di kedua karton tersebut. Setiap hari (2 kali sehari), petugas kebersihan akan mengambil sampah tersebut. Sosok yang saya lihat ternyata bernama Mbak Gea. Saya melihat jelas nama dia karena tertera dengan jelas di baju APD yang dia kenakan.

Namun sayangnya saya kagak sempat ngobrol dengan dia karena Mbak Gea sepertinya enggan untuk diajak bicara karena sedang sibuk mengambil sampah yang masih menumpuk. Setelah mengintip sebentar apa yang dilakukannya, lalu saya berlalu menunju lantai 16.

Teman-teman semua, bagi saya sosok Mas Gandis dan Mbak Gea ataupun siapa saja yang bertugas di garda terdepan sebagai petugas kebersihan adalah pahlawan. Mereka berjibaku bekerja di dalam kesunyian. Tanpa mengharapkan balas jasa dan pengakuan dari siapapun jua. Mereka bekerja dengan ikhlas dan tanpa pamrih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun