Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sumur Tua SMANDALAS (4)

11 Juni 2020   22:50 Diperbarui: 11 Juni 2020   22:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Sebelumnya: 

Sumur Tua SMANDALAS (1)

Sumur Tua SMANDALAS (2)

Sumur Tua SMANDALAS (3)

Menjelang, subuh angin berhembus semakin dingin. Suara burung hantu sudah berlalu. Lolongan anjing malam pun senyap-senyap menghilang. Rembulan terlihat lelah setelah semalaman bersembunyi di balik awan.

Diko, Rudi, dan Riko bergegas menuju sosok bayangan yang tergeletak di pinggir sumur. Bulu kuduk yang sedari tadi berdiri, kini lenyap karena motivasi dan keingintahuan. Mereka juga semakin berani karena lantunan Ayat Suci Al-Quran menunggu azan subuh dari masjid seberang terdengar dengan jelas.

Kini mereka tepat berada di depan siswa yang terbaring tepat di samping sumur. Itu adalah Juno bukan Jamal. Diko masih heran, karena Juno terakhir mencari Jamal bersamanya di WC dekat ruang Audio. Namun kini terbaring di samping sumur.

 Lirih mereka dengar suara tangisan Juno. Aneh memang, anak gaul dan metal seperti Juno menangis sembari tertidur. Tangisannya pun pelan, matanya terpejam, tapi mengeluarkan airmata.

"Jun... bangun Jun, ayo kita solat, ngapian kamu tidur di sini. Di sini kotor." Rudi memecah keheningan.

Juno tetap menangis seolah tak mendengar perkataan Rudi. Kini giliran Riko memegang badan Rudi, bersiap mengangkat tanganya untuk ke Masjid.

Juno tetap bergeming. Tangisannya malah semakin keras terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun