Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BOM WAKTU PENDIDIKAN KITA

22 Desember 2010   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Untung bukan tanggungjawab anak saya…!”

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari seorang ibu saat membicarakan teman anaknya yang tidak lulus UN.

Anak temanku memang pintar dan sarat presatsi.Bukan hanya selalu mendulang gelar juara kelas tetapi juga berbagai lomba bidang studi.Dia masuk juga dalam kelas program akselerasi bersama segelintir siswa cerdas lainnya sehingga hanya menempuh pendidikan di SMA favorit itu cukup 2 tahun saja.

Tapi apa hubungan keduanya ya?Usut punya usut, terkuak juga bahwa setiap anak program akselerasi punya tanggungjawab menyelamatkan teman-teman lainnya.Sekitar 10 orang persiswa.

Lagi-lagi, sebuah pertanyaan muncul lagi.Tanggungjawab?Menyelamatkan?

Ya, itulah yang terjadi di sebuah SMA terpandang, bahkan untuk kelas provinsi.Perpaduan keduanya itu terjadi saat UN.Anak-anak cerdas wajib berbagi jawaban dengan mereka yang dipandang harus ditolong, harus diselamatkan.

Tidak mengherankan kalau di sekolah hebat itu ternyata hanya 1 orang anak IPA yang tidak lulus UAN.Sebuah prestasi bergengsi sekalipun sedikit aib.Ironisnya, anak yang tak lulus itu sebenarnya secara akademik tergolong di atas rata-rata.

Itulah realitas UN yang dibanggakan pemerintah namun selalu penuh kontraversi dan sarat kontrakelakuan.Aktivitas singkat yang keampuhannya melebihitiga tahun proses belajar mengajar di kelas itu memang tidak pernah berhenti menjadi topic hangat.

Hebatnya lagi, topic panas itu hanya meletup menjelang UN dilaksanakan, sehingga tidak pernah terselesaikan.Anggaran sudah direncanakan, begitu alasannya.Tapi, anggaran itu tahun depannya pun disediakan.Demikianlah seterusnya, permasalahan dijawab dengan problema baru.

Air mata guru yang memprihatinkan proses singkat yang memvonis keberhasilan belajar itu pun hanya mengalir disaat anggaran sudah mengalir jauh.Sudah terlambat untuk dicegah.Harus dilaksanakan tanpa kecuali.

Kini, hasil UN yang tidak pernah disempurnakan sedari dulu itu tiba-tiba naik kelas, akan dijadikan acuan masuk PTN.Hasil UN yang tahun 2011 ini direncanakan tidak lagi menentukan 100% kelulusan siswa ternyata naik derajatnya, bisa menjadi tiket kunci meraih masa depan melalui perguruan tinggi harapan.

Selama ini siswa yang masuk PTN memang terbatas, harus mereka yang mempersiapkan diri secara matang, terutama dalam menyelesaikan soal-soal tes yang harus dilalui.Hanya mereka yang terpilih yang bisa menikmati di perguruan tinggi dambaan.Sedikit siswa memang dapat menikmatinya bermodalkan keberuntungan.

Dengan mekanisme UN yang berbanding terbalik dengan berbagai upaya siswa dan kepentingan guru dan sekolah maka tidak mengherankan kalau suatu saat PTN akan dipenuhi siswa pencontek.Mereka adalah orang-orang yang berhasil menjadi mahasiswa setelah menyiasati UN dengan berbagai cara.

Bupati dan Walikota bisa lebih berbangga, setelah selalu mendapat ucapan selamat dari Menteri Pendidikan setiap anak-anaknya lulus UN melebihi target, kini putera-puteri mereka pun dengan mudah diterima di PTN bergengsi.

Jangan kaget kalau kenaikan derajat hasil UN pun akan berbanding lurus dengan berbagai upaya pat-gulipat yang saat ini sudah sangat marak.Tidak perlu ragu juga kalau suatu saat hasil UN semua siswa SMA mendekati angka 10.Angka tertinggi akan ditempuh dengan cara apapun demi meraih jurusan bergengsi di perguruan tinggi.

Mengapa pemerintah selalu coba-coba untuk menentukan masa depan anak bangsanya?Ironisnya eksperimen itu tidak kea rah kemajuan tetapi selalu saja bolak-balik ke masa lalu.Atau ada kepentingan tertentu?

Padahal setiap eksperimen bolak-balik itu menelan biaya yang sangat mahal.Bukan hanya uang tetapi juga masa depan bangsa ini!

Kebijakan untuk menjadikan UN sebagai acuan masuk PTN merupakan biaya yang sangat mahal.UN yang penuh kecurangan, termasuk di SMA terbaik yang diceritakan di awal tulisan ini, akan menjadi leges masuk PTN.Bagaimana mahasiswa bermental seperti itu menjalani study-nya dengan baik.Tentu merupakan harga yang sangat mahal yang harus dibayar civitas akademika PTN.

Bukan hanya sampai disitu saja, bangsa ini pun dipertaruhkan.15 tahun mendatang negara ini akan dipenuhi oleh para sarjana jalur pintas UN ke PTN.Tentu dampaknya akan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya, ketika bom waktu UN meledak.Ketika anak-anak yang terbiasa lulus UN dengan pertolongan harus hidup di alam nyata yang penuh rintangan dan perubahan, tanpa kunci jawaban dari teman dan rekan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun