Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Asin

13 Desember 2016   10:53 Diperbarui: 13 Desember 2016   11:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Asin.  Sebutan singkat untuk ikan asin, diambil dari rasanya.  Sajian khas karya masyarakat pesisir yang dinikmati orang gunung.  Berpadu dengan sayur asam panas, lalab mentah dan sambal pedas.  Oh sungguh nikmatnya.

Bermula dari kenikmatan itu pula kalau saya akhirnya mencoba berburu ikan asin sampai sumbernya.  Tak jauh dari rumah, sekitar Karangsong.  Sederet ikan belah terpapar.  Sebagian tergantung indah, bergelayutan.

Juga tak jauh dari gubug kami, Pasar Ikan Higienis Indramayu yang jauh dari kesan namanya pun beberapa yayu sibuk menjajakan ikan segar.  Terhampar di depannya belah ikan-ikan menanti panas matahari.

Lebih jauh lagi berjalan, pengrajin ikan asin di Eretan Kecamatan Kandanghaur pun menghasilkan berbagai ikan asin berkualitas.  Mungkin pembaca adalah salah satu penikmatnya.

Ada satu persamaan dari tempat-tempat pembuatan ikan asin yang saya kunjungi.  Walau bau ikan menyengat, ternyata tidak ada lalat yang mencoba mengganggu ikan yang dibiarkan terbuka. 

Sempat juga saya tanya kepada pemiliknya ketika menjumpai puluhan lalat yang mati terkapar di hamparan ikan yang dibiarkan terpapar.  Sudah pasti tidak akan dapat jawaban yang pasti, cukup o, oo,ooo,oooo….

Saya tidak ingin membahas sumber rezeki para saudara masyarakat pesisir yang sungguh mulia itu.  Tetapi membuat saya tertantang untuk membuat sendiri ikan asin yang sesuai harapan.  Higienis tanpa bahan kimia berbahaya, utuh dan tanpa ulat, semoga saja enak tenan….

Sekedar coba-coba, saya memulai dengan 1 (satu) kilogram Ikan Gabus yang masih segar.  Tentu saja 4 kocolan itu masih glepak-glepek waktu dibeli dari Si Yayu.

Setelah dikeluarkan kotorannya, dibelah dua.  Soal membelah ini, bisa dari depan (perut) atau lebih mantapnya dari punggung.  Jika dibelah dari belakang maka bagian terenak ikan asin yang dihasilkan akan utuh tersambung.

Baru kemudian dilumuri garam dan dipaparkan pada tampah.  Tidak perlu diberi alas seperti kertas, atau bahkan koran.  Berharap higienis malah dapat berbagai bahan kimia seperti klor (dari kertas putih) atau yang lainnya malah bisa mengganggu. 

Untuk menambah rasa asin, taburi lagi dengan garam.  Garam krosok (kasar) bisa, yang lembut beryodium juga bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun