Mohon tunggu...
Dinno Zikriady
Dinno Zikriady Mohon Tunggu... Penulis - Karena hati punya banyak sisi

Seorang penulis yang bangun di pagi hari dan tidur di malam hari

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Man Called Otto": Dalam dan Mengandung Bawang

1 Februari 2023   13:21 Diperbarui: 1 Februari 2023   13:30 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poster/sonypictures

Jika ada film-film yang bisa digolongkan dalam kategori underrated, mungkin A Man Called Otto salah satunya. Beberapa ulasan yang bertebaran bicara film ini seakan tidak ada menarik-menariknya, barangkali inilah yang membuat banyak yang hampir melewatkan film ini begitu saja.

Premis yang begitu sederhana, hingga terkesan naif. Seorang lelaki paruh baya yang hidup sendiri mengalami frustasi setelah ditinggal mati istrinya hingga berkali-kali berpikir untuk bunuh diri, namun upaya lelaki itu selalu gagal karena kehadiran tetangga baru dengan perilaku yang sangat absurd. Yah, kira-kira dari awal hingga akhir begitulah benang merah film ini, memang senaif itu.

Rasanya hampir mustahil di dunia nyata hal demikian benar terjadi, terlebih film ini mengambil latar kehidupan masyarakat modern Amerika yang tidak mengenal prinsip tepa selira layaknya kita di Indonesia.

Bila menilik ke belakang, film Hollywood dengan tema kehidupan bertetangga sebagai ruh cerita rasanya tidak banyak bisa ditemukan, itupun kalau tak mau dibilang tak ada. Lebih sering bahkan kita disuguhi cerita tetangga-tetangga bermental voyeur, psikopat, pembunuh sadis, atau kalaupun diceritakan sebagai figur yang baik paling hanya sebatas tetangga murah senyum yang saling sapa di teras rumah saja.

Pada kenyataannya film ini memang bukan orisinil produk Amerika. Film ini merupakan adaptasi dari novel Swedia En man som heter Ove yang ditulis oleh Fredik Backman tahun 2012. Versi layar lebarnya bahkan sudah pernah dibuat tahun 2015 di negara asalnya itu dengan judul A Man Called Ove.

Film dibuka dengan adegan Otto (Tom Hanks) yang berselisih paham dengan pramuniaga dan kasir di sebuah supermarket. Perkaranya sepele, hanya karena perbedaan cara mengukur panjang tali. Bila diuangkan pun selisihnya hanya senilai 33 sen. Dari sini penggambaran karakter Otto tersaji dengan cerdas sekali, penonton serta merta dapat menyimpulkan bahwa Otto adalah seorang perfeksionis yang sangat jauh dari kata ramah, emosinya tak terkendali, sering menggerutu, bahkan cenderung menyebalkan.

Selanjutnya plot cerita diisi oleh rangkaian perselisihan Otto dengan siapa pun yang ditemuinya. Perilaku tetangga di sekitarnya pun seakan tak ada yang benar. Lewat permainan watak yang tak diragukan, Hanks nampaknya benar-benar tahu persis bagaimana harus memerankan karakter ini.

Singkat cerita, Otto yang tak bahagia mencoba gantung diri, tentu saja dengan tali yang baru saja dibelinya di supermarket tadi. Akan tetapi suatu hal yang harusnya "mudah" menjadi sulit saat keributan di depan rumah Otto mengganggu konsentrasinya, saat itulah pasangan Tommy (Manuel Garcia-Rulfo) dan Marisol (Mariana Trevino) pertama kali hadir di kehidupan Otto.

Tommy digambarkan sebagai sosok lelaki payah yang tak punya banyak kebisaan, sedang Marisol adalah seorang wanita keturunan Mexico-El Salvador yang banyak omong dan gemar berbagi hasil masakan dengan tetangga sekitar. Makanan-makanan ini pulalah yang berikutnya membuat beberapa kali rencana bunuh diri Otto harus tertunda karena dirinya tergoda untuk mencicipi.

Kehadiran pasangan ini lengkap dengan dua putri mereka sebagai tetangga membuat hidup Otto kembali berwarna. Bahkan ada momen saat Otto harus menemani kedua anak Marisol bermain dan membacakan buku cerita hingga akhirnya Otto tertidur. Pada momen lain, Otto tiba-tiba harus rela mengajari Marisol cara mengemudi, sesuatu yang mungkin tak bisa dibayangkan dilakukan oleh seseorang macam Otto.

Sikap nan keras Otto sebenarnya muncul sejak istrinya, Sonya (Rachel Keller), meninggal dunia. Dalam film ini Sonya digambarkan dalam kelebatan-kelebatan memori sejak awal pertemuan dengan Otto di stasiun kereta hingga akhirnya sakit kanker merenggut nyawanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun