Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dunia Harus Melawan China yang Agresif

4 Oktober 2022   13:29 Diperbarui: 4 Oktober 2022   13:49 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pembicara dan moderator acara webinar. | Sumber: CSEAS

Prof. Robert C. Beckman. | Sumber: CSEAS
Prof. Robert C. Beckman. | Sumber: CSEAS

"Dari perspektif Asia Tenggara, militerisasi Laut China Selatan merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan di kawasan," ujar Prof. Beckman dalam sambutannya.

Menurut Beckman, China memiliki masalah kedaulatan atas beberapa pulau yang disengketakan di LCS. Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan memiliki klaim yang tumpang tindih dengan China atas beberapa pulau di LCS.

Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen (PCA) yang berbasis di Den Haag memutuskan dalam sengketa maritim antara Filipina dan China bahwa Peta Sembilan Garis Putus China tidak memiliki dasar hukum.

"Berdasarkan UNCLOS 1982, Putusan [dari PCA] bersifat final dan mengikat bagi China dan Filipina," ungkap Beckman.

Ia mengacu pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS).

China telah memboikot arbitrase PCA dan menyatakan putusan itu sebagai "batal demi hukum".

China juga mengklaim sebagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di Laut Natuna Utara. Indonesia tidak mengklaim wilayah apa pun di LCS.

China juga mengklaim Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang di Laut China Timur.

China juga memiliki masalah perbatasan dengan India. Kedua negara mengalami perang besar pada tahun 1962. China telah membangun kekuatan militernya sejak beberapa tahun.

"Dari segi jumlah, militer China lebih besar dari kami. Ketika kami melihat mereka di medan perang, tidak ada kemampuan signifikan PLA untuk memenangkan pertemuan apa pun dengan kami," bantah Shokin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun