Mohon tunggu...
Dinissa Azhari
Dinissa Azhari Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Feature Human Interest: Setelah Putih Abu-abu

22 Juni 2021   15:09 Diperbarui: 22 Juni 2021   16:20 10637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Salah satu tes kerja yang diikut Gita ialah CPNS. Tahap 1 lolos. Masuk tahap 2, gagal. Akhirnya, Gita mulai memantapkan diri di jalan belajar. Tekadnya,  harus masuk PTN. Namun, lagi masalah datang, layaknya hujan yang tak lelah menerjang, bersama petir dan badai, hingga lagi-lagi menyusutkan harapan. Orangtua Gita tak punya biaya.  Perempuan itu merasa tak sedikitpun memiliki dukungan untuk kuliah. Gita merasa tak punya harapan. Hilang semua tekad yang sebelumnya membara. "Saya gatau lagi, orangtua tak mendukung saya untuk kuliah karena biaya," ucapnya kala itu.


Satu pintu tertutup, temukan kuncinya. Ya, beasiswa kuncinya. "Saya mulai deh cari-cari informasi sama kembaran saya ini tentang beasiswa." Mereka mencari tahu mulai dari bagaimana cara daftarnya, sampai apa saja persyaratannya. "Waktu itu kalau enggak salah sekitar awal Januari 2020 sebelum Corona belum sampai di Indonesia, saya alhamdulillah sudah mengurus berkas-berkas," jelasnya. Perempuan itu berjuang mengurus berkas-berkas yang diperlukan, hingga hambatan demi hambatan terus disingkirkannya.


Lanjut saat tes UTBK, perempuan itu merasa tidak ada yang spesial, hanya merasa sedikit berbeda. "Tahun kemarin 2× tes, sedangkan tahun ini 1× tes. Juga, tahun ini banyak banget protokol kesehatan karena emang masa pandemi," katanya. Ketika masuk bulan pengumuman, Gita teringat saat itu ia baru bangun siang setelah tidak tidur sepanjang malam, alias begadang. "Saya bangun langsung cek pengumuman sama kembaran. Saya berpikir, 'ini jalan terakhir saya. Saya engga tau harus jadi apa dan kemana. Jadi, Ya Allah tolong, Semoga lulus!" harapnya.


Tiba saatnya membuka pengumuman. Lulus. "Hasilnya lulus!" serunya. "Ditambah kembaran saya masuk di Universitas yang sama. Padahal saya juga udah sempet berpikir, kalau diterima dalam Universitas yang berbeda sama kembaran, akan susah lagi minta restu," imbuhnya. Gita sangat bersyukur, mendapat takdir yang lebih baik dari saat sebelumnya, saat ia belum mengenal tujuan, terlebih dapat kuliah bersama dengan Regi kembarannya. "Bersyukur, kita samaan dan enggak ada masalah lagi sama orangtua," ucapnya sambil tersenyum.


Gita cukup menyesal atas sikapnya di masa lalu yang keliru. Perempuan itu diliputi rasa bimbang dan keraguan. Gita sempat meremehkan banyak hal, berpikir memang terlalu mudah. "Dulu saya berpikir hidup yang akan bawa saya. Tapi sekarang saya sadar, saya yang harus bawa hidup," tekadnya kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun