Mohon tunggu...
Dini Rofiatin
Dini Rofiatin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Sudut Kamar

28 Februari 2018   10:19 Diperbarui: 28 Februari 2018   10:20 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Disudut ruang kamar tidurku kali ini berbeda dengan biasanya, seperti ada yang berubah tapi aku tak tahu apa? Aku yang dulunya tidak bisa merasakan apa yang tak terlihat, kini ku bisa merasakan bahwa mereka ada di sekeliling ku. Aku beranjak dari matras puzzle sekadar untuk mengecek ada apa disudut ruangan yang tertutupi gantungan baju. Merinding? Oh sudah pasti iya, tapi semakin aku takut semakin leluasa mereka menunjukkan eksistensinya.

Sedikit takut namun kuberanikan diri, dalam hati tak ada henti-hentinya berdo'a meminta perlindungan dari yang Maha Kuasa. Aku ingat perkataan salah satu teman, semakin kamu takut semakin senang mereka mengganggu mu. Aku melihat dibalik pintu terdapat beberapa helai rambut panjang dan sedikit kasar seperti tidak dirawat.

Hal pertama terlintas di fikiran ku adalah, ini rambut siapa? Dan wanita mana yang masuk dikamar kos-ku? Sedangkan selama seharian ini aku tidak ada di kamar kos yang terpenting lagi adalah aku hanya tinggal sendiri tanpa ada teman yang menemani. 

Oke, balik lagi ke rambut yang aku temukan di balik pintu. Aku memiliki rambut pendek, di bawah telinga tepatnya. Rambutku juga halus dan lurus, sangat berbeda dengan rambut yang kutemukan. Aku juga hampir tidak pernah menyisir rambut di sudut kamar, karena cerminku berada jauh dari sudut kamar.

Setelah aku mengingat kejadian SMA ku dulu, apakah mungkin mereka mengganggu ku hingga sejauh ini? Karena saat SMA aku berada di Kalimantan Timur (tak usah ku menyebutkan persis kotanya) tapi sangat jauh dari kota Balikpapan. Yang aku tau, hanya makhluk tertentu yang bisa lintas pulau dan memiliki ilmu yang cukup tinggi.

Sampai saat ini aku tetap menjaga cerita ini agar ibuku tak mengetahui, kalau sampai dia tahu bisa habis aku dimarahi karena tak menuruti nasehat beliau. Semoga ada waktu untuk saya berbagi cerita lagi, karena saat ini situasi sedang tidak mendukung untuk melanjutkan kisah ini. Sampai bertemu dikisah selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun