Mohon tunggu...
Dini Rofiatin
Dini Rofiatin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Black Shadow

28 November 2017   23:34 Diperbarui: 29 November 2017   00:02 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cerita ini mengingatkan aku dengan kejadian yang tidak aku inginkan. Kejadian ini terjadi saat aku duduk di bangku kelas 3 SMA di salah satu sekolah swasta di kota Bontang yang terdapat di provinsi Kalimantan Timur. Aku ingat sekali saat itu kami sedang rapat untuk pelaksanaan kegiatan MOS (mungkin saat ini namanya pengenalan lingkungan sekolah) mohon dikoreksi jika salah. Ya, kami rapat pukul 17.20 karena kebetulan sekolah saya masuknya di siang hari jadi pulangnya sore terkadang mendekati adzan maghrib.

Saat rapat berlangsung, adzan maghrib berkumandang segera teman-temanku mengambil air wudhu dan pergi ke musholla sekolah. Kebetulan ada dua teman saya yang sedang tidak sholat jadi kami bertiga termasuk saya tetap berada di salah satu ruangan sekolah. 5 menit kami hanya diam dan menulis ide-ide apa yang akan kami sampaikan jika rapat di buka kembali.

Ditengah kami sedang memikirkan ide, teman saya meminta kami untuk menemani dia ke toilet, karena ini maghrib dan jarak ruangan dan toilet lumayan seram karena pencahayaannya yang kurang akhirnya kami memutuskan untuk tidak menemaninya karena suatu dan lain hal. Teman-teman yang saat itu sedang sholat akhirnya mulai kembali ke dalam ruangan satu demi satu, akhirnya kami melanjutkan rapat ini hingga tidak sadar sudah menunjukkan pukul 19.15.

Saat rapat sedang berlangsung dan kami mulai mendapatkan ide yang cemerlang, kami di tegur oleh salah satu satpam yang saat itu bertugas. Kami di suruh meninggalkan kelas karena sudah malam, kami menjawab dengan nada bercanda. Kan gada siapa-siapa juga pak di ruangan ini toh juga tidak ada lagi selain kami. Namun bapak satpam menoleh dan memberikan senyuman sinis penuh arti. Karena kami menghormati bapak satpam kami bergegas merapikan alat tulis kami yang berserakan di atas meja itu dengan sedikit ngedumel ke pak satpam.

Saat itu suasana sekolah seperti tidak bersahabat dengan kami. Sepanjang perjalanan menuju parkiran mata kami terjaga pada banyangan hitam besar di salah satu bangunan tingkat tepat di atas perpustakaan. Kami sedikit ragu untuk menegur, kami hanya saling tatap dengan ekspresi pucat pasi seperti melihat hantu. Salah satu teman kami menegur "hei, ngapain kamu diatas sana, kamu mengawasi kami?!".

Seketika itu kami lari terbirit-birit karena takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Tibalah kami di parkiran motor, dan kami dikejutkan oleh satpam yang menegur kami dibawah tadi. "kenapa kalian lari, ada apa?" Tanya satpam. Ada bayangan hitam pak, di atas gedung perpus yang belum jadi, jawabku. Lalu, teman saya nyeletuk "bukannya bapak tadi di bawah? Kok sekarang sudah disini?". Saya baru datang dan jam 19.30 sudah waktunya tukar shift malam udah biasa hal itu terjadi, santai sajalah jangan dipikirkan. Setelah sampai rumah kalian cuci tangan cuci kaki ya pesan pak satpam kepada kami.

Jadi yang menegur kami saat sedang rapat adalah bayangan hitam yang sedari tadi mengawasi kami dari atas gedung perpustakaan itu. Dan senyum sinis dari pak satpam tadi bukanlah tidak mempunyai arti, tetapi mengingatkan kami jangan ribut di tempat yang kita tidak tau asal usulnya (Fyi, ruangan yang kami pakai saat rapat dulunya adalah bekas kuburan belanda yang sudah lama). Kejadian itu sudah lama berlalu, namun aku masih mengingat wajah bapak itu saat menoleh dan senyum kepada kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun