Mohon tunggu...
Dinda Tasya Nabila
Dinda Tasya Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Infeksi Covid-19 Pasca Vaksinasi

24 Juni 2021   11:50 Diperbarui: 24 Juni 2021   12:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pemutusan rantai penularan Covid-19 tidak hanya dengan melaksanakan protokol kesehatan, tetapi juga dengan pemberian vaksin. Pemberian vaksin ditujukan untuk membentuk herd immunity (kekebalan kelompok). Herd immunity dapat terbentuk jika sekitar 70% populasi sudah diberikan vaksin, kurang lebih sebanyak 181 juta individu di Indonesia. Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia difasilitasi oleh pemerintah pusat dengan melibatkan pemerintah daerah, serta badan hukum atau badan usaha secara gratis.

Vaksin Covid-19 membutuhkan dua kali dosis penyuntikan. Suntikan pertama ditujukan untuk memicu respons kekebalan awal, sementara suntikan kedua untuk menguatkan respon imun yang terbentuk dalam tubuh. Individu yang sudah divaksin dua kali dosis, tetap mungkin dapat terinfeksi Covid-19. 

Nyatanya, sekitar lebih dari 350 tenaga kesehatan di Indonesia terinfeksi Covid-19 walaupun sudah diberikan vaksin. Sebagian besar tenaga kesehatan tidak menunjukkan gejala dan melakukan isolasi mandiri. Tetapi ada pula tenaga kesehatan yang menunjukkan gejala dan dirawat di rumah sakit. Padahal tenaga kesehatan merupakan kelompok prioritas yang diberikan vaksin pada tahap awal di bulan Januari 2021 dan hampir semua tenaga kesehatan sudah menerima vaksin Covid-19 baik dosis pertama dan dosis kedua.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang terkena Covid-19 meski sudah mendapat vaksin Covid-19. Salah satunya adalah karena orang tersebut sudah terpapar virus Covid-19 beberapa hari sebelum diberikan vaksin. Kekebalan tubuh terhadap Covid-19 tidak langsung terbentuk setelah vaksin, melainkan dapat terbentuk kurang lebih 28 hari setelah disuntik vaksin dosis kedua. Terdapat beberapa definisi yang digunakan untuk menggambarkan infeksi Covid-19 setelah vaksinasi:

  • Kasus yang belum terlindungi dari vaksinasi yaitu muncul gejala pada individu antara 0-14 hari setelah pemberian dosis pertama vaksin. Pada jangka waktu tersebut kekebalan tubuh belum terbentuk.
  • Kasus yang divaksinasi sebagian (partially vaccinated) yaitu munculnya gejala pada individu setelah 14 hari atau lebih setelah pemberian dosis pertama atau 0-7 hari setelah pemberian dosis kedua. Jangka waktu dari vaksinasi mungkin sudah cukup untuk membentuk kekebalan dalam tubuh, namun individu dianggap belum sepenuhnya terlindungi karena belum mendapatkan dosis kedua atau baru saja mendapatkan dosis kedua.
  • Kasus yang divaksinasi penuh (breakthrough case) yaitu munculnya gejala setelah 7 hari atau lebih setelah mendapatkan dosis kedua. Individu dianggap sudah terlindungi sepenuhnya.

Dari hampir 8,3 juta individu yang di vaksinasi di Canada, terdapat 12.544 individu yang terinfeksi ketika mereka divaksinasi sebagain (partially vaccinated) dan 1.521 individu terinfeksi ketika mereka divaksinasi penuh (breakthrough case). Sedangkan di Amerika ditemukan sekitar 10.262 kasus positif pada penduduknya yang sudah divaksinasi penuh. Faktor-faktor tertentu yang berpengaruh adalah infividu yang sudah divaksinasi lengkap sering mengabaikan tes Covid-19 serta pelaporan kasusnya yang tidak sesuai dengan kondisi terkini. 

Data di Amerika menunjukkan bahwa kasus seperti ini termasuk langka dan sebagian tidak memiliki gejala ataupun memiliki gejala ringan sehingga vaksin yang diberikan dianggap telah melindungi dari penyakit yang parah. Faktor lain adalah lansia atau yang memiliki sistem kekebalan yang lemah dapat menghasilkan respon kekebalan yang lebih lemah juga terhadap vaksin sehingga menempatkan mereka pada resiko yang lebih tinggi untuk terkena Covid-19 setelah vaksinasi.

Vaksin Covid-19 yang diberikan adalah vaksin yang aman dan efektif. Hanya saja pada breakthrough case mungkin tetap ada terutama sebelum herd immunity terbentuk untuk mengurangi penularan Covid-19 lebih lanjut. 

Namun, breakthrough case hanya terjadi pada sebagian kecil dari semua populasi yang divaksinasi dan merupakan persentase kecil dari keseluruhan kasus Covid-19. Sistem surveilans terhadap breakthrough case juga bergantung pada pelaporan pasif dan sukarela, serta data yang ditemukan mungkin tidak representatif. Banyak individu yang sebenarnya mengalami breakthrough case namun tidak menunjukkan gejala sehingga tidak melakukan tes Covid-19 dan tidak terdeteksi.

Walaupun breakthrough case yang ditemukan masih tergolong rendah, namun tidak menutup kemungkinan akan ada peningkatan nantinya. Hal yang harus diperhatikan saat ini adalah tetap mengikuti protokol kesehatan walaupun sudah mendapatkan vaksinasi baik dosis pertama ataupun dosis kedua. Kegagalan vaksin atau munculnya breakthrough case ini mungkin terjadi karena kurangnya penggunaan masker, tidak mencuci tangan, tidak menjaga jarak dan/ atau terpapar oleh individu yang terinfeksi saat kita belum mendapat vaksin ataupun vaksin penuh. Upaya masyarakat untuk membentuk herd immunity dengan mengikuti program vaksinasi Covid-19 harus tetap berjalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun