Mohon tunggu...
dinda pranata
dinda pranata Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Book Enthusias, Translator Bahasa Jepang

Ibu Rumah Tangga yang suka nulis. Punya motto "yang penting coba dulu". Baca buku bukan cuma buat gaya-gayaan tapi gaya hidup. Find me at www.senjahari.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Punya Anak Salah! Tidak Punya Anak Juga Salah! Lalu Maunya Apa?

28 Agustus 2021   18:00 Diperbarui: 28 Agustus 2021   19:17 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari dulu sampai sekarang bicara kehidupan rumah tangga pasti serba salah, dari pilihan menjadi full time mommy atau pilhan menjadi wanita karir. 

Sampai pilihan untuk punya anak atau tidak punya anak. Sebenarnya nilai utama pernikahan itu apa? Dan Benarkah keputusan tidak punya anak atau punya anak mempengaruhi kebahagiaan? 

Menikahlah Dengan Pasangan, Bukan Yang Lain.

Sampai sekarang sering sekali mendengar ungkapan "jika menikah kita juga menikahi keluarga dan kerabat pasangan." Sayangnya, ungkapan itu jadi bermakna negatif sehingga perlu diperjelas esensi maknanya. 

Ungkapan tersebut nyatanya menjadikan banyak pasangan gerah dimana tak sedikit keluarga pasangan yang ingin 'ikut campur' terlalu dalam terhadap segala keputusan rumah tangga. 

Kita pada dasarnya menikahi individu bukan 'komunitas' jadi sudah selayaknya keputusan berumah tangga diselesaikan antara individu yang berkepentingan. 

Kita menikahi pasangan berarti kita menjadi bagian dari keluarga pasangan yang sudah seharusnya bertindak sebagai keluarga. Bukan menikahi pasangan berarti menikahi keluarganya yang lantas bisa turut campur segala hal. 

Jika 'komunitas' dalam hal ini kerabat atau keluarga ingin berkontribusi membantu tentu saja boleh, tetapi dalam batas dan kadar yang wajar seperti memberi saran dan masukan tetapi TIDAK untuk memaksakan keputusan.

Memiliki Anak Atau Tidak Bukan Kadar Untuk Mencari Kebahagiaan.

ilustrasi wanita menikah. Credit canva.com

Sepertinya kita sudah bersikap terlalu dramatis yang mana menekankan bahwa anak menjadi sumber kebahagiaan. Kenyataannya baru dirasakan ketika memiliki anak yang mana sangat jauh berbeda. 

Nampaknya cerita sinetron atau drama-drama yang kita tonton seolah menggambarkan kehidupan yang nyarus sempurna dari kehidupan rumah tangga dengan anak atau bahkan tanpa anak. 

Lalu kenapa orang meributkan banyaknya anak bahkan keputusan tak punya anak sekalipun? Jawabannya beragam ada yang merasa kalau punya anak jika sudah tua ada yang merawat, ada pula yang menyatakan kalau punya anak barang kali bisa jadi penerus usaha atau bisnis, ada pula yang beranggapan 'banyak anak banyak rezeki.' 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun