Mohon tunggu...
Dinda Kartika Rahmadani
Dinda Kartika Rahmadani Mohon Tunggu... Human Resources - Mhs

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Psikologi dan Mobile Legend

5 Januari 2020   12:15 Diperbarui: 5 Januari 2020   12:29 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
E-Sport. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jamie McInall

Welcome to Mobile Legend, adalah tanda dimulainya pertarungan game di medan perang. Dengan dimulainya pertarungan para pemain fokus memainkan hero yang sudah dipilih. Mereka memencet tombol-tombol navigasi dengan tujuan membunuh lawan dan menghancurkan menara musuh. Ketika sudah fokus, pemain tidak akan mempedulikan lingkungan sekitarnya. Nah, bagaimana pengaruh game tersebut terhadap psikologi pemain?

Seperti yang saya lihat dan saya amati, pemain Mobile Legend ada dari berbagai kalangan. Mulai dari siswa sekolah dasar sampai mahasiswa. Bahkan ada juga dari pekerja kantoran. Dengan antusias mereka menghabiskan waktu dengan memainkan game dari Moonton tersebut. Mereka rela menyisihkan uangnya untuk membeli skin dan diamond demi bisa mendapatkan level tinggi.

Sebenarnya game adalah salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Tetapi saat ini banyak yang menyalahgunakan tujuan tersebut. Misalnya pada beberapa kasus kecanduan game. Para pecandu game lupa akan tujuan awalnya. Bahkan beberapa di antara mereka ada yang menghabiskan waktunya seharian hanya untuk ranked (istilah salah satu medan pertarungan dalam Mobile Legend).

Anak-anak usia sekolah dasar yang menjadi pemain game ini perlu mendapatkan arahan. Menurut teori Social Learning dari Albert Bandura, manusia berperilaku berdasarkan yang ia lihat. Behavioral learning atau belajar perilaku mengartikan jika lingkungan membuat seseorang akan melakukan perilaku tertentu. 

Dalam hal ini anak bisa meniru perilaku agresif pada game tersebut. Dalam kehidupan nyata anak akan berperilaku lebih agresif. Misalnya saat orang tuanya menyuruh makan atau belajar, mereka tidak melaksanakan perintah orang tuanya demi melanjutkan bermain game. Mereka juga lebih kasar dengan teman sebayanya.

Di sisi sosial juga menjadi salah satu masalah. Anak yang biasa dengan handphone maupun gadget akan lebih tertutup. Hal ini akan menghambat proses sosial mereka. Mereka akan lebih individual dan tertutup dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian peran orang tua sangat dibutuhkan. Sebaiknya orang tua membatasi pemakaian gadget pada anak. Karena anak-anak usia sekolah dasar merupakan generasi emas dengan masa depan yang masih panjang.

Dampak dari Mobile Legend tidak hanya terjadi pada anak usia sekolah dasar, tetapi juga terjadi pada kalangan remaja dan mahasiswa. Di kalangan remaja usia SMP-SMA, mereka bermain dengan antusias. Saat duduk di bangku SMA, teman laki-laki saya merupakan pemain Mobile Legend. Ketika ada jam kosong mereka langsung mengajak teman-teman yang lain untuk mabar (main bersama). 

Mereka tidak mempedulikan apakah saat itu ada tugas atau tidak. Bahkan saat jam pelajaran pun mereka masih sempat bermain. Hal itu merupakan dampak buruk dari kecanduan game. Begitu juga di kalangan mahasiswa. Mereka rela meninggalkan tugas-tugasnya, bahkan ada yang begadang sampai pagi demi bermain ranked. 

Terdapat beberapa faktor penyebab kasus ini. Salah satunya adalah keinginan untuk bermain muncul dari alam bawah sadar. Berdasarkan teori dari Sigmun Freud ada tiga unsur yang mempengaruhi perilaku manusia. Unsur-unsur tersebut adalah id, ego, dan superego. 

Dalam kasus ini para pemain didorong oleh id yang merupakan prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan. Apabila keinginan tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Maka dari itu para pemain Mobile Legend melampiaskan keinginannya dengan bermain sepuas mereka.

Tetapi tidak hanya dampak buruk yang didapat dari game ini. Saat ini game Mobile Legend sudah tergolong menjadi olahraga dengan cabang olahraga E-Sport. Bahkan sudah masuk ke dalam Sea Games. Dengan demikian para pemain diharapkan bisa menjadi atlet E-Sport sehingga bisa mendapatkan dampak positif dari game ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun