Mohon tunggu...
Dinda Ishma Nadhila
Dinda Ishma Nadhila Mohon Tunggu... Penulis - Bismillahirrahmanirrahim

Mahasiswi Uin Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa Itu Gender? "Aku Laki-laki" atau "Aku Perempuan"?

2 Maret 2020   11:23 Diperbarui: 2 Maret 2020   11:43 3653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: ajansbt.com

Keberadaan TV berbayar di indonesia sekarang, khususnya did kota-kota besar diindonesia bukan menjadi hal baru diketahui oleh banyak masyarakat. Dengan datangnya TV yang masuk ke Indonesia bisa saja bnyak konten-konten luar yang masuk, yang seharusnya anak di bawah umur tidak boleh menonton sebelum sesuai dengan umurnya. Baik yang masih bisa di toleransi pesan implikasinya maupun yang di rasa bertentangan dengan nilai-nilai "ketimuran". tayangan dimedia, khususnya dalam dunia perfilman, memiliki potensi besar dalam untuk memengaruhi tindakan, perilaku dan gaya hidup penontonnya "kata pengamat sosial budaya Universitas Indonesia, Devie Rahmawati.

Film dapat membuat orang percaya, seakan akan apa yang mereka tonton adalah benar. Padahal tidak tentu apa yang mereka tonton itu benar, terkadang dalam film ada adegan yang dibuat-buat tidak sesuai dengan kenyataan.

Orang tua harus tahu !!!

Dengan banyaknya film yang bermunculan tidak sesuai dengan umur orang tua mulai sejak dini mungkin harus mengajarkan kepada anak tentang mendidik fitrah seksualitas. Apa itu mendidik fitrah sesksualitas ? yaitu merawat, membangkitakan dan menumbuhkan fitrah sesuai dengan apa yang diciptakan Allah sesuai dengan Gendernya masing-masing. Apa yang ada dalam diri laki-laki dalam bertindak, berfikir, bersikap sesuai dengan kodaratnya laki-laki semestinya. Sebaliknya juga sebagaimana wanita bertindak, bersikap, bersikap sesuai dengan kodratnya wanita yang semestinya. Dalam mendidik firah seksualitas mempunyai 3 tujuan utama yang dicapai, yaitu :

  • Membuat anak mengertia akan identitas seksualnya. Pada anak saat memasuku umur tiga tahun harus mengerti identitasnya seksualnya bahwa itu laki-laki atau perempuan. Orang tua harus memperkenalkan kepada anak jenis organ kelamin yang dimiliki dengan memberti tahu nama ilmiahnya organ tersebut. Seperti contoh alat kelamin pada perempuan yaitu vagina, sedangkan pada laki-laki yaitu penis. Dengan memberitahuan alat kelamin dengan bahasa ilmiah agar tidak terjadinya pentabuhan.
  • Mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya. Anak mampu menempatkan dirinya sesuai dengan peran sesualitasnya. Seperti cara berbicara, bertindak, berpakaian dan berfikir. Sehingga anak dapat mengenalkan pada dirinya sendiri dan orang lain dengan tegas bahwa "saya laki-laki" dan "saya perempuan". anak harus tau jati dirinya jika lali-laki atau perempuan karena sangat berbeda secara biologis muai jenis kelamin dan nanti saat memasuki usia dewasa.
  • Mengajarjan anak bagaimana cara melindungi dirinya dari serangan musuh atau menceh dirinya dari kejahan. Ketika anak sudah lancar berbicara atau anak sudah banyak bertingkah laku, atau aktivitasnya mulai hiper, orang tua sudah harus mengajarkan kepada anak bagaimana cara melindungi anak dari hal kejahan tentang area pribadi yang ada pada tubuh anak.

Orang tua juga perlu membangkitkan fitrah seksual pada anak. Tahap pra latih yaitu antara umur 0-2 tahun anak harus dekat dengan, terutama dengan ibunya. Anak pada umur ini akan menyusui pada ibunya, otomotis ibu akan perhatian penuh untuk menyusui si buah hatinya tanpa melakukan aktivitas lainnya saat menyusui.

 Sedangkan pada tahap pra latih yaitu antara umur 3-6 tahun anak harus dengan dengan orang tuanya bukan salah satunya saja karena peran ibu dan ayah sangat penting dalam pembentukan keseimbangan emosional dan rasional anak. Kedekatan dengan orang tuanya membuat anak akan mengerti tantang membedakan sosok laki-laki dan perempuan dan akhirnya dapat menempatkan sesuai dengan seksualnya dengan berkata "aku adalah laki-laki" atau "aku adalah perempuan". 

Tahap pre aqil baligh yaitu usia antara 7-10 tahun. Anak laki-laki pada umur ini lebih dekat dengan ayahnya. Mengapa ? karena pada usia ini egosentris menuju ke usia sosiosentris. Seorang ayah dapat membimbing anaknya untuk memahami peran sosialnya. Seperti contohnya mengajak anak untuk melakukan sholat berjamaah untuk agama yang muslim dan ayah juga mengajarkan tentang reproduksi sperma pada anak. Sebaliknya perempuan juga dekat dengan ibunya dengan memerankan peran keibuannya kepada anaknya. 

Selanjutnya yaitu tahap pre aqil baligh yaitu antara umur 11-14. pada usia ini adalah puncak fitrah pada anak, dimana anak laki-laki nantinya akan mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami menstruasi pada dirinya hal ini menunjukkan bahwa anak sudah beranjak dewasa dan biasanya mulai menyukai lawan jenis. 

Jika memasuki usia ini anak harus diberikan kamar yang terpisah. Pada laki-laki harus dekat dengan ibunya. Tujuannya agar dia mampu memahami dan memperhatikan lawan jenisnya melalui kacamata ibunya sendiri. Sedangkan pada perempuan harus dekan dengan ayahnya. Ayah yang menjadi cinta pertama dan ayah yang menjadi sosok ideal dimatanya. 

Setelah memasuki pre aqih baligh anak memasuki pasca usia 14 tahun dan anak bukanlah anak lagi. Karena anak mulai umur ini sudah dapat menentukan kepribadiannya sendiri, individu yang setara. Tugas orang tua sudah selesai di usia ini, menurut jumhur ulama pada usia 15 tahun adalah anak usia aqil baligh. Anak sudah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Apa sih gender itu ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun