Mohon tunggu...
Dinda Adhiana Mansur
Dinda Adhiana Mansur Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Instagram @dindaadh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bukti Cinta IPPNU Jakarta Barat kepada Pelajar NU

20 Mei 2018   21:47 Diperbarui: 20 Mei 2018   23:30 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto saat pelantikan pengurus cabang IPPNU periode 2018

Pada dasarnya pendidikan nasional di Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk 2 berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Sebagaimana telah dirumuskan UU sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS tahun 2003 bab I) bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah membentuk moral dan akhlak. Hal ini sesuai dengan aspek yang menjadi target pendidikan yakni pertama, aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan, kedua aspek afektif berkaitan dengan sikap dan kepribadian serta ketiga aspek psikomotorik yang berkaitan dengan ketangkasan setelah mendapat suatu pemahaman materi pelajaran.

Era modern ini banyak sekali pelajar atau remaja yang menghabiskan masa remaja nya dengan kegiatan yang negatif. Namun disisi lain, banyak pula remaja atau pelajar yang melakukan kegiatan positif, salah satunya mengikuti organisasi-organisasi pelajar. Yang salah satu nya adalah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

IPNU dan IPPNU merupakan anak dari organisasi masyarakat terbesar di Indonesia yang bergerak dibidang kepelajaran dan pengkaderan  di ranah pelajar dan pemuda. IPNU dan IPPNU sangat berperan untuk mewadahi para pemuda sekaligus menjadi benteng dari derasnya arus globalisasi.

Dewasa ini IPNU dan IPPNU mempunyai tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi. Kita tahu bahwa era modern atau bisa disebut era globalisasi merupakan sebuah era dimana tempat bukan lagi penghambat/penghalang kita untuk mendapat informasi. Informasi bisa kita dapat dengan sangat mudah di era ini. Tapi, tidak semua informasi itu bagus. Banyak sekali informasi yang seharusnya tidak diinformasikan, contohnya video video yang tidak layak untuk ditonton, dan masih banyak lagi. Dengan ikut organisasi yang berhaluan aswaja insya Allah bukan tidak mungkin kita bisa menyaring, memilih, mengambil mana info yang baik dan tidak.

 IPNU dan IPPNU lahir bukan tanpa tujuan, bukan tanpa visi, juga bukan tanpa cita-cita. IPNU dan IPPNU lahir dengan tujuan yang pasti, visi dan misi yang terang, prinsip yang jelas, dan cita-cita yang mulia. Dengan banyaknya peran IPNU dan IPPNU yang harus dijalankan di dalam meredam anarkisme pelajar seperti tawuran, perkelahian, bentrokan, demonstrasi yang anarkis, maka IPNU dan IPPNU harus memiliki jaringan yang luas demi terlaksanaknya peran tersebut. 

IPNU dan IPPNU harus mampu melebarkan sayapnya selebar mungkin, sehingga IPNU dan IPPNU ada di setiap wilayah dan daerah di Indonesia. IPNU dan IPPNU juga harus mampu memetakan kondisi, permasalahan, potensi, dan kekurangan pelajar di setiap daerahnya sehingga mampu menyusun grand design di dalam menjalankan perannya secara nyata.[2]

 Pada perkembangan berikutnya, sesuai dengan kondisi zaman, pada tahun 1988, organisasi ini berubah menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama. Hal ini membuat sasaran organisasi IPPNU tidak lagi hanya terbatas pada pelajar putri melainkan semua putri NU. Namun, perubahan akronim ini selanjutnya telah disalah-artikan menjadi gerakan bebas yang bias merembet pada poltik praktis sehingga basis awal yang harus diperjuangkan menjadi terbengkalai dan visi intelektual yang selama ini menjadi ghiroh bagi perjuangan IPPNU menjadi pudar.

 Pada tahun 2003, organisasi IPPNU selanjutnya memperjelas wadah perjuangannya pada basis awal, yaitu pelajar putri dengan mengubah kembali akronimnya menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Namun, interpretasi pelajar pada tahun 2003 berbeda dengan pelajar putri yang dimaksudkan pada tahun 1955. Pelajar putri yang dikandung pada tahun 2003 diartikan sebagai sebuah komunitas generasi muda yang mengawal visi intelektual kepelajaran yang memiliki fase usia 12-30 tahun.

 Kebijakan ini sudah memasuki periode ketiga dalam kepengurusan PP. IPPNU (sejak 2003-2009), tetapi bentuk realisasi dan konsolidasi yang dilakukan belum maksimal. Maka dalam forum Rakernas IPPNU Tahun 2010, merekomendasikan peremajaan usia untuk anggota IPPNU adalah 27 tahun, dan garapan organisasi difokuskan pada pelajar dan santri.[3]

 Maka dari itu, PC IPPNU Jakarta Barat memberikan peran baik kepada pelajar-pelajar Jakarta Barat khususnya pelajar NU. Bukti Cinta IPPNU kepada pelajar adalah dengan mengadakan program-program kegiatan yang bermanfaat guna menghasilkan kader-kader yang berkualitas, diantaranya adalah mengadakan MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) dimana kegiatan ini bertujuan untuk menjadikan pelajar NU yang lebih cinta tanah air, mengenal Islam yang rahmatan lil alamin. IPPNU Jakarta Barat ini memiliki 8 Pimpinan Anak Cabang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun