Mohon tunggu...
Dinda Maritza
Dinda Maritza Mohon Tunggu... Mahasiswa - A student

Inexperienced writer. Fun fact, I made a lot of mistakes on my first ever article, published on 26th July and don't know how to edit that. In case you found it :]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upaya Generasi Muda dalam Mempertahankan Semangat Nasionalisme di Era Globalisasi

26 Juli 2021   21:40 Diperbarui: 26 Juli 2021   22:02 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semangat nasionalisme sangatlah penting bagi suatu bangsa. Karena, tanpa adanya itu, sulit bagi suatu bangsa untuk bersatu. Nasionalisme sendiri memiliki arti yaitu paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa (KBBI, 2016).

Pada zaman dahulu, semangat nasionalisme terbentuk karena adanya keinginan suatu bangsa untuk merdeka dari penjajahan bangsa asing. Berbeda dengan zaman sekarang, rasa semangat itu memang terus menyala tetapi, dengan tujuan untuk memajukan bangsa yang telah merdeka serta meningkatkan martabatnya (Agnes, 2019). Sedikit flashback, membahas tentang perjuangan para pahlawan dan rakyat zaman dahulu yang penuh dengan semangat nasionalisme, rasa ingin bersatu dan merdeka yang tinggi, mereka tentu memiliki banyak cerita perjuangan dan semangat nasionalis yang patut diteladani. Terinspirasi dari semangat mereka, saatnya bagi generasi muda untuk melanjutkannya. 

Berbicara mengenai generasi muda, generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang akan mengarahkan bangsa ini mau dibawa ke mana. Para muda mudi penerus bangsa ini, tumbuh bersamaan dengan pesatnya teknologi dan pengaruh globalisasi. Teknologi yang pesat memang memiliki pengaruh yang luar biasa baik sekaligus buruk tergantung bagaimana para pengguna bijak atau tidak dalam menggunakannya. 

Perkembangan zaman yang sangat cepat karena adanya teknologi ini, perlahan-lahan  mulai berperan membentuk karakteristik dan habit generasi muda seiring berjalannya waktu. Mulai dari, memengaruhi bagaimana cara pandang mereka terhadap sesuatu yang terjadi sampai dengan, gaya hidup yang lebih condong ke barat-baratan. Padahal hakikatnya bangsa Indonesia memiliki jati diri budaya Timur.

Berikut kita akan bahas sedikit, apa saja pengaruh positif maupun negatifnya. Pengaruh positif yang jelas dirasakan ialah, kemudahan dalam mencari dan memperoleh informasi, up to date dengan isu-isu yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, dan bisa berkomunikasi jarak jauh (online meeting). Adapun pengaruh negatif yang akan menjadi topik bahasan kali ini yaitu ialah, menipisnya rasa nasionalisme.

Pada tahun 2020 penduduk Indonesia didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z dengan total persenan sebesar 52,91% atau sama dengan 145,39 juta jiwa dari total populasi 270,2 juta jiwa (Junida, 2021). Inilah para generasi penerus bangsa kita. Hampir semuanya bisa dibilang merupakan pengguna internet. Dimana artinya, mereka bisa dengan mudah melihat apapun yang mereka suka dan munculah rasa ingin meniru. Yang menjadi masalah disini adalah ketika, yang di tiru menjadikan muda mudi bangsa ini krisis identitas dan rasa nasionalismenya menipis.

Dalam kasus ini, apa yang bisa generasi muda lakukan supaya memiliki jiwa serta semangat nasionalis yang tinggi, tidak krisis identitas dan budaya tanpa menutup diri serta memiliki sikap chauvinisme? 

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa, generasi muda tumbuh bersamaan dengan pesatnya teknologi jadi, mereka tidak bisa lepas dari internet. Maka, cara yang bisa dilakukan salah satunya ialah, mari manfaatkan platform yang ada untuk dijadikan wadah mengekspresikan rasa bangga terhadap bangsa Indonesia. Mari lakukan aksi-aksi nasionalisme melalui sosial media. Misalnya, dengan mengunggah unggahan yang memiliki bahasan budaya di dalamnya guna melestarikan budaya bangsa, mengajak teman-teman untuk membantu sesama guna menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia, menumbuhkan sikap tenggang rasa. (Amrah, 2016), menyebarluaskan info-info akurat untuk mengajak teman-teman bertukar pikiran tentang  masalah yang sedang terjadi pada bangsa ini.

Perihal untuk tidak menutup diri dari apa yang datang dari luar, disini kita berkesempatan untuk bertukar pikiran. Bisa dilakukan di kolom komentar maupun fitur pesan langsung. Saling terkoneksi dengan orang banyak dan mau mendengar pendapat mereka tanpa menghakimi adalah sebuah keharusan. Jangan sampai overproud dengan apa yang kita punya, jangan pernah merendahkan budaya lain lalu merasa superior. Tetaplah hargai dan hormati perbedaan dalam berbudaya, berpikir, dan berpendapat.

Selain di sosial media, seperti misalnya di sekolah. Ada banyak sekali aksi nasionalis yang bisa kita lakukan. Dari hal dasar saja misalnya, patuh pada tata tertib dan peraturan sekolah saja, itu sudah termasuk sikap nasionalisme. Bisa juga, mengikuti ekstrakulikuler yang berbau budaya seperti tari tradisional karena itu merupakan salah satu wujud cinta terhadap bangsa (melestarikan budaya bangsa). 

Lalu di kehidupan bermasyarakat sehari-hari, kita bisa tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan berbudaya yang telah ibu dan ayah ajarkan kepada kita di rumah supaya, budaya tersebut tetap lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun