Guru acap kali mempunyai presepsi tersendiri. Ia memberikan berbagai ukuran atau standar tertentu kepada anak. Misalnya, anak disebut baik manakala memiliki sifat pendiam, menuruti segala perintah, tidak berbuat frontal, serta menghindari perbuatan yang sifatnya aneh-aneh. Jika tidak memenuhi ukuran tersebut, anak yang bersangkutan dianggap nakal.
        Secara logika, cara paling mudah mengatasi kenakalan anak ialah melibatkan diri serta menanggalkan dan mau menghilangkan berbagai ukuran yang telah di tetapkan secara sepihak. Dengan demikian, baik orang tua meupun guru tidak melihat anak dan menilainya melalui berbagai ukuran tersebut. Mereka justru memandang secara universal. Guru tidak lagi terpusat pada bagaimana anak seharusnya bersikap, melainkan lebih fokus terhadap hal hal yang bisa dikerjakan oleh anak. demikian, ada banyak kebaikan yang bisa di kembangkan.   Â
        Dengan perspektif baru, para pendidik bisa melihat bahwa kenakalan anak sangat di perlukan. Sebab, kenakalan tersebut menunjukkan daya piker yang hidup serta ingin berkembang  secara bebas sesuai harapan dan cita-cita. Anak nakal memiliki banyak potensi dan segala kecenderungan yang apabila diarahkan dengan baik mampu membawanya meraih prestasi tinggi.
        Saat seseorang anak berbuat kenakalan, ia sebenarnya hanya ingin menunjukkan potensi diri. Para guru tidak perlu gegabah dan secara serampangan melarang ataupun menjulukinya anak nakal. Sebaliknya , hal yang perlu di lakukan ialah mengarahkanya. Dengan demikian , potensi si anak dapat tumbuh dan berkembang.